Kedua adalah golongan orang-orang santai, modern, tidak mengganggu siapa pun, dan keberadaannya membuat suasana kelas menjadi hidup. Mungkin kebanyakan dari murid seperti ini adalah kaum adam. Laki-laki memang santai dalam berinteraksi dan bersosialisasi, mereka yang selalu membawakan perbincangan yang didominasi oleh akal mereka, jarang sekali menggunakan perasaan sebagai bahan perbincangan. Tipe ini biasanya adalah seorang hiperaktif, si supel, si gamer, si tukang koleksi film, aktif organisasi atau ekskul, dan si 'badut kelas' yang setiap apa yang dilakukannya adalah lucu. Dari segi tempat duduk, mereka kebanyakan memilih bangku di barisan kedua atau ketiga.
Di siang ini, giliran Bu Tita masuk mengajar Pelajaran Lingkungan Hidup (PLH). Pembahasan di pelajaran kali ini mengenai paru-paru bumi.
"Kalimantan, adalah paru-paru bumi yang makin lama makin hilang keberadaan hutannya. Akibat kebakaran hutan dan pembukaan lahan untuk perkebunan sawit," jelas Bu Tita dalam pelajarannya.
Si Santai yang menurutku paling menonjol di kaum laki-laki, adalah Izal. Cowok konyol berperawakan kecil berwajah bulat sedang asyik berbincang dengan teman sebangku, akhirnya di tegur oleh Bu Tita. "Izal! Kamu ngobrol terus, ya! Coba ulang apa yang tadi Ibu jelaskan!"
"Malu Bu, ah ...."
"Kenapa malu? Cepat jelaskan!"
"Ya, udah. Tadi Ibu ngejelasin tentang mantan Ibu yang makin lama makin hilang keberadaannya ... salah, ya, Bu?" jawabnya polos, sambil menyengir pula. Serentak seisi ruangan tertawa akan jawaban si badut kelas ini.
Bahkan, ketika serius pun, ia tetap saja melakukan hal yang lucu dan menggelikan. Terbukti dengan tingkahnya ketika mendapatkan hukuman dari Bu Tita berupa berdiri di depan kelas selama pelajaran berlangsung. Hp Bu Tita berdering dan beliau meminta izin untuk keluar ruangan sebentar. Otomatis seisi ruangan berisik dan gaduh.
Karena Izal merasa bersalah dan rasa bersalah itu memberikan efek serius terhadap dirinya, ia berusaha menghentikan kegaduhannya dengan berteriak, "STAND UP!"
Sontak seisi ruangan hening. Namun, tiba-tiba semua orang tertawa terbahak-bahak, setelah menyadari maksud dari Izal berkata, "Stand up (berdiri)" itu adalah "Shut up (diam)." Lebih lucunya lagi, ternyata ada tiga orang yang berdiri setelah mendengar Izal salah dalam berbahasa Inggris.
Kadang, beberapa dari golongan ini jenius, tanpa terlihat bahwa ia serius menimba ilmu. Bahkan jika dilihat di kehidupan sehari-harinya, karakter ini adalah orang yang malas belajar, sering bercanda, main game, berseluncur di dunia maya atau menonton film dan video. Namun, anehnya, mereka selalu paham dengan pelajaran dan selalu mendapatkan nilai tinggi. Dan karakter ini adalah yang paling membuat iri para idealis. Salah satu sahabatku yang seperti itu adalah Tesya. Singkatnya, Syafira yang selalu iri terhadap Tesya.
Semua orang bingung mengapa karakter seperti Tesya bisa seperti itu. Tetapi menurutku, orang tipe ini adalah orang yang dibekali IQ tinggi yang menyelesaikan tugas yang menurutnya tidak menarik dengan cepat. Baginya belajar dengan tujuan mengejar nilai bukanlah hal yang menarik, lalu secara otomatis ia memahami pelajaran dengan cepat agar bisa secepatnya pula bisa menjalani kegiatan yang menurutnya menarik. Begitulah ia bisa mendapatkan nilai tinggi.
Orang-orang seperti ini cenderung tidak peduli dengan nilainya, bahkan responsnya santai-santai saja jika ia diminta sebagai objek contekan. Karena baginya disenangi banyak teman lebih menyenangkan daripada hanya disenangi oleh satu guru saja.
Sedangkan aku, mungkin aku adalah tipe orang biasa yang tidak mau waktu bersama keluarganya terganggu. Aku tidak mau waktuku di rumah, terbuang hanya untuk belajar dan mengerjakan PR. Lalu kapan aku mengerjakan PR? Setelah pulang sekolah, aku masih diam di kelas menyempatkan diri untuk mengerjakannya. Walhasil, waktu bersama keluarga bisa sepenuhnya kumiliki. Kebiasaanku mengerjakan PR di kelas setelah pulang sekolah masih berlanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelembung Waktu (END)
Teen FictionHeran, ketika melihat teman-temanku memulai pertengkaran perihal ibadah. Padahal hubungan kami awalnya baik-baik saja. Entah pikiran negatif apa yang membuatku berpikir, andaikan tidak ada perbedaan yang menjadi biang pertikaian, terutama agama. Nam...