11. Mr. R

72 18 2
                                    

¤ Bukan melupakan. Kamu hanya harus berusaha untuk bisa mengikhlaskan ¤


Φ • ° • Φ



Sudah terhitung genap satu bulan aku menempati kelas ini. Beberapa anak juga sudah cukup akrab denganku, tetapi memang banyak lupanya.

Aku memang tidak mahir untuk bisa menghafal sesuatu dengan cepat. Apalagi nama.

...

"Nah, karena kelas ini masih diem - diem ajaa, mari kita buat suasana kelas jadi panas hari ini," ajak Guru geografiku.

...

Akhirnya kami dibagi ke dalam 6 tim, yang masing - masing berisikan 6 anggota. Hari ini kita akan membuat simulasi debat.

Kelompokku adalah tim kontra atas kepunahan gajah yang diakibatkan oleh perburuan liar.

***

"Aku udah nyari faktanya nih. Tinggal digabungin sama kontranya. Ada yang udah dapet artikelnya?" tanyaku memecah keheningan dikelompokku.

Tetapi sayangnya tidak ada satupun yang menghiraukanku. Mereka masih sibuk dengan gadgetnya masing - masing.

***

"Lima menit lagi," kata Pak Marfi tiba - tiba.

...

"Eh, ayolah... Kita butuh sanggahannya nih," kataku bosan.

...

"Heh dah... yok... Kita maju pertama..." kata pria yang belum kukenal.

Akhirnya kami hanya punya waktu kurang dari dua menit untuk berdiskusi, hingga akhirnya kami maju sebagai kelompok pertama.

~ § ~

"Jadi... kelompok yang bagus debatnya dapet nilai 98, lumayan nilai bonus. Kelompok yang beruntung adalah... Kelompok Duaa," ucap Pak Marfi heboh.

"Weeeeeeee," sorak anggota kelompokku bersamaan.

...

"Gabisa gitu dong, Pak, kami yang terbaik harusnya. Mereke tu kan masi kecik lagi," goda Akbar pada Guruku dengan menggunakan bahasa Upin Ipin.

"Ahahaa, akui saja kekalahan kalian. Mereka itu hebat, hal yang ga mungkin aja dibikin jadi mungkin. Banyak manipulasinya, hahahaa. Terutama Iren sama Nanda. Saya sebelumnya malah gak tahu fakta gajah yang sedetail itu. Beri applause untuk kalian semua. Silakan kembali ke tempat dan selamat beristirahat."

"Rayn Pak, bukan Nanda," protes anak lelaki di sampingku.

"Ahahahaa, Nanda juga bagus."

...

"Pak, tadi aku sama Kiki tukeran kelompok loh, ketinggalan info yaa, Pak..." goda Akbar lagi.

"Oh iya? Okelah, untuk Akbar saya kasih pengurangan nilai, spesial pokoknya, ahahahaaa..." pungkas Pak Marfi kemudian meninggalkan kelas.

"Eh, loh, Paaaak... Jangan, Pak... Jangan..., gajadi Paaaak... Huhuhu... Tulunggg..." teriak Akbar.

***

"Riin, berapa kali gue bilang, kalau makan, kursi lo diputer ngadep sinii, kita makan bareng," kata Cyp heboh.

"Iya maaf, aku gak kebiasa."

...

"Hish, jangan formal terus laa, risih gua dengernya," protes Cyp lagi.

"Ya gapapa lah, Ce. Namanya juga adaptasi," bela Mira untukku.

Meet Me in SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang