Abi...
Ternyata Abi, ngapain dia disini?
"Ayo naik!"
Lah nggak ada angin nggak ada badai tiba-tiba nyuruh naik motornya.
Gue cuma diam dan masih nata otak gue dulu.
"Ngapain lo disini?" Tanya gue.
"Kebetulan aja, udah ayo naik"
Idih, dia pikir gue percaya gitu aja.
"Darimana lo tahu gue disini?" Jujur gue masih belum yakin.
"Lo nggak ikut kumpul bareng anak-anak?"
"Nggak usah GR, gue tadi mampir di warung yang sama kaya Lo. Trus gue liat lo ditinggal sama Radit." Jawabnya,
"Dan lo sendiri kenapa nggak ikut kumpul? Malah berduaan."
Hm, untuk pertanyaan yang itu gue nggak bisa jawab.
"Udah malem, nggak baik perempuan sendirian diluar."
Iya sih, gue juga ngerasa nggak nyaman.
"Gue lagi nunggu ojek" Jawab gue seadanya.
"Jam segini udah jarang ada ojek, udah buruan naik." Tawarnya.
Jujur gue nggak yakin kalau ikut sama dia adalah hal yang seharusnya.
"Tapi kan..." Gue tetep berusaha cari alesan biar nggak ikut.
"Disini banyak begal, apalagi kalo malem-malem gini"
Yah berhubung gue takut yang namanya begal, apalagi gue perempuan mana berani.
Akhirnya dengan sangat terpaksa gue ikut dia.
Dijalan nggak ada percakapan sedikitpun antara gue dan Abi. Mungkin karena kita berdua sama-sama nggak suka buka pembicaraan.
Gue diantar sampai depan rumah.
"Makasih" Kata gue turun dari motornya.
Tiba-tiba abang gue keluar,
"Eh Abi ternyata, ayo bi main dulu"
"Iya, mungkin kapan-kapan. Sekarang udah malem gue harus pulang." Jawabnya,
"Oh, oke. Ngomong-ngomong makasih ya udah anterin adek gue sampe rumah."
"Sans aja, kebetulan aja tadi gue liat dia sendirian yaudah gue ajak bareng. "
"Gue pulang dulu ya"
"Oke"
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Dan akhirnya dia dan motornya pergi.
Gue nggak tahu sejak kapan Abi dan abang gue jadi akrab gini.
Gue mau masuk ke kamar, tapi sebelum gue masuk tiba-tiba,
"Nda, nanti dulu" Tahan abang gue,
"Apaan"
"Tadi Abi bilang dia kebetulan liat lo sendirian, trus dari mana lo? Lo mau bohongin gue"
Eh, ada apa sama abang gue?
"Emang bener tadi gue pergi sama temen gue"
"Siapa?"
"Radit" Jawab gue jujur.
"Trus kenapa lo pulang sendirian?"
"Dia dapet telfon disuruh jemput kakaknya di bandara"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah With You
Teen FictionHijrah itu mudah, yang susah istiqomah. Namun bersamamu aku mampu melewatinya. "Dulu gue belum terlalu paham arti berhijrah. Hampir gue jauh dari sang kuasa, hingga akhirnya Allah mengirim seseorang untuk membantu gue berhijrah."