Bagian 18

87 27 59
                                    

Lebih baik mendapat hasil yang jelek tapi itu usaha sendiri daripada mendapat hasil yang bagus tapi itu hasil kecurangan. Sama seperti yang ada di dalam tempat sampah. Sama-sama sampah!

     SMA Garuda sedang dalam masa tenang tanpa adanya suara keras bak pasar baik di dalam atau di luar ruangan. Hari Senin yang biasanya dimulai dengan kegiatan upacara telah ditiadakan kali ini. Alasannya karena Minggu ini adalah minggu pertama Ujian Akhir Semester dimulai. Ujian dilaksanakan dengan sistem tiga gelombang. Gelombang pertama jam tujuh sampai jam sembilan pagi, gelombang kedua jam sebelas sampai jam satu siang, gelombang ketiga jam tiga sampai jam lima sore. Masing-masing gelombang terdiri dari kelas sepuluh sampai dua belas.

     Kelas X-IPS-2 mendapat giliran gelombang pertama masuk. Daripada hari sekolah biasanya masuk jam tujuh berbeda pada saat ujian, jam enam lewat tiga puluh menit Devan sudah diharuskan tiba di sekolah. Tidak boleh ada kata terlambat atau dia harus menunggu untuk ikut bergabung ke gelombang berikutnya.

     Berbeda dengan Lenata untuk kelasnya ia mendapat gelombang terakhir, gelombang tiga. Perbedaan jam antara gelombang satu dengan tiga terpaut jauh. Jika gelombang dua dekat dengan jam pulang gelombang satu dan jam masuk gelombang tiga. Selama ujian bisa dipastikan Devan tidak bisa bertemu dengan Lenata di sekolah.

     Bicara soal tidak ada suara-suara bak pasar atau semacamnya memang benar. Tapi bukan berarti tidak ada suara sama sekali, hanya saja tidak seramai biasanya. Sebagian dari mereka menunggu di luar ruangan yang telah ditentukan. Ruang ujian bukan di kelas mereka sendiri. Sebagian banyak mereka menunggu ruangan ujian dibuka sambil membaca mempelajari buku dan kisi-kisi ulangan.

     Kelas yang berisi kurang lebih sekitar tiga puluh murid dipecah setengahnya menjadi dua kelas. Seperti pada umunya diberlakukan cara ini untuk mengurangi peserta ujian saling contekan. Apa jadinya jika satu ruangan berisi tiga puluh siswa lengkap satu kelas bisa-bisa kerja sama mereka dapat berjalan lancar. Walaupun dipecah menjadi setengah kelas, jangan ragukan kemampuan para murid untuk memperoleh jawaban. Masalah kerja sama mereka teruji disini.

  "Gue belum dapet kisi-kisi mapel ini, bagi dong!"

  "Kemarin gue ketiduran belum belajar gue! Gimana nanti gue ngerjainnya!?"

  "Huft gue belum siap buat ujiannya!"

  "Nanti kalau gue panggil lo-lo pada jangan pura-pura budeg!"

  "Semoga nanti guru yang jaga bukan guru killer!"

  "Please soalnya jangan yang sulit-sulit. Gampang-gampang aja!"

  "Kena serangan kebelet boker tiba-tiba waduh!"

     Mendekati bel masuk murid-murid mulai panik sendiri. Ada yang menyiapkan contekan diletakkan di kaos kaki, di dalam dasi, sampai-sampai di dalam baju saking totalitasnya. Selain contekan, beberapa murid sudah sepakat untuk saling bekerja sama bagaimana pun caranya bilamana mereka menemukan kesulitan saat menjawab soal. Mungkin karena setelah ujian ini mereka akan naik ke kelas sebelas, ada perasaan was-was tidak naik kelas. Baru Ujian Akhir Semester saja sudah begini bagaimana jika Ujian Nasional?

     Tembok luar kelas menjadi tempat Devan menyandarkan tubuhnya sambil berdiri. Matanya berulangkali mengedip menahan rasa kantuk. Mata panda sudah terbentuk di sekitaran matanya, sesekali ia juga menguap. Jam tidurnya tidak terlalu malam ... melainkan terlalu pagi! Devan baru mulai tidur jam tiga pagi dan bangun jam lima pagi. Ia hanya tidur selama dua jam! Terlalu asik menonton acara televisi hingga lupa waktu. Begitu acara televisi yang ditontonnya selesai ia baru merasakan rasa kantuk yang amat sangat. Wajar saja pagi ini ia masih mengantuk.

Titik AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang