Seseorang yang menginginkan mahkota harus menanggung berat dari mahkota itu. Dalam kehidupan, kau harus mempertanggungjawabkan setiap tindakanmu.*-*-*-*-*
Pukul 06:10. Tidak banyak siswa yang sudah datang pada jam segini. Venara, dengan gaya angkuhnya berjalan menyusuri setiap lorong kelas. Langkahnya terhenti di anak tangga paling atas karena seseorang memanggil namanya. Ia berbalik dan mendapati Alea yang datang dengan membawa setumpuk buku. "Apaan?" ketusnya.Alea memutar bola mata jengah. Jaraknya dan Venara hanya terpaut satu tangga. "Nih!" Alea menyerahkan setumpuk buku pada Venara. "Ini buku lo dan temen-temen lo. Bu Kia tadi nyuruh gue buat bawa buku ini ke kelas lo, tapi, karena gue lihat lo disini, ya udah gue kasih ke lo aja"
Venara hanya melirik buku itu tanpa berniat untuk mengambilnya dari tangan Alea. "Bawa aja sendiri. Lo yang disuruh, kenapa gue yang nglakuin?"
"Gue sih mau-mau aja naroh ini buku di kelas lo, cuma, gue baru ingat kalo gue punya urusan sama Devian. Kalo nggak terpaksa juga gue nggak akan minta tolong ke lo" balas Alea dengan penuh penekanan.
Venara berdecih sinis mendengar ucapan Alea. "Inceran lo sekaran Devian ya? Mending lo jauh-jauh dari Devian deh, tau sendiri kan kalo devian lagi deket sama cewek baru... Siapa namanya? Ah, Nindia. Dibandingin sama Nindia, lo itu bukan apa-apa" sarkasnya.
"Jadi orang nyadar dikit napa sih? Lo Juga harusnya jauh-jauh dari Virga. Lo juga tau kan kalo Virga lagi deket sama Gia? Dibandingkan sama Gia, lo juga nggak ada apa-apanya. Lagipula... " Alea menjeda uacapannya lalu tersenyum miring. "Virga nggak mungkin mau sama orang yang udah buat adiknya terbaring sekarat dirumah sakit"
Alea dapat melihat mata Venara yang terbelalak karena ucapannya. "M... Maksut lo apa?!" seru Venara.
"Ck! Nggak usah pura-pura seolah lo nggak tau apa-apa deh! Gue denger sendiri pembicaraan antara lo dan Josyelin ditaman belakang sekolah kemarin. Lo sendiri yang bilang kalo lo yang udah nabrak Tania!" Alea agak meninggikan suaranya. Ada rasa senang dalam hatinya saat melihat Venara yang terdiam kehabisan kata-kata. "Menurut lo, gimana reaksi Virga kalo dia tau tentang hal ini?"
Tanpa disangka, Venara justru tertawa. "Hahaha... Silahkan! Silahkan bilang aja ke Virga atau orang lain!" tatapannya berubah menjadi tajam. "Lo pikir mereka akan percaya sama semua ucapan lo? Dimata mereka, Tania hanyalah seorang penjahat yang udah buat gue celaka" Venara mencekram bahu Alea dengan kuat, membuat Alea meringis menahan sakit. "Mau tau satu rahasia?"
"Apa?"
"Sebenarnya, Tania sama sekali nggak bertanggung jawab atas jatuhnya Gue dari tangga. Justru gue yang memutar balikkan fakta seolah-olah Tania yang bersalah" kata Venara. Ia melepaskan cengkramannya dan melipat tangan di depan dada. "Jadi, laporin aja gue ke Virga atau kepala sekolah kalo lo pengen kayak Tania"
Bukannya merasa terancam, Alea justru tertawa. "Hahaha... Venara, venara... Lo pikir gue sebodoh itu dengan melapor tanpa bukti?" Alea memegang buku dengan tangan kanan sementara tangan kirinya ia gunakan untuk mengambil sesuatu disaku jas sekolahnya. "Semua percakapan lo dan Josyelin kemarin ada di sini" Alea tersenyum sinis menunjukkan ponselnya.
Venara terbelalak. "A... Apa? L.. Lo pasti bohong" ujar Venara gugup.
"Terserah lo mau ngira gue bohong atau enggak. Yang jelas, sekali bukti yang gue punya jatuh ketangan guru disini, lo akan segera dikeluarkan secara tidak terhormat disekolah ini" ujar Alea. "Ah... Dan menurut lo, gimana reaksi Virga kalau tau kejahatan lo selama ini?"
Venara sempat terdiam sejenak. "Serahin ponsel lo ke gue kalo lo nggak mau hidup lo sengsara"
Alea berdecih. "Apa itu ancaman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VANATHEA [END]
RandomWARNING: FOLLOW PENULIS SEBELUM MEMBACA! Tania Despina Galathea, seorang cewek cantik pindahan dari New York yang cerewet dan periang, namun memiliki banyak masalah dan rahasia dalam hidupnya Deandika Vanath Prawisra, salah satu most wanted sekola...