08: Naga dan Youkai (1)

2.3K 251 8
                                    

"Kenapa naga ada di sini?!"

Napas setiap orang yang ada di situ serasa terhenti ketika mendengar pertanyaan Arata. Dengan enggan, mereka mengakui kenyataan ini.

"Naga?" gumam Atsushi yang tidak paham. Kepalanya juga tidak bekerja dengan baik karena gemetar di tubuhnya terlalu hebat. Saking hebatnya, ia sampai mencengkeram lengan kimono Kaoru - si naga - sampai berkerut-kerut.

"Alasan aku ada di sini tidak penting," ujar Kaoru singkat.

Para youkai mengambil posisi siaga. Mereka dengan masih gemetaran mulai menarik senjata untuk berjaga-jaga jika Kaoru merupakan ancaman.

"Naga tidak diterima di sini!" seru Ichiro dengan wajah penuh kebencian.

"Betul!"

"Keluar makhluk sombong!"

"Benar!"

"Pergi!"

Teriakan demi teriakan memekakkan telinga Atsushi.

"Cepat kembalikan istriku dan pergi dari sini!" seru Ichiro.

Enrai langsung menatap tajam Ichiro. "Kau sudah berjanji akan melepaskannya!"

"Heh! Dalam mimpimu!" Ichiro meludah ke arah Enrai.

Lalu, Ichiro mengalihkan tatapan tajam itu kepada Atsushi yang gemetaran. "Cepat ke sini istriku!" serunya dengan suara yang lembut tapi terasa menggelikan sampai ekor Atsushi berdiri tegak.

Atsushi merasa dirinya menyusut. Ia menggelengkan kepalanya lalu berlindung di balik Kaoru.

"Tidak mau!" serunya dengan suara gemetaran.

Ichiro menyipitkan matanya. Ia bersiap mengancam Atsushi ketika Kaoru membuka suara.

"Kau tidak bisa memanggilnya istrimu karena dia sudah menjadi istriku sekarang," ujar Kaoru tanpa ekspresi tapi auranya begitu menakutkan sampai beberapa senjata terlepas dari pegangan mereka sendiri saking takutnya.

Wajah Ichiro semakin jelek. "Apa buktinya?!"

Kaoru menarik tangan kiri Atsushi dan miliknya ke atas. Di jari manis mereka, terdapat tanda berwarna hitam yang melingkarinya. "Ini adalah tanda bahwa dia milikku."

Ruangan itu mulai ramai.
Atsushi sendiri membelalakkan mata. Ia tidak ingat punya tanda seperti itu di jarinya.

"Ini tidak bisa diterima!" seru Arata seraya menghentakkan kakinya membuat semua orang terdiam.

"Youkai yang menikah dengan naga sama dengan pengkhianat! Bunuh dia!" seru Arata lagi.

Yang lainnya mulai terprovokasi.

"Benar!"

"Bunuh rubah itu!"

"Dia telah melanggar peraturan!"

"Dia merendahkan harga diri kita!"

Ichiro menatap Arata dengan benci tapi ia tidak punya pilihan lain. Dari kelima pemimpin, ia yang paling tinggi di sini. Jika ia menghentikan mereka untuk membunuh rubah itu, posisinya akan berbahaya.

Tidak masalah. Aku hanya butuh darahnya saja pikir Ichiro menghibur dirinya. Walaupun ia agak menyesal tidak bisa mencicipi tubuh rubah yang katanya sangat sensitif itu, selama ia mendapat darah yang ia inginkan, ia tidak akan bersedih.

"Atsushi, darah kotor dari klan rubah! Melanggar peraturan nomor satu para youkai dengan menikahi pria dari bangsa naga yang biadab itu! Hukumannya adalah mati!"

Keputusan Ichiro memulai serangan dari para youkai. Atsushi menatap sekelilingnya dengan rasa takut yang semakin besar. Sudah takut dengan yang ada di sampingnya, ia harus takut dengan bangsanya sendiri juga.

Hal ini membuat kepalanya pusing dan kakinya melemas. Melihat ia hampir jatuh, Kaoru menahan tubuh Atsushi lalu memeluknya dengan satu tangan di belakang punggung dan satu tangan di bawah lutut.

"Tahan," gumam Kaoru kepada Atsushi yang tidak terlalu paham maksudnya tapi akhirnya ia mengangguk lemah.

Kaoru membesarkan auranya hingga para youkai tingkat rendah langsung tertekan oleh aura itu dan jatuh dengan tubuh kejang-kejang. Atsushi sendiri juga terkena imbasnya sampai ia hampir pingsan.

"Terkutuklah takdir darah ini!" teriak beberapa youkai yang kesal karena tidak dapat berdiri lagi hanya karena auranya saja.

Enrai yang tersadar dari gemetarannya mulai mendapatkan akal sehatnya lagi. Ia langsung menarik lengan Kaoru membuat pria itu sedikit kaget.

"Ikut aku!"

Enrai menarik mereka pergi tanpa lupa meminta Kumi dan yang lainnya untuk mengikutinya juga.

"Enrai! Kau akan dipecat dan diasingkan jika kau membantu mereka! Aku tidak mengancam!" seru Ichiro tapi Enrai tidak peduli.

"Tomoe!" seru Enrai lagi masih sambil berlari.

Tiba-tiba, seekor anjing hitam berukuran sangat besar muncul di depan mereka.

"Naik!" perintah Enrai.

Kumi dan keempat lainnya mulai naik ke atas punggung anjing besar itu. Ketika Kaoru mendekat, anjing bernama Tomoe itu menghindar.

"Aku tidak tahan dengan auranya! Kau ingin membunuhku?!" protes Tomoe.

"Aku akan menyegelnya," ujar Kaoru singkat lalu rasa gemetar di tubuh Tomoe mulai mereda walaupun tidak hilang seluruhnya.

Mereka pun naik dan ketika para youkai itu berhasil mengejar mereka, sosok mereka sudah hilang.

Wajah Ichiro sehitam arang dan Arata pun tidak jauh beda ketika mengetahui bahwa mereka berhasil kabur.

"Cari mereka! CEPAT!" bentak Ichiro murka.

*****

Setelah keluar dari Yomi melalui gerbang yang dijaga Enrai selama beratus-ratus tahun, Enrai menutup gerbang itu dan tidak memberi ijin siapa pun untuk masuk. Dengan begini, waktu bisa diulur sampai para youkai menghubungi kelinci hitam penjaga gerbang dimensi untuk membukakannya.

Tomoe mendarat di sekitar semak-semak yang dekat dengan rumah Atsushi agar tidak menarik perhatian orang. Setelah semuanya turun dari punggungnya, anjing hitam itu menyusut hingga seukuran anjing peliharaan biasa.

"Ayo masuk!" seru Kumi yang sudah membuka pintu rumahnya.

Semuanya langsung berlari masuk termasuk Kaoru yang masih menggendong Atsushi yang sudah kehilangan kesadarannya untuk beberapa saat.

"Hm?" Atsushi menggeliat dalam pelukan Kaoru. Matanya terbuka pelan dan langsung menangkap sosok pria berambut biru pucat itu.

Tiba-tiba, merasa tubuhnya gemetaran, ia mengingat siapa pria ini dan langsung meloncat turun dari pelukannya. Namun, tidak berhasil.

Kaoru hampir kehilangan keseimbangan ketika Atsushi meloncat tapi ia berhasil menyeimbangkan kembali lalu meletakkan Atsushi kembali menginjak lantai. Atsushi langsung lari terbirit-birit hingga jarak mereka sudah beberapa meter.

Melihat ini, Enrai dan ketiga sahabatnya mengernyitkan dahi.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Mahiru yang mendekati Atsushi.

"Apakah naga itu semenakutkan itu?" tanya Zen.

Chiaki berjalan dalam diam. Atsushi yang ketakutan seperti ini hanya terjadi ketika ia bersama Kaoru sedangkan pria tinggi yang ada di dalam ruangan ini bukanlah dia tapi Atsushi tetap berekspresi sama. Apa itu hanya kebetulan?

Tentu saja keempatnya tidak tahu pria berambut biru pucat itu adalah Kaoru.

"Seharusnya dia sudah tidak semenakutkan itu. Tomoe bahkan tidak gemetar ketika berada di dekatnya," ujar Enrai sedikit heran.

"A—aku bahkan di sini masih gemetaran!" seru Atsushi bingung. Ia sudah cukup jauh beberapa meter dari Kaoru dan seperti biasa, ia masih bisa merasakan aura menakutkan itu.

Melihat ekspresi ini, yang awalnya hanya Chiaki yang curiga, akhirnya Zen dan Eiji pun ikut curiga. Yang masih tidak memikirkan ini hanyalah Mahiru.

Zen menatap tajam ke arah pria dingin itu. "Siapa namamu?" tanyanya.

"Di—dia Se—"

Kaoru menghujam Atsushi dengan tatapan tajam membuat Atsushi kembali bungkam.

"Namaku Riyo," ujar Kaoru singkat.

"Tuan Riyo, apa kau serius tentang menikah dengan Atsushi?" tanya Kumi takut telinganya sudah rusak.

Kaoru mengangguk pelan. "Besok aku akan membawanya ke Kishin."

Semuanya syok dan tidak bisa berkata-kata.

"A—apa itu Kishin?" Chiaki yang memecahkan keheningan.

"Dunia di mana bangsa naga tinggal," jawab Kaoru singkat.

"Kau akan membawaku ke sana?!" Atsushi tidak percaya.

"Bagaimana dengan sekolahnya?" tanya Kumi khawatir.

"Dia tidak perlu bersekolah," ujar Kaoru lagi.

Atsushi langsung memprotes. "Tidak mau! Ini sudah tahun terakhir! Aku tidak mau berhenti sekolah! Di dalam perjanjiannya tidak ada masalah tentang ini!"

Kaoru kembali memberi tatapan tajam membuat Atsushi kembali bungkam.

"Jangan mengancam Atsushi dengan tatapanmu!" seru Zen marah.

"Aku tidak ingin mendengar itu darimu," ujar Kaoru singkat.

Zen tidak bisa berkata apa-apa sedangkan Mahiru sedikit setuju dengan kalimat itu.

"Betul. Kau juga sering begitu denganku dulu," ujar Mahiru mengingat masa lalu.

Zen mengetuk kepala pacarnya. Namun, hal ini membuatnya merasa aneh. "Kenapa kau bisa tahu aku sering begitu dengan Mahiru?"

"Aku tahu hanya dari melihat wajahmu saja," ujar Kaoru dingin.

Zen merasa ingin menonjoknya tapi Atsushi langsung menghentikan. Ia belum selesai dengan masalah sekolah.

"Ayolah Se—"

Kaoru kembali memberi tatapan tajam.

"Ri—Riyo! Aku tetap mau sekolah!" mohon Atsushi dengan sangat.

Berpikir sejenak, Kaoru menghela napas. Ia juga sebenarnya ingin melanjutkan satu tahun lagi kehidupan sekolah ini.

"Baiklah tapi kau harus pulang pergi dari Kishin. Tidak tinggal di sini. Untuk itu, aku tidak bisa tawar menawar," ujarnya tegas.

Atsushi menatap Kumi sebentar. Ia tidak ingin berpisah dengan bibinya. Kumi sendiri juga tidak ingin tapi sepertinya kedua orang ini sudah membuat sebuah janji jadi ia mau keponakannya menjadi orang yang tidak mengingkari kata-katanya sendiri.

"Baiklah," ujar Atsushi lagi.

"Kalau begitu, aku mengharapkan ijin untuk bermalam di sini untuk mengistirahatkan tubuh," ujar Kaoru dengan sopan terhadap Kumi.

"Tentu saja. Kalian semua juga beristitahatlah di sini! Aku akan menyiapkan kamar." Kumi langsung berdiri dan berjalan keluar dari ruang tamu.

"Aku akan membantu!" tawar Atsushi tapi langsung ditolak karena ia juga pasti lelah.

"Aku akan membuat penghalang sehingga pengejar kita tidak akan bisa mendeteksi," ujar Enrai sambil meluruskan pakaiannya yang berkerut.

"Aku akan membantu." Kaoru juga ikut berdiri.

Enrai tersenyum kecil. "Terima kasih, Tuan Riyo."

___
______

Update!!

Chptr selanjutnya akan ada penjelasan mengenai nama" dunia sprt Kishin, Yonotsune, Yomi yg sdh bbrp kli muncul dalam chapter" sblm. Catatan : semua ini adlh ide dri ak sndri, tidak diambil dri ide org lain.

Terima kasih sudah membaca, vote & comment 🤗

Sampai jumpa di chapter slnjutnya! 😊😊

Marry The Enemy [BXB] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang