¤ Hidup bukanlah sebuah permainan
Untuk bisa mencintai dan dicintai, seseorang harus rela berkorban
Hanya saja, konsekuensi selalu datang diakhir perjalanan ¤Φ • ° • Φ
Tidak terasa waktu telah bergulir dengan sangat cepat. Hingga hari ini dinyatakan sebagai hari terakhir UTS.Tetapi Darren masih saja mengganggu Cyp, dengan banyak pertanyaan seputar pelajaran yang sangat malas untuk diikuti oleh lawan bicaranya.
...
Zizi sekarang juga sudah mendapatkan partner belajarnya. Hmm, tepatnya anak bimbingan belajar, yaitu Arvin.
...
Masa - masa UTS seperti saat ini, banyak teman yang meminta tolong padaku.
Dari pinjam catatan, menanyai hal yang belum mereka pahami, sampai mengajarkan materi.
Tidak jarang pula hal ini membuatku tidak sempat untuk belajar kembali.
Namun, aku sangat senang karena bisa berinteraksi dengan teman - teman yang lain.
Entah mengapa rasanya sangat menyenangkan saat aku bisa membagi ilmu dan mengajarkan pengetahuan yang aku ketahui kepada mereka.
Merekapun juga berusaha membuatku banyak berbicara dan menjadi lebih akrab dengan teman lainnya.
***
Mata pengintai itu pengen gua colok, sumpah.
...
"Tau kalau Cyp nolak terus, tetep aja ditanyain, gak bosen ditolak apa, ya?" canda Zizi saat melihat tingkah laku dua sejoli itu.
"Ya kan sambil modus, Zi. Wajarlah, kan udah jadi gebetan, ahahaa," kata Mira menanggapi.
"Heh, Darren tanya tu karena deketnya sama gue. Kalau tanya sama Mira, ntar dicuekin. Kalau tanya Airin, kejauhan. Kalau tanya sama Zizi, kan ada gue, masa iya tanya Zizi langsung, yang terdekat dulu laah. Jangan suudzon, gabaik gaiis..." bela Cyp.
"Enak aja, kalau minta tolongnya baik baik ya gak gue cuekin lah," sanggah Mira.
"Nyatanya kalau lo gatau, dia gamau nanya sama yang laen tuh, maunya sama Mbak Ceyepe terkasih... Ulululuuuh..." goda Zizi lagi.
Aku tidak menanggapi candaan itu, aku hanya sebagai penyumbang tawa saja.
***
Dua pasang mata pengintai itu masih menatap kami disini. Empunya mata itu terkadang tersenyum, kadang pula menunjukkan ekspresi datarnya.
Ujung mataku yang cukup panjang memungkinkanku melihat keadaan di sekitar dengan mudah.
It's okay Airin... natural aja. Lo cuma harus tau siapa yang selalu ganggu hidup lo selama setengah semester ini.
Akupun kemudian menghembuskan nafas pelan dan memandang perlahan mata pengintai itu.
Gotchaa...
***
Darren? Rayn?
...
Aku terdiam beberapa saat untuk mengumpulkan kesadaranku kembali. Pengamat itupun juga melakukan hal yang sama.
Mata kami bertemu selama lebih dari sepuluh detik, kurasa. Hingga pria itu salah tingkah dan menghentikan aksinya.
...
"Rin, serius banget ngafalinnya," kata Zizi sembari menepuk pundakku, menyadarkanku yang tengah tersenyum melihat kedua pria yang salah tingkah tadi, utamanya Darren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me in Sunset
Teen FictionIrene Shantika Anjani Seorang Tuan Puteri tanpa mahkota, yang selalu berjalan diatas sepatu kaca. Setiap langkah geraknya selalu memesona. Tetapi hingga saat ini, kebahagiaan masih saja enggan berdamai dengan dirinya Semesta selalu punya cara untuk...