05: Tertangkap

2.3K 254 4
                                    

"...shi...."

Telinga Atsushi bergerak-gerak ke segala arah. Ia seperti mendengar suara yang memanggilnya tapi tidak jelas.

Siapa? Batinnya tapi pandangannya gelap.

Ia bisa merasakan tubuhnya terguncang sedikit tapi karena terlalu lembut dan tubuhnya terasa berat, ia ingin kembali tidur saja. Akhirnya, kesadarannya yang mulai kembali berangsur-angsur menghilang.

"ATSUSHI!"

BUAK!

Badan Atsushi di tendang keras. Walaupun ia tidak terplanting, lengannya yang ditendang langsung mengeluarkan rasa sakit hingga telinga dan ekornya langsung berdiri.

"Sakit!" teriaknya dengan marah.

Terpaksa bangun, ia menatap tajam ke arah sumber penendang itu. Ternyata itu adalah Chiaki.

Baru saja ia ingin marah, kata-katanya terhenti. Chiaki duduk di dekat dinding dengan borgol di tangan dan kakinya. Ketika ia melihat ke sebelah perempuan itu, keadaan yang sama juga terjadi pada Zen, Mahiru, dan Eiji yang sedang menatapnya dengan ekspresi yang campur aduk.

"A--apa yang terjadi?!" Atsushi segera bangun dari posisi tidurnya dan juga menyadari dirinya juga diborgol dalam keadaan yang sama.

"Kita ... tertangkap...?" ujar Eiji antara yakin dan tidak.

Namun, ketika melihat mereka ternyata berada di dalam sebuah ruangan yang dibatasi dengan jeruji besi, mau tidak mau, mereka harus menerima kenyataan mereka telah ditangkap.

"Daripada itu, Atsushi...." Kali ini Zen yang mengangkat suara.

"Hm?"

"Telinga itu...," gumam Zen.

"Dan ekor...," tambah Mahiru di sebelahnya.

Keempatnya melihat Atsushi dengan tatapan aneh. Mereka tidak bisa mempercayai pemandangan di depannya.

Telinga? Ekor? Atsushi belum dapat mencerna apa yang dikatakan untuk sesaat. Ketika ia menyadarinya, wajahnya memucat.

Ia menggerakkan ekor berbulu panjangnya melengkung ke depan agar ia bisa memastikan bahwa itu benar-benar terlihat. Seperti tidak mau percaya, ia memastikan lagi kedua telinganya di atas kepala dengan tangan yang terborgol. Menyadari keduanya muncul, wajahnya semakin memucat.

"I--ini ... aku bisa menjelaskannya!" seru Atsushi.

Keempat orang di depannya mengangguk hampir secara bersamaan.

"Aku mengharapkan penjelasan itu," gumam Zen.

"Aku juga." Chiaki menimpali.

Mahiru hanya mengangguk tapi ia sangat penasaran.

Eiji juga menuntut penjelasan.

Atsushi menelan ludah dengan susah payah. Ia takut sahabatnya ini akan ketakutan dan menghindarinya tapi ia tidak punya pilihan lain karena mereka sudah melihat sosoknya.

*****

Mendengar cerita kehidupan Atsushi yang bagaikan dunia fantasi, keempatnya menatap satu sama lain.

"Apa ada yang bisa mencubitku?" tanya Eiji yang merasa ia sedang bermimpi.

Mahiru yang duduk di sebelahnya langsung mencubit Eiji membuat pria itu mengaduh. Eiji sebenarnya tidak serius meminta orang untuk mencubitnya tapi dengan ini ia juga tahu ini adalah kenyataan.

"Jadi, kau adalah manusia setengah youkai?" tanya Mahiru yang kepalanya sudah mengepulkan asap akibat terlalu banyak informasi yang harus ia cerna.

Atsushi mengangguk.

"Kau menyembunyikannya karena kalau ketahuan, nyawamu akan terancam?" tanya Zen memastilan.

Atsushi kembali mengangguk.

"Karena darahmu yang tidak murni?" kali ini Chiaki yang bertanya.

Dengan tidak sabar, Atsushi mengangguk lagi.

Semuanya terdiam. Tidak ada yang berbicara lagi.

Melihat reaksi itu, telinga dan ekor Atsushi jatuh dengan loyo. Harapannya mulai pupus untuk dapat diterima.

"I--"

Tiba-tiba Chiaki mengeluarkan suara seperti orang kejepit.

"Ini bukan mimpi kan?! Ternyata youkai itu memang ada! Uaaahh!! Di mana notesku?! Aku merasa ideku mulai muncul lagi!" serunya heboh. Karena kakinya diborgol, ia tidak bisa berdiri dan meloncat-loncat riang. Akhirnya, ia hanya menghentak-hentakkan kakinya untuk mengeluarkan kegembiraannya.

Melihat itu, Atsushi tidak bisa untuk tidak ternganga lebar sampai rahangnya terasa bisa lepas dari tempatnya.

"Berisik!" Zen melotot ke arah Chiaki.

"Kalian tidak takut?" tanya Atsushi membuat mereka diam lagi.

"Daripada takut, aku masih lebih berharap kau menceritakannya lebih awal," ujar Zen.

"Dengan begitu, kita juga bisa membantumu menjaga rahasia ini. Bukankah dengan lebih banyak yang membantu, akan lebih ringan rasanya?" tambah Chiaki.

"Tapi, aku tetap tidak percaya! Hal seperti ini benar-benar ada!" seru Mahiru.

"Aku juga," ujar Eiji.

"Kalian terlalu santai!" seru Atsushi jadi khawatir. Masalahnya bukan sesuatu yang ringan.

"Kau ingin kami bereaksi seperti apa?" ujar Zen bingung.

"Ta--tapi, seharusnya lebih ... egh....." Atsushi tidak bisa mendeskripsikan. Akhirnya ia hanya bisa menyerah dan merasa sedikit bebannya terangkat.

Namun, belum sempat menikmati kelegaan itu, suara pintu yang berat dibuka menggema di dalam penjara sepi itu. Beberapa langkah kaki terdengar semakin dekat ke arah sel penjara yang ditempati mereka. Di antaranya, ada satu langkah kaki yang begitu tegas dan penuh tekanan, membuat semua yang ada di dalam sel merasa gemetar sedikit.

Empat orang pria berhenti di depan sel mereka. Salah satu dari mereka yang berdiri paling depan mengenakan kimono yang begitu mewah dengan pernak pernik dari batu-batu berharga. Rambut hitamnya yang panjang ia biarkan terurai dan sepasang sayap besar berbulu hitam terletak megah di belakang punggungnya.

Matanya yang hijau dan tajam menatap ke bawah, seperti merendahkan mereka yang ada di dalam sel. Mata itu terarah tepat pada Atsushi dengan penuh gairah membuat bulu di ekor Atsushi sedikit naik membentuk jarum-jarum kecil. Setelah cukup menatap, sebuah senyum yang tidak mengenakkan hati terlukis di wajah pria itu.

"Buka!" perintahnya.

"Baik, Tuan Ichiro," gumam ketiga bawahan yang sepertinya prajurit.
Ketiganya agak berbeda dari Ichiro karena wajah mereka tidak berbentuk manusia melainkan burung berbulu hitam. Melihat sosok mereka, semua yang ada di sel bisa menebak siapa mereka.

Tengu*? batin Atsushi tidak percaya.

*

Tengu : youkai Jepang yang biasanya berbentuk burung dan menggunakan baju biksu atau pendeta kuil Jepang


Ternyata ia ditangkap oleh youkai. Namun, seharusnya tidak ada yang tahu mengenai dia. Ia bisa memastikan sudah sangat berhati-hati dalam menjaga rahasia ini.

Bagaimana bisa?

Chiaki, Zen, dan Eiji menatap cemas ke arahnya sedangkan Mahiru masih belum sadar akan situasi sekarang. Dari cerita Atsushi, yang mau membunuhnya adaah sesama youkai dan tepat di depan mereka, ada yang berpotensi untuk membunuhnya. Ini adalah situasi yang berbahaya!

Pintu jeruji terbuka dan bawahan itu mempersilahkan Ichiro masuk. Dengan sedikit jijik melihat tempat berdebu yang sangat tidak cocok dengannya itu, Ichiro masuk ke dalam lalu berjalan ke arah Atsushi.

Atsushi ingin menghindar dengan mengesotkan pantatnya mundur ke belakang tapi kedua pipinya langsung dijepitnoleh tangan langsing Ichiro dan wajahnya ditarik. Ichiro membungkuk sedikit sehingga sekarang wajah mereka berdua berjarak tidak jauh.

Atsushi terus meronta, merasa ia akan segera dibunuh, ia harus kabur. Namun, kekuatan Ichiro sangat besar sehingga semakin ia meronta, jepitan di kedua pipinya semakin kuat hingga tulang tengkoraknya terasa mau retak. Akhirnya, ia berhenti merasa itu hanya akan merugikannya.

"Namaku Ichiro. Aku adalah pemimpin dari para tengu. Kirishima Atsushi, buatlah pertimbangan denganku," ujarnya dengan senyum tidak menyenangkan itu lagi. Matanya melihat Atsushi dari atas sampai bawah dengan mata mengkilat.

"A--apa itu?" Atsushi masih takut melihat mata itu.

"Menikahlah denganku dan aku akan melepaskan keempat temanmu itu."
Atsushi membelalakkan matanya. Tidak hanya dia, keempat yang lain itu terbelalak.

Apa maksudnya ini? Dia tidak ingin membunuhku? Ta--tapi, menikah?!

"Atsushi, dia gila!" Zen tidak bisa tidak membuka suara.

"Jangan dengarkan dia!" seru Eiji.

"Jangan pikirkan kami!" Mahiru menambahkan.

"Tidak usah menerimanya karena kami!" Chiaki tidak bisa geram mendengarnya. Ia pecinta hubungan manis antar lelaki tapi tidak dengan cara seperti ini. Ini tidak dimaafkan dan tidak sesuai prinsipnya!

Mendengar kebacotan keempat di samping itu, Ichiro mengangkat tangannya yang bebas dan mengarahkannya ke arah mereka. Dalam sekejap, mulut keempatnya tidak bisa terbuka.

"Diam dan jadilah anak baik. Kalau kalian berusaha membuka mulut kalian, bersiaplah untuk tidak dapat berbicara lagi seumur hidup!" ancam Ichiro dengan mata melotot yang menyeramkan.

Keempatnya menelan ludah dengan susah payah. Apakah itu hanya ancaman atau memang kenyataan mereka tidak tahu tapi wajah menakutkan itu cukup untuk membuat mereka terdiam.

"Kalau kau menolak, maka matilah di sini!" ujar Ichiro lagi.

Atsushi merasa darah meninggalkan wajahnya. Ia bisa merasakan aura membunuh dari sekitar Ichiro karena instingnya sebagai youkai rubah sangatlah tajam.

Orang ini serius! Ia menelan ludah dengan susah payah.

Melirik sedikit ke arah keempat lainnya, Atsushi masih bisa melihat mereka menggeleng sedikit. Namun, ia tidak ingin kehilangan.

"Baiklah," gumam Atsushi yang mengundang senyuman puas dari Ichiro.

"Keluarkan dia!" perintah Ichiro lalu berjalan keluar dari sel tanpa lupa melepas bungkamannya pada mulut keempat orang.

"Atsushi!" seru keempatnya dengan marah. Namun, mereka tidak dapat melakukan apa-apa.

Ketiga bawahannya menarik Atsushi keluar tapi tidak membawa keempat lainnya keluar. Dengan panik, ia membuka suara. "Bagaimana dengan mereka? Kau bilang akan melepaskannya!"

Ichiro tersenyum licik. "Aku akan melepaskannya setelah kau menikah denganku."

Namun, Atsushi bisa melihat air liur yang hampir menetes dari ujung mulut pria itu. Matanya melihat keempat manusia yang ada di dalam sel seperti melihat mangsa.

Dia akan membunuh mereka! Pikir Atsushi panik.

Ia bisa mendengar keempatnya berteriak memanggilnya dan berusah keluar dari sel tapi ia sudah ditarik pergi menjauh. Tidak ada jalan kembali!

Bagaimana aku bisa menyelamatkan mereka?!

________
____________

Sesuai janji, AOI update lagi!

Bagaimana menurut kalian?

Terima kasih utk vote & commentnya selalu! Terus dukung AOI y :)

Sampai jumpa di chapter selanjutnya!! ^_^

Marry The Enemy [BXB] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang