¤ Sudahlah, aku lelah. Bukan sengaja mengalah, tetapi aku sudah terbukti kalah
Ada banyak alasan yang membuatku tetap tinggal. Tapi ada jutaan alasan yang memaksaku untuk pergi ¤Φ • ° • Φ
{Rully pov - on}Sinar mentari pagi yang dipaksa masuk ke dalam kamar membuat tidurku terusik.
Suara keras dari speaker yang membawakan lagu bergenre pop, membuatku terpaksa bangun. Kepalaku rasanya sangat sakit, badanku pun rasanya sangat pegal.
...
Ketika kedua mataku terbuka dan kesadaranku mulai penuh, aku menemukan tiga orang sahabatku yang sedang meracau tidak jelas dihadapanku.
Semakin kuamati, semakin aku sadar bahwa saat ini aku berada di kamarku yang bernuansa serba monochrome, alias hitam putih.
Aroma lavender favoritku juga telah sepenuhnya menyadarkanku. Aroma inilah yang selalu membuatku lebih tenang dan rileks.
...
"Masih idup lo?" tanya Zidan.
"Kalaupun dia mati juga gaada yang peduli," timpal Dzaky.
"Gue gak mau lagi jemput lo kesana. Lo kira bawa orang mabuk itu gak berat, Nyuk?" kata Arka tajam.
***
"Aishhh... Berisik lo pada. Sekolah sono..."
"Hahahaha... Liat ini udah jam berapa, Sayang..." jawab Dzaky bernada manja.
Aku mengamati arloji yang masih terpasang ditanganku. Ternyata sekarang sudah pukul dua siang.
"Ini hari minggu. Lo tidur udah lebih dari dua hari, bego. Untung kan lo masih idup? Padahal gue udah yakin lo bakal 'pulang'," kata Zidan seraya mengecilkan volume speakernya.
...
"Lo ngapain kesana lagi? Demi cewek itu?... Lo laki bukan sih? Lo itu juara umum cela celi, astagaaa... Bahkan lo bisa dapet yang berkali - kali lipat lebih baik dan lebih cantik dari dia. Kalau lo cinta, kejar dia. Bukannya menghindar. Punya nyawa berapa lo, sampe berani minum Brandy?" sentak Arka padaku dengan tatapan tajam yang menusuk.
Jika Arka sudah ceramah panjang seperti ini, artinya memang dia sedang marah besar padaku.
...
"Hissshh. Kalau gak mau jemput yaudah. Toh kemaren gue gak minta," belaku.
"Mending lo tidur lagi sekarang. Jelas jelas lo kemaren nelfon gue minta jemput jam sebelas malem," kata Arka dingin.
"Sumpah gue gak nelfon. Bahkan ponsel gue matiin. Gue juga udah pesen ke pelayan biar ga nelfon siapapun... Gue bilang apa ditelfon?" tanyaku dengan nada yang tidak santai lagi.
...
"Di... diem doang sih..." jawab Arka mulai ragu.
"Emang pernah gue telfon cuma diem? Sekalipun mabuk berat?"
"Waktu itu, gue ngumpatin cewek itu astagaaa. Untung gak nyebut merk," kata Arka segera.
...
"Yaudahlah, paling pelayannya kasian sama lo. Lo masih pake seragam kemaren. Mending lo kasih tau gue berapa harga Brandy itu, hahahaa..." kata Zidan menengahi.
"Mana gue tau, orang belum gue bayar. Tapi gue inget kalau minum sepuluh botol," kataku polos.
"Satu aja dah bisa bikin lo mabuk berat. Lo pengen mati minum sepuluh sekaligus?" tanya Arka galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me in Sunset
Teen FictionIrene Shantika Anjani Seorang Tuan Puteri tanpa mahkota, yang selalu berjalan diatas sepatu kaca. Setiap langkah geraknya selalu memesona. Tetapi hingga saat ini, kebahagiaan masih saja enggan berdamai dengan dirinya Semesta selalu punya cara untuk...