¤ Jika saat ini seseorang diminta untuk memilih, antara miskin tapi punya banyak kasih sayang atau kaya tapi tidak diperhatikan, apa masih ada yang mau memilih untuk menjadi miskin? ¤
Φ • ° • Φ
Ketika kelas sepuluh, pelajaran seni yang kami dapat diisi oleh seni musik. Seni yang paling sulit untuk aku mengerti.
Semester satu telah dihabiskan untuk teori. Menginjak semester dua ini, pelajaran akan dihabiskan dengan praktek dan penilaian.
***
Saat ini semua temanku sedang menyibukkan diri masing - masing. Sedangkan aku hanya mengamati teman laki - lakiku dari kejauhan. Mereka sedang membawakan sebuah lagu yang asik.
Lagu itu diiringi oleh alunan gitar yang disusul dengan bunyi bass, drum, dan juga keyboard. Mereka bermain tanpa aba - aba. Bahkan tanpa ijin dari guru untuk memainkannya.
Apapun itu, aku menyukai dan menikmati sajian musik itu, meskipun diriku sendiri tidak bisa memainkan satu alat pun.
***
Tepat beberapa detik setelah lagu mereka selesai, Pak Tri masuk dan memberikan instruksi kepada kami untuk membuat kelompok, yang nantinya akan digunakan untuk pengambilan nilai.
Mampus, gue pegang alat apaan coba...
~ § ~
Sepulang sekolah...
"Ehh... Kalian duluan aja, buku paket gue ketinggalan," kataku berpamitan dan berbalik arah.
***
"Akhhh... Buat apa punya kelompok yang gak bisa main, Ren? Nyusahin tau ga," geram Rayn yang terdengar olehku sebelum memasuki kelas.
Mendengar geraman itu, akupun mengurungkan diri untuk masuk ke kelas.
"Kita belajar bareng, Ray... Manusia mana ada yang sempurna. Gak ada yang bisa nurutin semua omongan lo, atau kita gak akan dapet kelompok sampe minggu depan," kata Darren menenangkan temannya.
"Aaaahhh seminggu tuh gak cukup buat ngajarin orang yang gak berguna."
"Jangan semua orang lo samain kaya elo dong. Jangan egois, kita ga cari nilai, kita cukup cari kekompakan nada, inget?" jawab Darren dengan nada yang sudah tidak terdengar santai lagi.
"Terus apa gunanya penilaian kalau gak buat dapetin nilai tinggi dan jadi orang sukses? Jangan munafik, Ren."
***
"Emang apa sih arti nilai?" interupsiku akhirnya.
...
"Bahkan dengan nilai seratus pun, lo gak akan bisa beli semua obyek dimuka bumi ini. Terutama waktu dan kasih sayang dari orang yang lo sayang," kesalku di ambang pintu.
...
"Silakan kalau lo gak peduli. Tapi coba pikir gimana jadinya kehidupan lo, tanpa orang baik. Sukses bukan tentang kuantitas, tapi kualitas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me in Sunset
Teen FictionIrene Shantika Anjani Seorang Tuan Puteri tanpa mahkota, yang selalu berjalan diatas sepatu kaca. Setiap langkah geraknya selalu memesona. Tetapi hingga saat ini, kebahagiaan masih saja enggan berdamai dengan dirinya Semesta selalu punya cara untuk...