VANATHEA__33

3.9K 140 1
                                    


Jika kau berbuat sesuatu, kau harus siap untuk menanggung resikonya.

*-*-*-*-*

Suara monitor terdengar nyaring dalam keheningan malam. Sudah 20 menit sejak Ia datang dan yang ia lakukan hanyalah diam tanpa melakukan apapun. Seila, Asya, Petra dan Daniel sudah pulang. Gia masih memiliki urusan dengan Alea sedang Virga sedang menemui dr. Andi untuk berkonsultasi.

"Lo nggak capek apa tidur terus?" tanya Dean memecah keheningan. "Lo nggak kasihan sama Gia, Seila dan Asya? Tiap hari mereka selalu buat rangkuman materi buat lo supaya lo nggak terlalu banyak ketinggalan materi" Dean mengeluarkan sebuah buku catatan dari tasnya. "Gue bawa bukunya. Mau gue bacain?" tanyanya yang tentu saja tidak direspon oleh Tania.

Dean menghela nafa panjang lantas mulai membuka halaman pertama dan membacakan isinya untuk Tania meski Ia tau semua akan sia-sia. Kegiatannya teralih saat seseorang membuka pintu ruangan. "Ngapain lo disini?" tanyanya terkesan sinis.

Malvin tersenyum tipis. Ia berjalan mendekat ke arah nakas disebelah Tania dan mengganti bunga yang sudah layu di vas dengan bunga yang baru saja dibawanya. "Tania suka anggrek putih" katanya santai.

Dean berdecih. "Kalau urusan udah selesai, lo boleh pergi! Gue masih punya urusan sama Ta__"

"Gue suka Tania" potong Malvin cepat. Ia menoleh dan mendapati Dean yang tampak menahan emosi.

"Ya terus? Apa hubungannya sama gue?" pertanyaan ringan tapi penuh penekanan.

Malvin menatap Dean. "Lo yakin mau nyerahin Tania ke gue? Lo yakin mau lepasin Tania begitu aja?" kali ini Malvin menoleh ke arah pintu masuk.

"Gue nggak merasa harus jawab pertanyaan lo" kata Dean sambil membuang muka.

Malvin tersenyum miris. "Gue memang suka Tania. Gue juga tau kalo ternyata lo juga suka sama dia. Gue senang mengetahui kenyataan kalo lo bersedia mengalah" Malvin menjeda ucaannya. "Tapi, gue rasa sekali lagi tuhan nggak berbihak pada gue. Pada kenyataannya, orang yang disukai Tania itu lo, bukan gue. Kali ini, gue bersedia kembali mengalah karena nggak mau kejadian beberapa tahun silam terulang lagi. Gue harap lo ngerti apa yang gue omongin"

Dean tidak kaget. Ia sudah tau kalau Tania menyukainya. Ia hanya terkejut ketika Malvin mengatakan hal itu dengan santai seolah ia tidak merasakan apapun. "Jadi, lo nyerah?"

"Siapa bilang?" Malvin tertawa. "Gue nggak akan biarin cowok yang sudah menjadi penyebab kematian Desy bisa deket sama Tania"

Jika tak ingat tempat, Dean pasti sudah memukul wajah Malvin sekarang juga. "Desy meningkal bukan hanya karena gue. Lo juga terlibat dalam urusan ini. Seharusnya lo berusaha hibur Desy saat gue nolak dia. Seharusnya lo perjuangin perasaan lo setelah gue kasih peluang besar, bukan malah sibuk kejar gue dan bujuk gue supaya mau terima Desy!" sarkas Dean.

"Itu karena gue cuma mau Desy bahagia walau itu tanpa gue" balas Malvin. Ia menoleh ke arah pintu "Kalo lo mau masuk, masuk aja Ga. Lo juga berhak ikut campur urusan ini" ujar Malvin.

Dean ikut menoleh dan mendapati Virga yang masuk dengan ekspresi datar. Dean berdiri, membiarkan Virga mendekati Tania. Virga mengusap rambut Tania pelan. "Gue heran. Kenapa kalian selalu bertengkar karena memperebutkan cewek yang sama" ucapnya. "Gue nggak peduli walau gue tau semuanya. Itu urusan kalian" Virga tertawa getir. Menatap kedua temannya.

Dean dan Malvin hanya bisa diam, mendengar apa yang akan dikatakan Virga. "Awalnya gue kira itu hanya masalah biasa. Seharusnya gue membuat kalian lebih terbuka. Seharusnya gue memberi saran seperti apa yang biasa seorang sahabat lakukan. Tapi, apa? Gue justru lebih sibuk mikirin masalah gue sendiri. Gue bahkan nggak berusaha buat ngurusin kesalahpahaman diantara kalian. Dan akhirnya... Gue dapat pembalasan dengan meninggalnya Desy. Gue selalu menganggap Desy sebagai adik gue sendiri karena dia mirip Tania. Kakak macam apa yang nggak bisa nglindungin adeknya sendiri?"

VANATHEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang