Lo lucu, deh
Lenata mondar-mandir kebingungan di kamarnya. Rasa cemas membuat keringat perlahan keluar di kulit kening kepalanya. sesekali netra-nya melirik ponsel yang tengah digenggamnya. Sudah berkali-kali Lenata melihat pesan yang terkirimnya masih ceklis satu. Dia mengira efek sinyalnya yang jelek mengakibatkan tidak adanya perubahan ceklis satu. Spam chat juga sudah tapi masih tetap sama. Bukan masalah sinyal! Pikirannya menjadi-jadi begitu sadar kontak Devan tidak menampilkan foto profil dan informasi status terakhir kali dilihat. Sebelumnya memang Lenata tahu Devan sengaja menyembunyikan status dilihatnya, tapi tidak dengan foto profil. Foto profilnya Devan kemarin dia ingat secara jelas memakai foto animasi. Diblokir! Lenata jelas-jelas berpikir bahwa kontaknya telah diblokir!
Lenata mencoba mengingat kejadian kemarin saat di mall dan kejadian di sekolah. Lenata mengevaluasi setiap kejadian yang berhubungan dengan Devan baru-baru ini. Kejadian di sekolah tadi paling cocok untuk dijadikan asumsi. Bagaimana tidak? Lenata sendiri secara terang-terangan menghindari Devan tadi pasti Devan merasa tersinggung atas tindakannya.
Jika Devan benar-benar marah dan tak menggubris Lenata itu semua bukan salah Devan juga. Lenata lah yang awalnya sengaja menghindari Devan. Bukan untuk maksud apa-apa hanya saja Lenata merasa canggung bertatap muka apalagi kalau yang akan dibahas tentang jawaban dari pernyataan cinta Devan. Otomatis menjauh ibarat medan magnet yang memiliki kutub yang sama di kedua sisi.
Kuku jempol menjadi pelampiasan gigitan Lenata sembari berpikir mencari cara. Apa harus dia menghubungi Bastian, Arfan, atau Rivo? Tapi setelah mereka menelpon apa yang harus dikatakan Lenata? Tidak usah berpikir jauh-jauh dulu tentang apa yang akan Lenata bicarakan saat menelpon. Kontak mereka bertiga saja Lenata tidak punya. Okelah Lenata bisa meminta kontak Bastian ke Sinta sebelum itu lebih baik dipikirkan berkali-kali dulu. Tentu saja Sinta pasti akan bertanya kenapa dan untuk apa Lenata meminta Kontak Bastian. Dijamin Lenata malah bertambah pusing memikirkan masalah ini berbelit-belit jika kekepoan Sinta ikut andil dalam masalah ini.
Jalan yang lebih baik menurutnya adalah berkonsultasi meminta saran ke Edgar kakaknya. Merasa sudah mendapat jalan keluar pertama, Lenata langsung berlari girang membuka pintu kamar. Seperti layang-layang yang tiba-tiba kehilangan angin untuk terbang, Lenata tiba-tiba berhenti tepat di depan daun pintu. Dia baru ingat Edgar sedang kuliah dan pulang malam hari ini. Baru sesaat bisa bernapas lega, Lenata menutup pintu dengan berat hati kembali memikirkan masalahnya lagi.
Tidak seperti soal matematika atau fisika yang bisa diselesaikan jika tau rumus dan caranya. Kali ini sangat berbeda dengan dua hal itu. Lenata tidak tau caranya bagaimana mengatasi permasalahannya. Oh ayolah sebelum-sebelumnya Lenata tidak pernah memikirkan hal sepusing ini apalagi soal cowok! Apalagi cowok itu Devan!
Yang dia tahu hanyalah tidak mudah jika dia harus lakukan sendiri untuk bercerita dan meminta bantuan entah bantuan apa itu pokoknya berkaitan dengan Devan. Harus ada orang yang bisa diajak kerja sama! Tapi siapa? Selain Edgar, Sinta, dan ketiga teman Devan siapa lagi?
Lenata memejamkan matanya mengingat-ingat dia punya teman SMP yang satu kelas dengan Devan. Mitha teman SMP yang pernah satu kelas dengannya. Meskipun tidak terlalu kenal dekat, Lenata kenal baik dengannya.
Lenata mulai mencari di kontak WhatsApp. Masih ada! Entah itu masih aktif tidaknya tanpa mengecek informasi status Lenata buru-buru menekan tombol telpon.
Speaker berdering menandakan telpon sedang dalan proses yang berarti kontaknya masih aktif.
"Halo, ini siapa?" tanya Mitha dari sebrang telpon mendahului berbicara.
Nomer yang digunakan Lenata sewaktu SMP berbeda dengan sekarang. Saat masuk SMA dia mengganti nomernya untung saja dia sempat memback up buku telpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Awal
RomanceSMA Garuda tidak kurang memiliki murid bandel di sekolahnya. Devan Aldeno contohnya. Seluruh warga sekolah mulai dari guru-guru, satpam, sampai siswa-siswi semua angkatan mulai dari kelas sepuluh - dua belas kenal dengan anak satu ini. Tahun pe...