7. Keputusan Rumit

79 26 3
                                    

Warning 18+ !!!

Terdapat adegan dibawah umur. Bacaan ini mengandung unsur kekerasan. Mohon bijak membaca.

Happy reading all...


Φ • ° • Φ


¤ Bunga mimpi adalah suatu imajinasi bagi banyak orang
Tetapi, terkadang hal itu terasa seperti kutukan bagi sebagian orang yang lainnya ¤



Φ • ° • Φ



Wanita cantik itu sudah tidak ada lagi disini, tetapi semua perkataannya tadi masih terekam jelas dalam pikiranku.

Kenapa semuanya jadi rumit?

Masih ada banyak pertanyaan yang ada dalam benakku. Tapi, tak satupun pertanyaan dapat aku jawab dengan baik.

~ § ~

Pagi ini, Papa, Mama, dan Kakak sudah bersiap untuk pergi. Sekitar dua setengah jam lagi pesawat akan membawa mereka pergi menuju salah satu kota kecil di Negara Jerman.

Aku cuma punya waktu kurang dari satu jam...

~ § ~

Kini aku berada di depan kamarnya. Pintunya tidak tertutup, tidak pernah tepatnya. Aku hanya berdiri di depan daun pintunya. Empunya kamar sedang bersolek riang di depan cermin.

...

Dia cantik... Sepertinya semua baju yang dia pakai cocok dengannya...

Kecantikannya begitu terpancar dari aura positifnya. Dandanan yang ia sapukan ke wajahnya terlihat sangat tipis dan natural.

...

"Airin... Kenapa kamu berdiri disitu? Masuklah..." kata wanita yang baru saja menyadari keberadaanku disana.

"Bo... boleh?" tanyaku ragu.

"Ahahahaa... kamu lucu. Tentu saja boleh. Aku senang kamu berkunjung," ucapnya sembari mendekat dan menutup pintu kamarnya cepat.

Saat aku melangkahkan kakiku kedalam, mata ini disambut senang oleh hasil karya pahatan kayu yang diletakkan di atas rak yang berjajar rapi.

Dan juga... terdapat banyak piala dan medali yang berjajar di atas dan di samping nakasnya.

...

"Kamu... kenapa kesini?"

...

"Ehm... Maksudku, apa ada sesuatu?"

"Oh... Maaf aku ganggu...," kataku memulai.

...

"Aku... Aku cuma pengen mastiin, apa Kakak jadi pergi?"

"Aku berambisi banget buat pergi kesana, sebelum aku tahu kamu dilarang ikut sama Mama... Aku pengen kita pergi bareng - bareng, sekeluarga. Walaupun bukan liburan, minimal aku bisa ngabisin waktuku sama orang tersayang."

Okay, dia menamparku dengan sangat keras saat ini.

"Aku... udah berusaha batalin acaranya, tapi yang daftar bukan aku, jadi permintaanku gak dapet persetujuan dari pusat..."

...

"You know aku kesana ngewakilin Indonesia. Tanggung jawabku lebih besar. Dari awal aku udah berkomitmen, jadi aku gak mungkin ngecewain banyak orang. Menang kalah ga masalah, yang penting aku bangga, seenggaknya aku udah berusaha kasih yang terbaik."

Meet Me in SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang