13. Sudah, Cukup...

48 15 1
                                    

¤ Cukup. Berhentilah. Aku tidak mau berjalan lebih jauh lagi
Aku takkan sanggup jika aku harus melihatmu terluka ¤


Φ • ° • Φ



Hari berganti menjadi pekan. Ketika pekan bosan, maka tergantikan oleh bulan. Seiring waktu berjalan, sekolah dilakukan seperti biasa. Diselingi dengan tugas yang terkadang cukup melelahkan.

***

"Ngerjain tugas kwu nya besok di rumah gue ya," kataku pelan.

Ketiga temanku yang awalnya sibuk dengan gadgetnya masing - masing, kini mereka hanya terdiam.

...

"Lo kesambet apaan, Rinn?" tanya Cyp heran.

"Kebetulan disana lagi banyak makanan. Jadi mumpung aja sii."

"Siyap. Selama diajak main mah, gas ajaa," jawab Mira.

"Bener, mantaap laa, jumat pulang sekolah langsung yap," kata Zizi bersemangat.


Φ • ° • Φ



Hari jumat, sepulang sekolah, kami segera bergegas mengerjakan tugas. Kali ini, untuk kedua kalinya, aku membawa orang asing ke rumahku yang sebenarnya.

~ § ~

Aku hanya tersenyum ketika menanggapi ekspresi senang yang ditebarkan oleh Pak Tedja, yang telah membukakan garasi untuk kami.

Teman - temanku hanya mengekori, tanpa banyak bertanya. Belum sepertinya.

***

"Silakan masuk," kataku saat membuka pintu.

...

"Mau di ruang tamu atau di kamar gue? Atau di halaman belakang?" tanyaku kemudian.

...

"Heh, jangan kaya tukang nagih utang, di depan pintu gak masuk. Cepetan, masuk," lanjutku disisipi sedikit tawa.

...

"Yaudah lah, terserah... Gue tinggal bentar, anggep aja rumah sendiri..."

~ § ~

Sekitar tiga puluh menit kemudian, aku keluar membawakan camilan dan minuman untuk mereka, dibantu Bi Asih juga pastinya.

Mereka masih terdiam, tidak heboh seperti biasanya, Cyp dan Zizi hanya mengobrol dengan tenang dan Mira seperti biasa, sedang asyik dengan smartphonenya.

***

"Elo... Eh bukan. Maksud gue, beneran keluarga elo, yang beli rumah ini?" tanya Cyp setelah Bi Asih pergi.

...

"Rumah ini dijual dengan rekor harga tertinggi di Kota Semarang. Berita penjualan itu cuman berlaku sehari. Tapi gaada penjelasan siapa yang beli, dan ternyata itu keluarga lo," jelas Mira.

...

"Okay, sebelumnya gue minta maaf ke kalian, dan banyak orang lain diluar sana," kataku memulai.

...

"Oke, officially, kenalin, gue Irene Shantika Anjani. Gue anak bungsu dari Mahendra Maheswara dan juga Adhelia Florist. Gue juga sekaligus jadi adek kandungnya Chantika Felice Pradanika."

Ketiga temanku hanya terdiam saat mendengarkan penjelasanku. Ada pula sedikit raut tidak percaya yang berhasil aku dapatkan dalam ekspresi mereka.

***

Meet Me in SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang