Bagian 4

148 36 31
                                    


Walaupun butuh waktu. Aku akan tetap menunggumu

  "Ah sumpah. Tadi itu ya, saat-saat yang bikin mata sama otak gue memanas tau enggak, Len." Keluh Sinta. Meniup-niup kuah bakso di sendok yang ia pegang.

  "Kebiasaan lo itu mah. Setiap habis jam pelajaran yang berhubungan sama itung-itungan selalu ngeluh ke gue. Emangnya gue tempat keluhan apa." Lenata menyuapkan pentol bakso yang sudah dipotongnya menjadi dua bagian ke dalam mulutnya.

  "Iya sih itu juga." Sinta mempondasikan tangan menyangga dagunya. "Tapi maksud gue bukan yang itu, Lenata... Waktu kita jalan ke kantin lo sadar enggak sih!"

  "Sadar lah. Masa gue jalan dalam kondisi enggak sadar. Sleeping walking dong," ucap Lenata. Tangannya terus bergerak membelah bakso.

  Sinta melirik sekelilingnya, menelan saliva-nya. "Tadi kita sempet berpapasan sama si Dimas!" bisik Sinta.

  "Oo Dimas mantan lo." Lenata menanggapinya dengan santai. Rahangnya terus bergerak mengunyah bakso.

  "Sssttt jangan keras-keras," titah Sinta. "Masalahnya tadi Dimas jalan sama pacar barunya!"

  "Oo."

  "Lenata... Dimas baru aja putus sama gue dua minggu kemarin!" Nada bicaranya mulai naik. "Gue yang statusnya masih jomblo, dia udah dapet yang baru aja!"

  Lenata menaruh telunjuknya di bibir Sinta. "Ssttt."

  Sinta mengangguk pelan sadar nada bicaranya tinggi. "Bayangin aja! Secepet itu dia move-on dari gue!"

     Lenata meneguk jus jeruknya sambil terus mendengarkan curhatan Sinta.

  "Padahal dulu dia yang nembak gue, sekarang dia yang mutusin gue! Maksudnya apa coba. Awal-awalnya diperjuangin mati-matian akhirnya ditinggal kalau udah bosen. Dasar cowok!"

     Sinta memang berparas cantik, tinggi dan memiliki wajah baby face wajar saja banyak anak SMA Garuda yang menaruh hati padanya. Sebut saja Dimas. Hubungannya dengan Dimas yang dulu pacar sekarang berubah status menjadi mantan. Dan sekarang Dimas sudah punya pacar baru pengganti Sinta. Itulah yang membuat Sinta kesal.

     Bicara soal penampilan, Lenata tak jauh dari Sinta. Lenata juga memiliki wajah terbilang cantik, dan manis dengan tubuh mungilnya. Hanya saja Lenata tak sepopuler Sinta dan tak punya pengalaman soal pacaran.

     Sebenarnya Lenata sudah tahu alasan mengapa sahabatnya memasang raut wajah cemberut sedari tadi. Hanya saja Lenata pura-pura tak mengetahuinya menunggu Sinta curhat padanya.

  "Yang namanya mantan buat apa diinget-inget. Itu masa lalu. Masa lalu cukup buat kenangan aja. Berarti dia emang bukan yang terbaik buat lo. Karena yang terbaik pasti enggak akan jadi mantan," ujar Lenata tanpa memandang Sinta. Tetap fokus pada baksonya.

  "Tapi lo enggak tau rasanya gimana ditinggal pas lagi sayang-sayangnya." Nada bicara Sinta mulai terdengar serak.

  'Waduh, Sinta mewek lagi. Gue harus gimana buat ngehibur dia.'

  "Sin, lo tau enggak sih orang yang jualan seblak di pinggir jalan deket kampus UI? Gila enak banget, seblaknya. Pulang sekolah mau enggak kesana," tawar Lenata mencoba meredakan suasana.

  Sinta menyedot ingusnya yang keluar antara karena sedang sedih atau kepedasan makan bakso. "Awas aja! Bakal nyesel Dimas ninggalin gue! Gue bakal cari yang lebih baik dari dia!" seru Sinta tak menanggapi tawaran Lenata. Langsung melahap baksonya yang berukuran besar sampai-sampai memenuhi mulutnya.

Titik AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang