Percayalah! Bantuan bisa datang dari orang-orang yang tidak terduga.*-*-*-*
"Apa yang mau lo bicarakan?" tanya Venara to the point begitu Josyelin berhenti dihalaman belakang sekolah. "Mendengar ucapan lo di kelas, sepertinya kita bukan lagi berada dipihak yang sama"
Josyelin menatap tajam Venara. "Sampai kapan lo mau kayak gini? Gue udah muak melihat tingkah lo yang terlalu kekanak-kanakan"
Venara berdecak. "Lo berubah. Kenapa tiba-tiba lo ada di pihak Tania?"
"Karena gue tau kalau apa yang gue lakuin itu salah. Dan gue... Udah relain Dean ke Tania. Jadi, gue harap lo mau mengakui semua kejahatan lo didepan semua orang atau..."
"Atau apa?"
"Atau gue yang akan buat semua orang tau kalau lo sengaja menjebak Tania dengan menjatuhkan diri lo sendiri ditangga" sambung Josyelin santai.
Venara terdiam sejenak lantas tertawa. "Lo... Lo ngancem gue?" ia menunjuk dirinya sendiri. "Lo yakin mau nyerahin Dean gitu aja. Tania itu enggak baik buat Dean. Gue pernah lihat dia jalan bareng dokter. Ya kali seleranya om om ba__"
Plak!
"Jaga bicara lo ya! Om-om yang lo maksud itu bokap gue bego!" seru Josyelin. "Mulut lo bisa dijaga nggak sih? Kalo nggak tau apa-apa itu diem aja! "
Venara memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan Josyelin. "Kenapa sih? Kenapa semua orang belain Tania. Lo juga! Lo harusnya belain gue karena gue temen lo!"
"Karena apa yang lo lakuin memang salah!" josyelin menghela nafas. Ia mencengkram lengan Venara. "Justru karna lo temen gue, gue lakuin ini semua. Gue nggak mau lo ada dijalan yang salah. Lupain Virga! Yang lo rasain itu hanya rasa obsesi" jelas Josyelin sabar.
Venara menepis tangan Josyelin. "Obsesi? Jadi lo pikir semua perasaan gue ke Virga itu palsu?" ia berdecih.
Kesabaran Josyelin benar-benar sudah habis menghadapi sikap temannya. "Kalau lo benar-benar suka sama Virga, lo seharusnya biarin dia bahagia sama orang yang dia sukai, bukan malah ngekang dia yang nyakitin adik kesayangannya! "
Venara terdiam.
"Lo tau kan betapa berartinya Tania bagi Virga? Bisa lo bayangin gimana sikap Virga kalau dia tau lo yang nabrak Tania?"
"Justru karena itu gue nggak mau mengaku!" seru Venara. "Gue nggak mau dia tau, dan sebagai teman, gue minta supaya lo nggak bilang tentang kejadian yang sebenarnya pada Virga ataupun orang lain"
Josyelin berdecih. "Teman? Sorry, gue bukan lagi temen lo. Pertanan kita udah berakhir di hari ketika kecelakaan itu terjadi. Sasarannya memang bukan gue. Tapi, lo udah mempertaruhkan nyawa gue supaya rencana lo berhasil." katanya santai sambil melipat tangan didepan dada. "Sepupu gue jauh lebih berharga dibandingkan temen nggak tau diri kayak lo. Venara yang gue kenal nggak kayak gini" katanya lalu pergi meninggalkan Venara yang mematung ditempatnya berdiri.
Tidak ada yang tau jika ada seseorang yang sejak tadi bersembunyi di balik pohon dan mendengar semua yang mereka ucapkan. Orang itu menghela nafas lega begitu Venara meninggalkan tempat itu. "Fyuh... Gila... Gila banget..... Telinga gue nggak salah tangkep kan? Jadi, yang nabrak Tania itu Venara? Wah... Nggak bisa dibiarin nih"
^_^_^_^
Alunan tuts-tuts piano terdengar lembut di telinga, membuat siapa saja yang mendengan juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh si pemain. Sudah satu jam Dean hanya memainkan lagu yang itu-itu saja. Gerakan tangannya terhenti begitu mendengar suara pintu yang terbuka dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANATHEA [END]
RandomWARNING: FOLLOW PENULIS SEBELUM MEMBACA! Tania Despina Galathea, seorang cewek cantik pindahan dari New York yang cerewet dan periang, namun memiliki banyak masalah dan rahasia dalam hidupnya Deandika Vanath Prawisra, salah satu most wanted sekola...