Entah sudah berapa lama aku memutar lagu sebagai teman tidur, tapi pada akhirnya aku terjaga sepanjang malam.
Sudah kucoba semua hal yang biasa kulakukan saat sulit tidur, nyatanya gak berhasil sama sekali kali ini. Sampai-sampai aku menyerah dan memilih untuk gak memejamkan mata barang sekejap. Sebentar lagi pagi, rasa khawatir akan terlambat di hari pertama terus menghantuiku semalaman. Sesuatu hal yang cukup kuat untuk membuatku sedikit melupakan apa yang terjadi kemarin.
Karena bagaimanapun aku memikirkannya, gak ada jawaban yang benar-benar menjawab pertanyaanku.
Aku sudah mengemas tas, memasak di pagi buta begitu juga menyiapkan bekal untuk kubawa hari ini. Masih ada cukup waktuku untuk menyaksikan matahari terbit dari balkon lantai atas. Melihat sebuah tanda akan berawalnya sebuah hari. Sebuah cahaya terang yang menjadi penerang manusia dalam beraktifitas. Sebagai sebuah tanda dari sebuah permulaan.
Panas dari matahari pagi belum terlalu menyengat permukaan kulit. Aku masih terus berada di balkon menikmati udara pagi yang masih cukup segar untuk bisa dinikmati. Meski sudah ada beberapa kendaraan yang mulai berlalu-lalang menghindari kemacetan yang mungkin saja akan menghadang perjalanan mereka dalam menuju suatu tempat. Gak lantas membuatku ingin beranjak dari sini.
Masih banyak waktu tersisa sebelum waktunya berangkat kuliah, aku memilih menelepon ibu untuk melepas rindu. Cukup lama sampai seseorang menerima panggilanku, sampai akhirnya terdengar suara lembut riang yang mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Dani...." pekikku.
"Halo, selamat pagi. Dengan siapa?"
Ucapan Dani membuatku terus tertawa, menelepon mereka benar-benar sebuah ide bagus sebelum memulai hari. Aku butuh suntikan semangat yang bisa mereka berikan hanya dengan sekadar mendengar celotehan riang anak-anak.
"Ini mbak Shasha, Dani lagi apa sekarang?"
"Mbak Shasha, sekarang Dani lagi telponan sama mbak."
Aku kembali tertawa mendengar jawabannya, "Dani sudah mandi? Nanti terlambat loh," tanyaku lagi.
"Sudah, mbak. Mbak kapan pulang?"
"Nanti ya pas mbak sekolahnya libur, ibu lagi ngapain sekarang, Dan?"
Ada jeda beberapa lama sampai Dani mulai kembali berbicara, "tadi Dani lihat, ibu lagi masak," jawabnya lagi.
"Yaudah, Dani jangan lupa sarapan dulu ya sebelum sekolah. Nanti mbak telpon lagi, daahhh, Dani," ucapku memutuskan pembicaraan. Merasa cukup atas energi yang telah kuterima meski hanya bicara dengan Dani sebentar.
Kuputuskan untuk berangkat ke kampus lebih awal saja, mengingat sudah gak ada yang bisa kulakukan saat ini membuatku memilih untuk menjelajah kampus untuk mengisi waktu luang. Sebelum berangkat kulakukan rutinitas yang mulai kubiasakan selama di sini, yaitu membangunkan mas Zein setiap paginya.
Sudah cukup lama aku mengetuk pintu kamar mas Zein dan masih saja gak ada jawaban. Berpikir bahwa ia terlalu lelah untuk sekadar bangun dan membuka pintu membuatku memilih untuk membiarkannya dan gak lupa untuk mengiriminya pesan bahwa aku sudah berangkat dan telah menyisihkan sebagian makanan untuknya.
Aku sudah menghapal rute ke kampus via kendaraan umum ataupun jalan kaki. Dengan banyaknya sisa waktu yang tersedia menuntunku memilih untuk berjalan kaki saja sambil menikmati pemandangan sekitar.
Belum juga aku berjalan terlalu jauh, terdengar suara seseorang memanggilku.
"Shaaaa!"
Aku menoleh ke segala arah, mencari seseorang yang terus memanggilku tanpa henti. Sampai sebuah motor berhenti tepat di hadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Daddy Long Legs - END
FanfictionKeisha Adisty, tak pernah menyangka bahwa akan diberikan hadiah terbaik dari Tuhan melalui malaikat bernama Bagaskara. Di lain hal, kehidupan keluarga Bian mendadak tak terkendali akibat kematian ayahnya yang tiba-tiba, menyisakan banyak kesalahpaha...