VANATHEA__37

3.5K 130 6
                                    


Tidak ada orang yang benar-benar jahat dan baik didunia ini. Beberapa orang jahat pasti memiliki perasaan dan akan meminta maaf atas semua kejahatannya. Sebaliknya, beberapa orang baik pasti memiliki topeng yang suatu saat pasti akan terbongkar.

*-*-*-*-*

Ceklek.

Pelukan Dean pada Tania terlepas begitu pintu terbuka. Dean yang tadinya kalem-kalem saja kini berubah. "Mau apa lo disini?" ketusnya.

Venara menunduk gugup. Ia tak berani menatap Dean dan Tania. "G... Gue mau b... Bicara sama... Tania. B... Boleh, kan?" tanyanya gugup sambil memainkan kedua jari telunjuknya.

Dean memutar bola mata jengah. "Lo udah tau jawabannya. Kenapa masih tanya? Lebih baik lo pergi sekarang juga dari sini!" usir Dean dingin, membuat Venara semakin menundukkan kepalanya.

Tania yang melihat itu langsung menghela nafas. Ia menggenggam lembut lengan Dean. "Gue harus bicara sama orang itu. Bisa lo keluar sebentar?"

"Nggak bisa!" Tolak Dean mentah-mentah. "Gue nggak bisa biarin cewek nggak tau diri ini nyelakain lo untuk kesekian kalinya. Lo—"

"Keluar sekarang juga, Deandika Vanath Prawisra!" kali ini Tania agak meninggikan suaranya, membuat Dean mau tak mau menyanggupi permintaan Tania dengan setengah hati. "jadi, apa yang mau lo bicarakan ke gue?" tanya Tania pada Venara setelah Dean keluar dan menutup pintu.

Tanpa disangka, Venara berjalan mendekat dan berlutut disamping ranjang tempat Tania duduk. "Maaf..." kata Venara pelan. "Gue salah. Kemarin, gue baru saja dikeluarkan dari sekolah. Perusahaan Papa juga nyaris bangkrut smenjak SHN Group memutuskan kontrak kerjasama" ucapnya lirih sambil berusaha menahan isak tangis. "Gue nggak akan minta lo untuk mengembalikan gue ke sekolah atau membujuk bokap lo supaya mau menjalin kerjasama kembali dengan perusahaan Papa. Gue... Gue cuma minta supaya lo mau maafin gue" kata Venara panjang lebar.

Tania berdecih. "Kenapa lo lakuin semua ini ke gue?"

"Karena gue iri sama lo" jawab Venara cepat. "Semenjak ada lo, sikap Virga berubah. Semenjak lo memutuskan kerjasama diperusahaan Papa, Papa berubah. Papa nggak lagi sayang ke gue dan lebih mementingkan pekerjaannya. G... Gue hanya punya Papa dan Josyelin setelah Mama pergi, dan lo merebut semua itu dari gue" kata Venara. "Lo mungkin nggak ingat kejadian beberapa hari lalu setelah sadar. Tapi, yang jelas, gue melakukan kesalahan besar ke Lo dan Gue mau minta maaf"

Tania terdiam. Sejak awal, Ia memang tidak pernah membenci Venara. Jujur, Tania pernah merasakan hal yang sama dengan Venara. ia pernah Iri dengan Virga yang lebih dekat dengan Papanya. "Berdiri!" ujar Tania pelan.

"Apa?"

"Berdiri! Gue nggak suka ada orang yang berlutut di hadapan gue. Gue bukan Ratu ataupun Tuhan disini" ucap Tania disertai senyuman.

Venara berdiri, menatap Tania tak percaya. "Jadi, lo maafin gue?" tanyanya dengan suara pelan.

Tania tak langsung menjawab dan justru memeluk Venara. "Lo keponakannya Mama Felis, lo saudara gue. Mana mungkin gue nggak maafin saudara gue sendiri"

"Makasih" bisiknya. "Sekarang gue bisa tenang"

Dean yang melihat kejadian itu dari balik pintu tersenyum tipis. Ia lega melihat Tania dan Venara yang sudah saling memaafkan. Ia tidak menyangka Venara mau berlutut dihadapan Tania tadi, Ia pikir Venara akan kembali mencelakai Tania.

"Dean? Apa yang kamu lakukan disini? Kenapa tidak masuk?" Tanya Felis yang datang bersama Herman.

Dean refleks menoleh dan membungkuk memberi salam. "Selamat siang Om, Tante. Saya kesini untuk menjenguk Thea" katanya sopan.

VANATHEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang