22: Nama (3)

1.5K 197 3
                                    

Sendagaya....

Suara Atsushi menggema di dalam benak Kaoru yang sedang menunggu dalam kebosanan. Mengira Atsushi sudah selesai, ia mengangkat wajahnya hanya untuk menemukan halaman sekolah yang kosong.

Apa aku salah dengar? Kaoru mengernyitkan dahinya.

Sendagaya....

Suara Atsushi kembali terdengar. Kali ini, agak bergetar.

Firasat buruk memenuhi Kaoru.

Hayate yang menyadari kelakuan aneh tuannya, bertanya, “Ada apa, Tuan Riyo?”

“Apa kau mendengar suara Kirishima?”

“Atsushi?” Hayate mengernyitkan dahinya.

Sendagaya....

“Ah ... aku mendengarnya lagi.”

Hayate menajamkan pendengarannya tapi ia tidak menemukan apa-apa. “Tidak dengar sama sekali.”

Kaoru semakin cemas. Setiap kali terdengar, suara itu membuat dadanya sesak. Ia tidak paham dan tidak suka dengan perasaan ini. Namun, ia bisa mengatakan ada sesuatu yang tidak baik terjadi pada Atsushi.

“Ayo kita ke kelas!” perintah Kaoru dengan tergesa-gesa.

Mungkin ini pertama kalinya Hayate melihat Kaoru berlari dengan kecepatan tinggi. Hayate langsung mengikutinya.

Sambil berlari, Kaoru membuat sedikit kesadarannya untuk menjelajahi alam bawah sadarnya. Di sana, ia menemukan bagian kecil dari dirinya yang sudah tidak berada dalam tubuhnya tapi masih terkoneksi dengan lemah dengannya.

Jika Kirishima dalam kesusahan, lakukan sesuatu sampai aku tiba! Perintahnya dalam hati. Ia terus mengulang perintah itu, berharap bisa tersampaikan pada bagian dirinya itu.

Sementara itu, mata Atsushi sudah basah sepenuhnya.

Makoto yang berada di atasnya memberikan kiss mark di berbagai bagian tubuhnya membuat Atsushi merasa jijik dan mual. Bibirnya sudah terluka parah saking kuatnya gigitannya.

“Hmm ... buka mulutmu,” ujar Makoto bosan.

“Kalau kau tidak membuka mulutmu, aku akan melakukannya sampai akhir!” serunya lalu meremas milik Atsushi.

“Mphh!” Atsushi terkejut. Air matanya mengalir deras.

Jangan! Aku tidak mau! Ini menjijikkan! Batinnya. Hatinya terasa tercabik-cabik.

Pemikiran tidak menyenangkan mulai memenuhi benaknya. Apa aku menggigit lidahku saja? Lebih baik aku mati....

“Jangan lakukan itu. 'Diriku' tidak akan senang,” ujar sebuah suara yang ringan, menggema di benaknya.

Seketika itu, latar hitam memenuhi pandangan Atsushi. Pria muda yang ada di dalam alam bawah sadarnya berdiri tegak di depannya.

“Kau....”

“Dia tiba-tiba bergerak!” seru Rubah Atsushi yang matanya sudah bengkak.

“Kenapa kau menangis?”

“Karena kau menangis! Orang itu masih melakukan hal yang menjijikkan kan? Aku tidak mau!” seru Rubah Atsushi mulai menangis lagi.

Atsushi juga mulai menangis seperti anak kecil. Ia masih bisa merasakan lidah basah pria itu yang menjijikkan di kulitnya.

Tiba-tiba, sebuah tangan menepuk bahunya. Atsushi melihat pria muda itu sudah membungkuk depannya. Mulutnya tersenyum tapi matanya tetap tertutup.

“Aku bisa membantumu jika kau memanggil namaku. Kau sudah tahu kan?” ucapnya lembut. Suaranya yang menenangkan itu begitu familiar bagi Atsushi.

Marry The Enemy [BXB] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang