Tolong maklumi typo yang ada
.
.
Cinta bukan mengajarkan kita lemah, tetapi cinta mengajarkan kita agar kuat menghadapi semua tantangan yang kita lalui
*-*-*-*
Tak seperti biasanya, kali ini langit terlihat cerah. Seorang gadis dengan balutan gaun pengantin ditubuhnya tengah mematut wajah di depan sebuah cermin rias. Ekspresi wajahnya tampak tenang tanpa menunjukkan sebuah kegugupan.
"Lo harus senyum Tan, ini hari bahagia" entah dari mana Asya tiba-tiba datang dan duduk disisi Tania.
Tania menoleh. "Kenapa gue harus senyum?"
Asya memutar bola mata kesal. Sahabatnya ini benar-benar. "Gia!" panggilnya lantang membuat Gia yang sejak tadi sibuk ber make up mendesis karena kaget. "Apaan sih teriak-teriak! Jadi kecoret kan" kesal Gia. Tentu saja ia marah. Lipstik merah yang hendak ia gunakan baru saja mencoret pipi mulusnya dikarenakan suara cetar milik Asya.
"Lo bilangin tuh adik ipar lo supaya senyum. Masa dia nggak bahagia sama hari pernikahannya sendiri" kata Asya. Ya, Virga dan Gia memang resmi menikah embat bulan lalu.
"Kalian apa-apaan sih? Gue itu cuma kepikiran sama Josyelin" ungkap Tania. Ia jadi ikutan kesal.
Gia mendengus. "Ngapain sih mikirin tuh anak? Kemana aja dia selama ini? Dia bahkan pergi selama tiga tahun terakhir. Tepat saat lo kembali. Sepupu macam apa dia?"
Tok tok tok
Pintu terbuka, menampakkan Malvin dengan jas hitam yang terpasang rapi di tubuh proposionalnya.
"Gue mau ngomong sesuatu sama Tania" kata Malvin singkat.
Gia dan Asya saling tatap lantas mengangguk dan pergi. Memberikan ruang bagi Tania dan Malvin untuk berbicara.
"Lo yakin sama keputusan lo?" Tanya Malvin to the point.
Tania mendelik. "Udah tanggung banget. Nggak mungkin kan kalau gue batalin?" kata Tania. "Seharusnya gue yang nanya, apa lo yakin sama keputusan lo?"
Malvin tersenyum. "Gue nggak tau harus seneng atau enggak. Josyelin pergi untuk karirnya dan disisi lain, lo kembali. Bukankah Tuhan itu memang adil"
Tania tertawa. "Sejak kapan lo percaya keadilan Tuhan?"
"Sejak lo kembali" jawab Malvin cepat membuat Tania terdiam. Cowok itu berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Tania. Perlahan, ia menggenggam tangan gadis itu. "Gue pastiin setelah ini lo bahagia. Lo nggak akan menyesal sama pilihan lo" kata Malvin serius.
Ehem!
Suara dehaman itu berhasil mengalihkan atensi Tania dan Malvin. "Lo nggapain disini? Harusnya lo disana" kata Virga seraya melipat tangan didepan dada.
Malvin tertawa. "Santai bro, gue kan cuma penasaran sama Tania yang katanya cantik"
Virga menjitak kepala Malvin. "Nggapain lihat sekarang, entar juga lo tau. Pergi sana! Sebentar lagi, mempelai pria harus ada di altar" usir Virga seraya mendorong punggung Malvin agar keluar.
Tania tertawa melihat interaksi Malvin dan Virga. "Udah puas ketawanya?" delik Virga.
Tania terdiam. "Sorry sorry" katanya sambil berusaha menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANATHEA [END]
RandomWARNING: FOLLOW PENULIS SEBELUM MEMBACA! Tania Despina Galathea, seorang cewek cantik pindahan dari New York yang cerewet dan periang, namun memiliki banyak masalah dan rahasia dalam hidupnya Deandika Vanath Prawisra, salah satu most wanted sekola...