10.2 Bab Lainnya dalam Bagian Baru

220 43 0
                                    

Suara dentuman bel pintu menggema di pagi hari, cukup pagi bagi orang-orang yang akhirnya bisa merasakan bebasnya waktu bersantai di akhir pekan, keluar dari belenggu rutinitas sehari-hari yang terasa membosankan. Gue, Bian, dan Juan memutuskan untuk berdiri di depan gerbang terus menekan bel meminta salah satu dari penghuni kosan ini untu membukakan gerbang.

"Telpon aja sih." Juan terus menggerutu, mendesak Bian lekas menghubungi salah satu penghuni.

"Oh iya," celetuk Bian membuat Juan takjub.

"Gila udah 20xx, temen gue masih aja belom di upgrade otaknya."

Gue dan Bian tertawa, sebenarnya Juan cuma kesal karena belum tidur semalaman. Dan sudah harus datang ke kosan Shasha di pagi hari seperti yang kami lakukan saat ini. Semua ini karena ide Bian yang meminta kami untuk menginap, meski seluruhnya bukan kesalahan darinya.

Bian meminta kami datang untuk melihat apakah semua yang ia siapkan cukup mampu membuat Shasha betah. Terutama gue dan Zul yang ditanya mengenai hal itu, gue yang punya adik perempuan sedangkan Zul punya satu kakak perempuan. Bian gak ingin Shasha merasa gak nyaman sehingga terus menanyakan ke gue dan Zul tentang kebutuhan interior bagi seorang wanita.

Hanya saja saat Dito tahu ia mulai mengajak kami membuat pesta sambutan untuk Shasha. Semalaman kami berempat dipaksa untuk mendekor ruangan demi Dito yang bersemangat menyambut kedatangan Shasha. Pagi ini pun dia sudah cukup berisik meminta kami untuk bertukar tempat. Ia ingin ikut menjemput Shasha, hanya saja itu gak mungkin karena kekesalan Juan membuat Dito harus stay tinggal di apartemen untuk mengurus sisa keperluan pesta sambutan yang belum selesai.

"Hey," sapa riang Shasha saat menemui kami di depan kosan.

"Udah siap?" tanya gue menggantikan Bian.

"Udah kok mas, tapi Shasha lagi masak. Sarapan bareng yuk?"

"Gak usah, lo lanjutin masak aja sambil kasih unjuk mana yang mau dibawa." Juan terlihat gak sabar, dia memang terlihat sangat lelah meski kami sudah memintanya beristirahat dia menolak keras. Mengatakan bahwa gak mungkin dia istirahat saat semuanya masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Gak ada satu orang pun yang menyanggah, memilih membiarkan Juan melakukan yang dia inginkan.

Shasha menuntun jalan kami masuk ke dalam kosan, menunjuk pada kotak-kotak yang sudah dipisahkan membuat kami mudah membawa barang-barangnya.

"Itu aja?"

"Iya, gak banyak memang. Kan, Shasha baru tiga bulan di sini."

Kami bergantian mengangkut kotak demi kotak untuk dimasukkan ke dalam mobil. Juan menyerah dan memilih tidur di mobil sambil menunggu gue dan Bian selesai memindahkan semuanya. Shasha muncul tepat gue membawa kotak terakhir, tersenyum canggung saat mata gue berpapasan dengannya di depan kamar.

"Kenapa?"

"Keputusan Shasha benar kan, ya?" ucapnya ragu.

"Saya gak tahu benar apa gak soal keputusan kamu, tapi yang saya tahu bahwa kamu bisa percaya Bian dalam hal ini."

"Benarkan? Pasti benar, yasudah Shasha pamit sama yang lain dulu ya."

Setelah mengambil barang dan membawanya turun menuju mobil gue melihat kecanggungan di antara Bian dan seorang pria yang gue yakini penghuni di sini. Gue pernah melihatnya beberapa kali di sekitar Shasha, gue mendekat guna mencari tahu apa yang terjadi. Wajah Bian maupun orang itu sama-sama terlihat kesal membuat gue semakin khawatir dan lekas mendekat.

"Yan?" sapa gue setelah meletakkan kotak di lantai.

Gue ngerasa sedikit terintimidasi saat pria ini ikut menatap gue gak suka. Dia beberapa kali terus menghela napas sebelum melanjutkan pembicaraan.

"Lihat aja nanti." Dia pergi meninggalkan gue yang masih bingug atas apa yang terjadi. Lantas menatap Bian yang masih terdiam lalu pergi meninggalkan gue sendirian.

"Ada apa?" Tangan gue lekas menahan pergerakan Bian. Memintanya untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"Gak ada."

"Ada hubungannya sama Shasha, kan?" Bian terdiam gak menanggapi pertanyaan gue. "Bukannya lo bilang gue harus bantu lo jaga dia, kan? Gak harus sekarang, lo bisa bicara nanti."

Mendengar pernyataan gue Bian sedikit lebih tenang. Gue juga sudah gak menahannya lagi, kembali membawa kotak terakhir untuk dibawa menuju apartemen.

"Nanti," ucap Bian akhirnya. Gue mengangguk dan bergegas menuju mobil.

Perjalanan yang kami tempuh cukup lama karena Dito mengisyaratkan bahwa dia belum siap. Gue yang memegang kemudi akhirnya memilih menepikan mobil ke sebuah supermarket. Mencoba membeli barang-barang yang gak gue butuhkan sampai sinyal lainnya datang membuat gue bisa melanjutkan perjalanan.

Juan tertidur karena benar-benar kelelahan di samping gue. Shasha dan Bian terjebak kecanggungan sejak awal kami berjalan tadi. Gak ada satupun dari mereka yang memulai bicara, gue menghela napas sebelum berusaha memecah kesunyian.

"Gimana kuliah Sha?" Pertanyaan paling mendasar buat kami sebagai anak-anak yang masih berkuliah.

"Lancar mas."

"Masih keep kontak sama orang di panti?"

"Masih kok mas, kenapa?" tanyanya balik.

"Gak pa-pa." Perbincangan kami pun ikut terhenti begitu saja. Gue kehabisan ide dan memilih untuk melanjutkan perjalanan, dengan berharap semoga kami lekas sampai ke tujuan.

Dari balik kaca spion gue masih bisa melihat kecanggungan antara mereka, meski kini bisa gue lihat Bian memulai percakapan. Cukup pelan sampai membuat gue bisa untuk berusaha gak mendengarnya.

Kami akhirnya sampai, setelah membangunkan Juan kami semua mulai memindahkan barang-barang Shasha. Tidak terlalu banyak barang yang harus dipindahkan sehingga hanya perlu membawa semua ini dalam sekali jalan. Mempermudah juga melaksanakan ide yang yang sedang Dito siapkan. Gue sudah mengabarkan Dito sebelum meninggalkan parkiran basement tadi, begitu juga dengan Dito yang telah menyambut sinyal gue dengan baik. Memberi kabar bahwa semua telah siap.

Shasha masih terus berbincang dengan Bian, sedangkan Juan terus menguap tepat di samping gue. Berjalan pelan beriringan menuju apartemen tempat Bian akan tinggal bersama Shasha mulai hari ini.

Shasha tanpa ragu saat dimintai tolong untuk memasukkan kode pintu yang diucapkan Bian. Memegang handle pintu dengan cepat karena gak ingin membuat kami terlalu lama mengangkat barang.

Suara berat Dito bercampur pekikan riang Zul menyambut kedatangan kami. Wajah sumringah terpatri jelas di wajahnya mulai merambah ke wajah Shasha yang kini ikut tersenyum riang memeluk Dito. Gue, Bian dan Juan memilih meletakkan kotak demi kotak itu di kamar yang aman ditempati oleh Shasha sebelum ikut terlibat dalam pesta yang telah disiapkan susah payah semalaman.

"Ayo mas Rega," ajak Shasha setelah melihat gue keluar dari kamar.

Melihat binar wajah Shasha seakan mengajak gue ikut tersenyum dan lekas mengiakan ajakannya. Juan dan Bian juga sudah ikut bergabung, memakan semua makanan yang telah tersaji di hadapan kami sambil tertawa bahagia menikmati satu hari yang akan terlewati dan tercatat sebagai salah satu hari bahagia yang kami lewati bersama.

Another Daddy Long Legs - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang