Kau tidak akan tau kapan seseorang akan mengambil sesuatu yang berharga darimu jika kau tidak menjaganya dengan baik. Karena itu, selagi masih bisa diperjuangkan, jangan mudah menyerah.
*-*-*-*-*
"Bisa nggak sih lo..." tubuh Tania mematung. Sebuah mobil sedan berwarna hitam tengah melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Tania tidak mematung karena kecepatan mobil itu. Ia terkejut karena melihat Venara adalah orang yang mengendarai mobil itu. Pikirannya berkecamuk. "Tidak.. Josyelin! Awas!" teriak Tania sambil berlari mendekat ke arah Josyelin.
Josyelin yang berasa heran langsung menoleh ke arah mobil yang melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi.
Brak!
Josyelin tersungkur. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Ia mengerjapkan matanya, berusaha untuk mencapai kesadarannya.
"TANIA!!!" seruan Virga sukses membuat seluruh kesadaran Josyelin kembali. Tania? Kenapa Virga meneriaki nama Tania? Josyelin berusaha bangun dan menoleh untuk melihat keadaan sekitar. Seketika tubuhnya langsung kaku.
"Ta.. Tania?!" Bagaimana Josyelin tidak terkejut? Ia baru saja melihat Tania yang berdarah sedang terbaring di tengah jalan. Ia segera mendekati tubuh temannya itu dan mengguncangnya pelan. "Tania... Tania lo.. Kenapa lo nyelamatin gue?" Josyelin terisak.
Tania dengan sisa kesadarannya tersenyum. "Gue... En... Ngak.. Benci lo" kata Tania terbata. Virga, Gia, Dean, dan Malvin sudah ada di sebelah Tania. Seila dan Asya yang melihat kejadian itu tidak berani mendekat dan malah menangis ditepi jalan dengan Petra yang berusaha menenangkan. Sedangkan Daniel yang mengerti situasi langsung menghubungi ambulance.
"Lo pasti baik-baik saja. Lo harus bertahan" desis Virga sambil menggenggam erat tangan adiknya seolah sedang menyalurkan kekuatannya.
Dean dan Malvin hanya bisa berdiri sambil mematung. Tak lama kemudian ambulan datang. Petugas segera membawa tubuh Tania dengan diikuti Virga dan Gia yang masuk ke mobil. "Tania... Lo paski kuat. Jangan tinggalin gue" isak Gia.
"Kakak janji akan turutin semua keinginan kamu asal kamu bisa bertahan" ucap Virga lirih. Untuk pertamakalinya ia menyebut dirinya kakak di hadapan Tania. Hal itu sukses membuat Tania tersenyum tipis.
"Pa... Pa" lirihnya pelan sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya.
^_^_^_^
Semua orang menunggu dengan gusar didepan ruang operasi. Dean bahkan berulang kali mengacak rambut frustasi karena dokter yang mengoperasi Tania belum juga keluar. Ia hampir saja memukul tembok sebagai pelampiasan jika saja ruang operasi tidak terbuka dan menampilkan sesorang laki-laki seumuran papanya keluar dengan pakaian serba biru.
Virga langsung mendekati pria itu, diikuti yang lain. "Bagaimana keadaan Tania Om?" tanya Virga pada Andi.Andi tampak menghela nafas lelah. "Kami berhasil menangani pendarahannya. Tapi, kita membutuhkan donor jantung secepatnya. Ia akan segera dipindahkan ke ruang ICU. Bukannya om bilang agar Tania beristirahat dirumah? Kenapa kamu mengijinkan dia sekolah?" sarkas Andi.
Virga hanya terdiam. Ia merutuki kecerobohannya tadi pagi. Ia benar-benar tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada Tania.
"Dimana Papa kamu?"
Pertanyaan Andi sungguh menohok hati Virga. Seharusnya Papanya ada disini. "Sebenarnya... Sempat terjadi pertengkaran antara Papa, Tania dan 'wanita itu' sebelum Tania kecelakaan" jelas Virga pelan.
Andi yang mendengar penjelasan singkat Virga langsung mengepalkan tangan marah. "Kurang ajar. Bisa-bisanya dia tidak peduli dengan anaknya sendiri" geram Andi.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANATHEA [END]
RandomWARNING: FOLLOW PENULIS SEBELUM MEMBACA! Tania Despina Galathea, seorang cewek cantik pindahan dari New York yang cerewet dan periang, namun memiliki banyak masalah dan rahasia dalam hidupnya Deandika Vanath Prawisra, salah satu most wanted sekola...