15: Pria dengan Mata Tertutup

1.7K 201 3
                                    

Sebuah tempat yang serba hitam tertangkap pandangan Atsushi. Ia melihat ke sekelilingnya dengan bingung.

“Sejak kapan aku berpindah tempat?”

Seingatnya, ia baru saja berhasil membersihkan tempat tidur itu lalu....

“Aku tidak ingat apa yang aku lakukan setelah itu,” gumamnya.

Ia melihat ke bawah kakinya dan terkejut ketika melihat pantulan dirinya sendiri di lantai. Dirinya tanpa telinga dan ekor.

Sejak kapan aku menyembunyikan telinga dan ekorku? Pikirnya berusaha untuk mengeluarkan telinga dan ekor lagi tapi tidak ada yang muncul di atas kepala dan belakang bokongnya.

Selain itu, ia bisa melihat jelas padahal, tidak ada cahaya di sini.

Ketika ia melangkahkan satu kakinya, suara air yang dicipratkan menggema di sana. Lantai di bawah telapak kakinya memperlihatkan beberapa gelombang air yang melingkar lalu hilang.

“Aku berjalan di atas air?” Matanya membulat, tidak percaya dengan apa yang telah ia lihat.

Apa ini mimpi?!

“Ah!” sebuah suara yang kekanakan terdengar tidak jauh darinya.

Anak kecil setinggi paha Atsushi berdiri tidak jauh darinya. Wajahnya adalah jiplakan dari wajah Atsushi versi anak kecil. Sepasang telinga hitam dan ekor hitam dimiliki anak itu.

“Kau ... aku?” tanya Atsushi tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi.

Atsushi versi kecil berlari ke arah menimbulkan suara cipratan air yang heboh.

“Atsushi! Akhirnya kau bisa sadar! Aku takut!” seru Atsushi versi kecil dengan mata berkaca-kaca. Tubuh kecilnya memeluk kaki kanan Atsushi dengan erat.

Bingung harus berekspresi apa, ia rasa pertama-tama ia harus menenangkan anak kecil ini jadi ia mengelus kepalanya.

Setelah anak kecil itu cukup tenang, Atsushi bertanya, “Apa yang kau takutkan?”

Atsushi versi kecil menatapnya sebentar. Ia lalu melepaskan tangan kecilnya dari kaki Atsushi lalu menggenggam tangan kanannya.

“Ikut aku!” perintah suara imut itu.
Atsushi versi kecil menarik Atsushi menyusuri tempat itu. Atsushi merasa ia tidak berpindah tempat karena sekelilingnya benar-benar hanya latar hitam yang kosong. Namun, setelah beberapa saat, ada sesuatu yang tertangkap matanya.

Di tengah lantai air itu, seorang pria muda berdiri tegak di sana. Rambut panjangnya terurai kaku. Wajahnya tampan dengan hidung mancung, bibir tipis, dan kedua mata yang terpejam. Kimono yang ia pakai membaluti tubuhnya dengan pas sampai mata kaki.

Namun, anehnya, pria muda itu seperti patung yang belum diberi cat. Tubuhnya kaku dan tidak bergerak sama sekali. Selain itu, dari rambut sampai kaki, ia berwarna abu-abu. Yang berwarnanya hanyalah enam tetes air kecil berwarna hitam di tengah dahinya, melingkar di sana.

“Siapa dia?” Atsushi merasa familiar ketika melihat pria itu tapi ia tidak ingat bertemu di mana.

Atsushi versi kecil menggelengkan kepalanya hingga ekornya pun ikut melambai mengikuti arah gelengannya. “Dia sudah ada selama aku di sini dan dia menyeramkan! Aku tidak bisa mendekatinya!” ujarnya sedih.

Atsushi bisa melihat bulu-bulu anak kecil itu yang sudah berdiri seperti jarum. Sepertinya anak ini tidak berbohong.

Dengan penasaran, Atsushi berjalan mendekat ke arah pria muda yang mematung itu. Atsushi versi kecil ingin menghalanginya tapi ia tetap berjalan mendekat hingga akhirnya anak itu menyerah dan berdiri diam agak jauh dari keduanya.

Atsushi menyentuh tubuh pria muda itu dan bisa merasakan kain pakaiannya yang halus dan licin. Walaupun warnanya seperti patung yang belum jadi, ternyata ketika disentuh, semuanya terasa seperti manusia biasa. Kulit pria muda itu pun halus dan kenyal.

Anehnya adalah, pria ini benar-benar tidak bergerak sama sekali. Atsushi mencoba membuatnya geli dengan menggelitiknya tapi alis pria muda itu bahkan tidak mengerut sama sekali. Wajahnya tetap tenang seperti putri tidur.

Atsushi yang tidak percaya mulai bereksperimen lagi. Ia mencubit pria muda itu, menginjak kakinya, menendang-nendang kakinya, dan masih banyak lagi tapi semuanya sia-sia. Bagaikan kakinya sudah dilem di sana, pria muda itu tidak bergerak sama sekali.

Akhirnya, Atsushi yang kelelahan berjalan kembali menuju Atsushi versi kecil.

“Kau benar-benar tidak tahu itu apa?”

Atsushi versi kecil kembali menggeleng.

“Dulu dia lebih kecil dariku tapi seiring berjalannya waktu, dia makin besar dan mengeluarkan aura yang menakutkan! Kau tidak merasakannya?!” Atsushi versi kecil mulai berlari agak menjauh sedikit sebelum gemetar di tubuhnya sedikit membaik.

