¤ Tidak ada yang tahu bagaimana cara semesta bekerja, apalagi cara menghentikannya
Tak jarang pula, semesta ingin bercanda, dengan banyak cara yang tak terduga ¤Φ • ° • Φ
"Kalau lagi sama gue, mukanya jangan gitu terus. Airin yang gue kenal orangnya ceria," katanya lembut.
Ketika aku mulai membuka mata, kilatan tajam nampak terlihat jelas dibola mataku.
Aku melihat pria itu membawa dua gelas jus alpukat dengan campuran susu cokelat.
...
"Thanks... Lain waktu gue yang traktir," kataku singkat.
"Hahaha... Kalau gue minta sekarang, boleh?"
...
"Huh?... O, oh, oke. Lo mau apa?" tanyaku segera.
"Kalau gue minta banyak, boleh?"
"Iya," jawabku dingin.
...
"Gue mau lo senyum, lo lebih cantik kalau lagi ceria. Gue mau lo banyak debat lagi sama gue, gue kangen sama cerewetan lo. Dan gue mau liat lo terus tiap hari, karena gue selalu kesepian tanpa elo."
Cerewet...?
Aku terdiam sejenak. Setelah berhasil mengumpulkan kesadaran, aku tersenyum tipis padanya. Sangat tipis, hingga mungkin dia tidak menyadarinya.
...
"Dimana gue bisa beli semua itu?" tanyaku cepat.
"Hahahaa, ya gaada yang jual laah. Itu diberi dari hati yang tulus," jawabnya pelan.
"Kalau gue gak mau ngasih?"
"Ya lo harus, karena lo udah janji."
"Lo anggep jawaban gue tadi sebagai janji?" tanyaku menyiritkan dahi.
"Iyaa."
***
Aku tersenyum kecut melihatnya, seraya mengingat apa saja yang pernah kulakukan sebelumnya.
"Sebelum gue kasih itu semua, gue mau tanya banyak hal ke elo."
...
"Kemana aja lo selama ini? Kemana aja semua kabar tentang elo? Biasanya gue selalu dapet informasi dari banyak orang..."
...
"Kemana senyuman lo waktu itu? Kenapa diganti sama muka datar yang nyebelin itu. Dan kenapa pas gue pengen ngomong sama lo, lo malah pergi. Lo gak kesepian, tapi lo yang membatasi diri lo sendiri."
"Liat lo bahagia udah cukup kok buat gue. Senyuman lo yang selalu nemenin gue, jadi gue ga ngrasa kesepian. Tapi akhir - akhir ini lo keliatan kacau, tanpa senyuman. Kan gue jadi kesepian," jawabnya enteng.
"Sampah..."
Kondisi kepalaku yang pusing, sekarang memaksaku untuk meluapkan segala kekesalanku dengannya saat ini.
"Senyum, tawa, tangis lo, gue tau semua itu, Rin," katanya dengan senyuman yang manis.
Kali ini aku menjawabnya dengan senyuman mengejek, "Gue lagi gak mood berantem sama lo."
"Ahahaha... Gue gak ngajak berantem kok. Gue cuma pernah liat lo keluar kelas sambil nangis, walaupun gue gatau sebabnya apa."
...
"Gue sering liat lo senyum pas digandeng sama cowok. Gue sering liat lo diantar jemput sama cowok yang sama, dengan ekspresi seneng."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me in Sunset
JugendliteraturIrene Shantika Anjani Seorang Tuan Puteri tanpa mahkota, yang selalu berjalan diatas sepatu kaca. Setiap langkah geraknya selalu memesona. Tetapi hingga saat ini, kebahagiaan masih saja enggan berdamai dengan dirinya Semesta selalu punya cara untuk...