X

3.5K 408 3
                                    

Hari yang cerah nan berseri bak senyum sang mentari yang tak pernah mati ea.

Di dalam sebuah rumah yang besar, seluruh keluarga sedang berada di ruang keluarga sedang mengobrol sambil bercanda ria.

"Kak nanti temenin Nono ke mall ya..."ucap Jeno yang masih fokus menyuapi Yuan.

"Lagi mager No"timpal Renjun yang sedang tiduran di karpet berbulu yang lembut sambil main hp.

"ajak Haechan aja" Mark menyarankan tanpa membuka matanya yang sedang terpejam sambil berbaring di sofa panjang.

"Hm... Ajak Haechan aja" setuju Jaemin yang sedang menonton tv.

Sedangkan Haechan yang sedang di perjual belikan hanya mempoutkan bibirnya. "Kok gue sih!?" ucap Haechan tak terima karena dirinya sedang di perdagangkan. Cabe kali ya wkwkwk.

"Bahasanya Chan..." Jaemin menatap Haechan tajam.

"O-oh, oke" ucap Haechan yang takut melihat tatapan Jaemin.

"Em... Kalo gitu kita ajak Hao aja ya. Shu yu sama yang lainnya di rumah aja di jaga sama yang lain" ucap Jeno yang telah selesai menyuapi Yuan.

"Hm"

"Yaudah kalo gitu Nono mau siap-siap. Kamu juga siap-siap!" setelah itu, Jeno segera pergi menuju kamarnya sambil membawa Hao yang juga akan ikut pergi. Begitupun dengan Haechan.

......
.....
....
...
..
.

Setelah beberapa saat untuk bersiap-siap, Jeno turun dari kamrnya bersama dengan Yuqi yang telah cantik berada di gendongannya.

"Yuk!"

"Hm. Ayo" ucap Haechan mengambil kunci mobil.

"Kak tolong titip anak-anak ya... Nono pergi dulu" Jeno berucap sambil menyalami tangan ketiga Ukhuk... Ukhuk... Yah suami nya itu maksudnya.

"Iya. Hati-hati!" ucap ketiganya yang hanya di angguki oleh Jeno dan Haechan.

Akhirnya Jeno dan Haechan pergi menuju ke mall bersama dengan Hao. Di sepanjang perjalanan, mereka terus mengobrol ria sambil sesekali Hao yang masih belum lancar berbicara membuat mereka tertawa karena tingkah lucunya.

Ckittt...

Mobil itu berhenti tepat di depan sebuah mall yang lumayan besar.

"Udah sampe. Ayo turun!" ucap Haechan melangkah keluar dari dalam mobil.

Jeno pun mengikuti Haechan di sampingnya dan berjalan beriringan menuju ke dalam mall tersebut.

In Mall

"No, kamu mau cari apa?" tanya Haechan yang tidak tau harus kemana.

"Em... Nono mau cari susu bayi sama kebutuhan bayi yang lainnya. Soalnya di rumah udah habis" ucap Jeno berjalan menuju ke area tempat khusus peralatan bayi di ikuti dengan Haechan di sampingnya.

"Menurut kamu susu rasa apa yang cocok buat anak-anak?" Jeno memandang Haechan yang hanya diam mengikutinya sejak tadi. Seperti orang yang tak di anggap. Oleh karena itu Jeno berfikir untuk bertanya agar Haechan tak merasa bosan.

"Em... Yang Coklat aja. Biar gak cepet bosen minum susu. Jadi rasanya harus ganti-ganti jangan Vanilla terus" Haechan menyarankan sambil tersenyum manis pada Jeno.

"Maaf... Ada yang dapat saya bantu...?" ucap seorang penjaga toko tersenyum manis kepada Jeno dan Haechan.

"Oh... Em... Kalau baju untuk bayi ada di mana ya mbak..." ucap Jeno tersenyum ramah.

"Oh... Ini anaknya ya... Imutnya... Kalo toko baju untuk bayi ada di sana Mas..." sang penjaga toko menunjuk ke arah tangannya menunjuk sambil tersenyum ramah.

"Oh... Makasih ya mbak... Oh iya ini memang anak saya" ucap Haechan tersenyum manis yang langsung buat mbak penjaga toko pingsan di tempat.gg

"O-oh... Gitu ya mas..." si mbak penjaga toko senyum malu-malu. Membuat Haechan mengerutkan alisnya dengan raut wajah gelap.

"Hm. Kalo gitu saya sama istri saya permisi..." Haechan segera menarik Jeno pergi ke arah yang di tunjuk penjaga toko tadi.

Setelah selesai memilih baju dan sedikit berbelanja kebutuhan sehari-hari, mereka kembali menuju ke tempat di mana mobil mereka terparkir.

"Kenapa?" tanya Jeno menatap Haechan yang sedari memilih baju hingga sekarang berwajah masam saat melihat para perempuan penjaga toko.

Mendengar pertanyaan Jeno, Haechan segera memasang wajah mempoutkan bibirnya dengan masam. Raut wajahnya yang cemberut membuat Jeno merasa bahwa itu sangat lucu.

"Hmph!, aku cuma gak suka ngeliat penjaga tadi natap aku kaya gitu di depan... Istriku..." lirih Haechan mengalihkan pandangannya ke arah lain berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Hahaha... Hao coba lihatlah Papamu itu... Hahaha... Dia memerah... Hahaha..." ucap Jeno pada Hao yang sedang menatap Haechan polos. Membuat Haechan semakin memerah.

"Pa... Pa..." ucap Hao lalu tertawa senang.

"Wah... Hao udah bisa bilang Papa!" seru Jeno gembira sambil menciumi pipi chubby Hao yang sedang tertawa.

"Anak Papa udah bisa bilang Papa ya sekarang..." Haechan mengusap kepala Hao dengan sayang sambil menunduk untuk mencium pipi balita tersebut.

Hal tersebut sukses membuat wajah mereka menjadi sangat dekat. Jeno dapat merasakan hembusan nafas Haechan dan sebaliknya Haechan juga dapat merasakan hembusan nafas Jeno. Namun mereka tetap biasa saja.

"Yah... Siapa dulu yang merawat mereka!" Jeno tersenyum lebar sambil berbangga diri.

"Hm... Tentu saja istriku yang menggemaskan yang merawat mereka selama ini, dengan kerja kerasnya yang sangat luar biasa" Haechan mengusap kepala Jeno sambil memandang tepat pada kedua mata milik Jeno dengan pandangan lembut.

"Pfft bisa saja. Itu juga berkat bantuan kalian juga" Jawab Jeno tersenyum manis.

"Gam... Selama ini kamu sendiri yang bekerja keras ngerawat mereka No... Maaf gak bisa bantu lebih dan cuma bisa nambahin kerepotanmu doang" Haechan menatap sendu ke arah Jeno yang juga sedang menatapnya. Mata mereka bertemu menimbulkan perasaan aneh di hati masing masing.

"Nono bisa ngerawat mereka karena ada kalian...." ucap Jeno yang sudah menangis haru.

"Kenapa kamu nangis?!, apa aku terlalu keterlaluan?!, apa waktu aku narik kamu tadi terlalu keras?!" Haechan panik yang melihat Jeno menangis tanpa sebab.

"Gak papa... Nono kuat sampe sekarang karena ada kalian sama anak-anak... Hiks... Sebenarnya Nono udah mau menyerah waktu Naeun menglami cacat mental sementara... Hiks... Waktu itu, Nono udah gak kuat lagi buat ngenjalanin kewajiban Nono sebagai istri dan ibu yang baik... Hiks... Tapi karena Kalian dan anak-anak yang memerlukan Nono... Akhirnya Nono bisa bertahan sampe sekarang dan terus berusaha buat jadi lebih baik lagi... Nono  juga terkadang ngerasa kangen sama kehidupan dulu waktu belum nikah... Hiks... Tapi, karena kalian selalu ada di sisi Nono, Nono jadi gak terlalu kesepian lagi... Hiks..." Jeno mengeluarkan semua apa yang dia rasakan selama 2 bulan ini menjalani kehidupannya setelah menikah.

Yah memang dia merasa bahwa dia ingin menyerah. Tapi memikirkan kembali keempat suaminya dan kelima anak-anak yang masih memerlukannya, akhirnya dia lebih berusaha keras untuk bertahan.
















Gak bakal gantung kok...
Next masih lanjutan ini hehe.....

IIYM (Remake) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang