¤ Semesta benar, hidup itu sederhana
Selesaikan emosi dan masalahnya, bukan kepercayaan dan hubungannya ¤Φ • ° • Φ
Jemariku mulai bergerak seiring mimpi bawah sadarku memudar dan kehilangan jejaknya. Kelopak mataku seperti dipaksa untuk terbuka. Akupun terbangun dan segera meraup udara sebanyak - banyaknya.Meskipun aku baru saja bangun, tetapi napasku tersengal hebat. Rasanya seperti dikejar anjing... Bukan bukan, dikejar singa lebih tepatnya.
Pening, itu yang kurasakan saat ini. Beratnya kepalaku, membuat aku terus berusaha untuk mencari kenyamanan.
***
Deru napasku perlahan kembali teratur. Rasa pening dikepala kian menghilang seiring menajamnya pandanganku untuk mengenali ruangan ini.
...
Okay, saat ini aku berada di kamar tidurku. Semua perabot yang kulihat saat ini adalah milikku.
...
Hari masih cukup gelap. Bahkan jam belum sempat berdenting tepat pukul empat pagi.
Ada sedikit rasa sesak yang aku rasakan. Juga... aroma pekat alhohol yang tercium dalam napasku, membuat aku terdiam beberapa saat.
***
Dinginnya air yang menusuk kulit tak lagi kurasakan. Aku hanya ingin tersadar dari bius memabukkan yang membelengguku saat ini.
...
Setelah selesai mandi, aku meraih ponsel yang ada diatas nakas.
73 Panggilan Tidak Terjawab
267 Pesan Baru...
Seluruh panggilan dan pesan itu terkirim dari ponsel Bu Priska, Bu Nisa, Relita, dan Raffasya.
Yang tak kalah membuatku terkejut adalah hari ini sudah hari senin.
...
"Masyaallah," keluhku terduduk didepan meja rias.
***
Dari pantulan cermin, aku melihat banyak barang telah diletakkan dekat dengan lemariku.
Beberapa diantaranya adalah barang yang aku bawa ketika pergi. Banyak diantaranya adalah barang belanjaan.
...
Akupun memeriksa setiap kotak dan juga paper bag yang ada. Aku sangat yakin semua barang ini memiliki harga yang mahal. Karena semua barang itu terlihat sangat mewah.
***
...
...
..."Halo, Mba. Maaf gue ganggu pagi pagi. Gue minta tolong kirimin riwayat atm gue ya..."
...
"Oh, jangan lupa sama atm perusahaan."
***
...
...
..."Halo Airin... Long time no see, hmm?" sapa pria diseberang sana.
"Hai, Mas Guntur... Langsung aja yak. Kemaren... umm bukan, maybe tadi malem, gue... eh maksudnya, Shania, dateng kesana?"
"Nope. Terakhir lo dateng sama Raffasya, udah lumayan lama... Kapan mau mampir lagi?" tanyanya ramah.
"Oh, mungkin lain kali, Mas... Tapi, gue boleh minta tolong sesuatu?"
...
***
Tepat saat aku menutup telfonku, Mba Vinny sudah mengirimkan banyak pesan padaku. Setelah aku membaca dan memindainya satu persatu, aku tidak menemukan satupun angka disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me in Sunset
Novela JuvenilIrene Shantika Anjani Seorang Tuan Puteri tanpa mahkota, yang selalu berjalan diatas sepatu kaca. Setiap langkah geraknya selalu memesona. Tetapi hingga saat ini, kebahagiaan masih saja enggan berdamai dengan dirinya Semesta selalu punya cara untuk...