Sama halnya seperti bangkai yang pasti akan tercium pada akhirnya. Begitu juga masalah pekerjaan gue yang cepat atau lambat pasti bakal ketahuan abang gue.
-
-
-
-
-
-
-
Hari ini cukup panas dan perut gue belum terisi apapun sejak pagi. Keringat gue mulai bercucuran.
"Nda udah, makan dulu gih!" Perintah Abi yang juga ikut ngebantu gue.
Gue ngangguk dan baru satu langkah, gue ngerasa badan gue jatuh dan setelah itu nggak kerasa apapun.
Gue pingsan.
-
-
-
-
-
-
Abi povManda pucet banget. Gue rasa dia nggak sehat hari ini. Tapi yang buat gue salut, dia nggak pernah ngeluh dan nyerah.
"Nda udah, makan dulu gih!"
Gue yakin kalo nih anak belum makan, karena dari pagi gue lihat dia nggak makan apapun. (Yah ketahuan nih yang diam-diam merhatiin^^) Eh, diem lu thor.
Baru dia mau duduk, tiba-tiba Manda jatuh dan langsung pingsan.
Panik? Jelas gue panik.
Tanpa pikir panjang gue reflek nolongin. Masa bodo dulu, ini urgent.
Gue langsung bawa dia ke puskesmas terdekat dan ngabarin Nanda.
"Sorry nda, gue nggak bisa jaga adek lo."
"Bukan salah lo kok" Katanya tenang.
Dokter keluar dan langsung dihadang kita berdua.
"Disini ada keluarganya pasien?"
"Saya kakaknya dok, bagaimana keadaan adek saya?"
"Gimana keadaan Manda dok?" gue ikutan tanya.
"Manda tidak parah, hanya kelelahan. Tolong sampaikan ke Manda untuk makan tepat waktu dan jangan melakukan aktivitas yang berlebihan. Juga, jangan banyak berpikir. Setelah pasien siuman, pasien sudah bisa pulang." Jelas dokter.
"Terimakasih dok." Ucap gue yang hampir barengan sama Nanda.
"Sama-sama, saya permisi." pamit dokter itu.Kita berdua sama-sama bingung. Apalagi Nanda, yang notabennya nggak tahu kalau Amanda kerja paruh waktu. Tapi apa yang dipikirkan Manda sampai stres ringan gini? Ah, kenapa gue kepo. Bukan urusan gue dia mau sakit, mau pikiran, mau kelelahan.
Gue mengaduh sambil mengacak rambut gue.
"Perasaan pelajaran ya normal kan Bi? Trus tugas nggak numpuk juga? Kenapa Manda bisa kecapean, sama apa yang dia pikirin?" Tanya Nanda.
Gue diberasa diintrogasi, yang emang sebenernya gue tahu jawaban dari semua pertanyaan Nanda.
Apa gue harus ngomong sih yang sebenernya ke Nanda?
Argggh.... Kenapa gue harus terlibat dalam masalah keluarga mereka sih?
"Mending lo tanya langsung ke Manda nda, biar jelas." Ujar gue berusaha nggak jawab.
Dan nggak lama, Manda siuman. Gue sama Nanda jelas nggak bakal tanya soalnya saat ini.
"Lo nggak papa?" Kalimat tanya itu yang tiba-tiba terlintas dan keluar saat gue liat Amanda.
"Adek gue mah kuat." Sahut Nanda mengacak pelan puncak kepala Manda.
Jujur, gue iri sama Nanda yang bisa menunjukkan rasa sayangnya terhadap adeknya. Sedangkan gue? Eh apaan sih? Wah gue mulai nggak jelas gans. Cukup, lupakan.
Sedang Manda, hanya mengangguk meyakinkan kalau dia baik-baik saja yang padahal jelas terlihat dia tidak sedang baik-baik saja.
Hari ditutup dengan mengantar Manda ke rumahnya.
-
-
-
-
-
-
-Manda POV
Ketika gue sadar, gue lihat abang dan Abi yang tampak cemas dengan keadaan gue.
Gue langsung diantar pulang. Gue pikir semua bakalan selesai.
"Nda...." Panggil abang gue.
"Lo kenapa?" Tanya abang gue sesampainya di rumah.
"Gue nggak papa bang."
"Lo kerja paruh waktu kan?" Tanyanya yang buat gue terkejut.
"Lo tahu darimana?"
"Nah kan, berarti bener" Jawabnya.
Pasti Abi yang kasih tahu ke abang gue.
"Bukan Abi yang ngasih tahu. Gue liat sendiri kok."
Hah!
"Gue minta maaf ya, nggak bisa menuhin kebutuhan lo sampe lo harus cari tambahan sendiri."
Tatapannya ke bawah, nunjukin banget kalau dia menyesal.
"Eh, nggak gitu bang. Gue cuma nggak mau kalau ngrepotin lo sama keperluan pribadi gue."
"Seharusnya gue yang minta maaf, nggak ngasih tahu lo."
"Kenapa lo nggak ngasih tahu gue?"
"Sebenernya gue udah coba ngasih tahu lo, tapi waktunya aja yang nggak pernah tepat."
"Oke, gapapa. Tapi lain kali lo nggak boleh main rahasia sama gue, gue ini abang lo." Katanya yang ngebuat hati gue lega.
"Thanks bang, gue janji nggak bakal ngulangin lagi." Ucap gue ditambah dua jari pis.
"Nggak usah janji-janji."
"Iya-iya"
"Bang, Tapi gue boleh lanjut kerja nggak bang?" Tanya gue.
"Nggak usah, lo nemenin emak aja di rumah, kasihan emak sendirian." Jawabnya.
"Mm, oke-oke."
"Bang...."
"Apalagi Manda?"
"Soal hari ini, jangan bilang emak ya! Gue nggak mau emak khawatir sama anak cantik satu-satunya ini."
"Dih, iya-iya."
"Mmm, bang!"
"Amanda, apalagi? Udah tidur, istirahat yang cukup. Besok lo harus sekolah."
"Hehe iya-iya"
"Makasih ya bang."
Gue melingkarkan tangan gue ke lehernya.
"Gue sayang lo"
"Hm, gue juga."
Gue langsung ke kamar dan tidur.
"Terima kasih ya Allah,
Engkau beri aku seorang kakak yang sangat hebat. Dia cerdas, tangguh, bertanggungjawab, penyayang. Dia mampu menggantikan sosok ayah yang sudah Engkau pangil menemui-Mu. Beri dia kesehatan selalu ya Allah, terus tuntun dia ke jalan yang benar.
Aku berharap mendapatkan seseorang yang memiliki sifat seperti ayah dan kakakku."Setelah itu gue terlelap.
"Kakak yang cuek bukan berarti nggak sayang, cuma nggak bisa nunjukin rasa sayangnya."
________To be Continu______
Assalamualaikum,
Author balik lagi, maaf lama baru up.
Makasih buat yang udah nyempetin mampir ke sini.
Jangan pernah bosen nunggu lanjutannya ceritanya ya^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah With You
Teen FictionHijrah itu mudah, yang susah istiqomah. Namun bersamamu aku mampu melewatinya. "Dulu gue belum terlalu paham arti berhijrah. Hampir gue jauh dari sang kuasa, hingga akhirnya Allah mengirim seseorang untuk membantu gue berhijrah."