Atsushi mengikutinya sambil berpikir keras. “Aku tidak merasakan apa-apa.”

“Ngomong-ngomong, kau sendiri siapa?” tanya Atsushi lagi.

Mata bulat anak itu mengedip dua kali lalu tertawa dengan suara imutnya itu. “Aku adalah kau!”

“Hah? Maksudmu?” Atsushi membulatkan matanya.

“Kau adalah bagian manusia dan aku adalah bagian youkai,” jelas anak itu.

Pantas saja anak kecil itu mempunyai wajah yang sama dengan Atsushi.

“Tapi, kenapa kau kecil sekali?” tanya Atsushi tak paham. Jika dia bisa sebesar ini, kenapa dirinya yang youkai tidak?

“Entahlah. Dulu aku juga bertumbuh sepertimu tapi ketika aku tumbuh sampai bentukku sekarang ini, aku tidak bertumbuh lagi. Apa kau berhenti melakukan sesuatu saat tinggimu segini?”

Atsushi berpikir keras. Itu adalah ingatan yang sudah sangat lama. Sulit untuk menggalinya kembali.

Ketika ia setinggi ini seharusnya ia masih TK atau tidak pun baru SD. Apa yang aku tidak lakukan lagi?

Matanya membulat tiba-tiba. “Aku berhenti belajar menggunakan kekuatan youkai-ku!” serunya.

Rubah Atsushi* manggut-manggut mendengarnya. “Pantas saja aku merasa tidak berkembang sama sekali!”

*Mulai sekarang, Atsushi kecil versi youkai akan dipanggil Rubah Atsushi

“Apa salahnya?” Atsushi masih tidak paham.

Rubah Atsushi berdiri dan berdeham kecil untuk membersihkan tenggorokannya. “Dengar ya, aku tidak seperti manusia yang akan bertambah besar seiring umur. Karena aku berbagi tubuh denganmu, jika kekuatanku tidak dikembangkan, aku juga tidak akan tumbuh dewasa dan porsi diriku di dalam tubuhmu menjadi sedikit! Itulah mengapa aku masih kecil begini.”

Atsushi ber-oh panjang mendengar itu.

Rubah Atsushi menoleh ke arah pria muda patung itu. “Sepertinya pria itu berbeda. Dia bertumbuh bersama denganmu dan seiring berjalannya waktu, dia semakin kuat.”

“Dulu aku tidak takut padanya tapi karena dia semakin kuat, hampir seluruh tempat ini dipenuhi auranya dan itu menyeramkan sedangkan, aku tetap lemah sehingga aku tidak bisa mengatasinya,” gerutu Rubah Atsushi. Sekarang ia tahu alasannya mengapa.

“Kau harus melatih kekuatan youkai juga! Jangan malas! Kalau tidak, aku bisa mati ketakutan di sini!” perintahnya dengan sedikit angkuh.

Geram melihat anak kecil yang sok memerintah ini, Atsushi memukul kepala mungil itu.

“Aduh! Kau kenapa sih?” Rubah Atsushi mengelus kepalanya dengan kedua tangan mungilnya yang gendut.

“Tidak ... aku hanya kesal saja,” ujar Atsushi yang langsung mendapat gerutuan lagi dari Rubah Atsushi.

“Ngomong-ngomong....” Atsushi menyadari satu hal lagi.

“Ini di mana?”

Rubah Atsushi langsung tumbang ke samping. “Kau baru nanya itu sekarang?!” tanyanya tak percaya. Sudah terlalu terlambat untuk menanyakan itu.

Menggelengkan kepalanya kecil, Rubah Atsushi menghela napas. Ia bersikap seperti orang dewasa.

Melihat ini, tangan Atsushi kembali gatal untuk memukul kepala rubah kecil ini.

Dia meremehkanku karena aku tidak tahu apa-apa! Geramnya dalam hati. Padahal di awal, rubah kecil ini menangis tersedu-sedu padanya untuk meminta perlindungan.

Entah mengapa, ia merasa sedikit terhina. Sepertinya ia dihina terus oleh orang-orang yang berbadan lebih kecil darinya.

“Ini adalah alam bawah sadarmu,” jelas Rubah Atsushi.

Atsushi hanya bisa manggut-manggut. “Apa aku akan bisa masuk ke sini lagi lain kali?”

Rubah Atsushi mengedikkan bahunya. “Selama ini kau selalu masuk ke sini tapi kau hanya menatap kosong dan berdiri diam. Baru hari ini kau memiliki kesadaran.”

“Begitu,” gumam Atsushi tidak pernah memiliki ingatan seperti itu.

Tiba-tiba, seberkas cahaya menyinari tempat itu. Pada saat yang sama, Atsushi merasa tubuhnya menjadi ringan.

“Apa ini?” tanyanya buru-buru. Ia merasa akan diterbangkan ke tempat lain membuatnya takut.

“Kau hanya akan bangun,” ujar Rubah Atsushi sebelum semuanya menjadi putih total.


-------
----------
Hai!! AOI updt lg! Maaf hny bsa update satu chptr krna ak lg seru"nya ngebaca satu cerita haha.😆😆

Terima kasih sudah membaca ceritaku dan selalu terima kasih juga kepada yg vote & comment! 😘😘

Sampai jumpa di chapter slnjutnya! Sedikit petunjuk, chptr selanjutnya berjudul sisi lain Kaoru, bagaimana sisi lainnya? Ditunggu y! AOI usaha update secepatnya 🤗🤗

Marry The Enemy [BXB] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang