Pagi yang cerah, Moza terbangun dengan wajah berseri. Semalam Mark hadir dalam mimpinya, Mark mencium kening, pipi, hidung dan terakhir di bibirnya. Tapi akhirnya Mark beranjak pergi dan keluar dari kamar Moza. Entah mimpi atau nyata, tapi mimpinya seakan nyata. Tapi apakah mungkin? Pasalnya sudah hampir 5 hari, Mark tak pulang. Terakhir bertemu saat Mark bersama Anna. Setelah itu, Moza tidak bertemu dengan Mark lagi. Bertanya dengan Lezzi pun, tak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
"Tuan sedang keluar kota untuk beberapa hari, Nona."
Ada rasa tak suka bila Mark pergi dengan tunangannya, hubungan yang terjalin antara Mark dan Anna membuat ia menjadi kepikiran, dan menimbulkan sulit tidur akhir-akhir ini. Apalagi bila harus mengingat cara berpakaian dari Anna, Anna memakai pakaian yang kurang bahan, sehingga menampilkan sebagian tubuh seksinya serta kaki jenjangnya. Tidak! Moza tidak iri, hanya saja Moza tidak ingin bila ayah dari anaknya salah memilih pendamping hidup.
Terkadang, Moza memiliki rasa ingin pulang ke rumah orang tuanya. la rindu dengan keluarganya. Tapi Moza belum berani bila harus bertemu dalam keadaan seperti ini. Setidaknya, ia harus menyiapkan diri untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Moza sadar diri, bahwa ia sudah mempermalukan keluarganya. Tapi Moza sendiri tidak menginginkan hal ini terjadi padanya.
Moza pun beranjak dari ranjangnya menuju toilet, sebaiknya ia membersihkan diri dahulu. Selang 25 menit, Moza telah selesai dalam rutinitas mandinya. Ia bercermin melihat penampilannya. Moza tampak cantik dengan mengenakan dress putih di atas lutut tanpa lengan. Karena terlalu bosan berdiam diri di kamar, Moza pun memutuskan untuk berkeliling mansion.
Bertepatan saat Moza keluar kamar, saat itu pula Mark dan Anna keluar dari kamarnya, yang letaknya berada di samping kamar Moza dengan merangkul pinggang Anna. Sekilas mereka sangat serasi di mata Moza, namun Moza segera menepis pikiran itu.
"Kau ... sudah pulang?" tanya Moza lirih.
"Hem." Lalu melanjutkan langkahnya bersama Anna.. Anna tersenyum sinis saat mereka melewati Moza. Tatapan tak suka sangat jelas di mata Moza. Moza pun mengurungkan niatnya, dan kembali masuk ke kamar Namun, tidak lama dari itu, Lezzi pun masuk dengan diawali mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Moza! Tuan menyuruhku untuk memanggilmu. Tuan menunggumu untuk makan pagi bersama. Ayo, turun!" ujar Lezzi lembut.
"Aku ingin makan di sini saja Lezzi. Aku kurang nyaman harus berada di sekitar Mark dan Anna," jawab Moza pelan.
"Loh, ada apa Moza? Bukannya kemarin kamu mencari Tuan? Dan kamu bilang sendiri padaku, kalau beberapa hari ini kamu memikirkan Tuan, kamu sangat merindukan Tuan Mark bukan," ujar Lezzi.
Moza hanya terdiam, memang benar kemarin Moza merasakan kehilangan dengan tidak ada hadirnya Mark. Entah perasaan apa ini, Moza tidak ingin jauh dari Mark, Moza resah bila jauh dari Mark, dan dia benci bila Mark berdekatan dengan wanita lain seperti Anna. Mungkin bawaan bayi. Pikir Moza.
"Ayo, Moza! Tuan pasti sudah menunggumu," ucap Lezzi menyadarkan Moza.
"Baiklah." Akhirnya Moza dan Lezzi pun pergi menuju ruang makan. Lagi, lagi dan lagi, pemandangan tidak mengenakan bagi Moza. Bagaimana tidak, saat ini tampak Anna sedang menyuapi Mark mesra.
"Apa tuanmu pulang dengan keadaan tak memiliki tangan?" bisik Moza pada Lezzi. Lezzi yang mengerti apa maksud Moza hanya terkekeh..
"Duduklah Moza, aku dan Anna bukan sedang menampilkan drama sehingga di tonton seperti itu denganmu," ujar Mark.
"Oh, ya tentu," jawab Moza, lalu mendudukkan diri di bangku di seberang Mark. Posisi mereka saat ini saling berhadapan hanya terhalang dengan meja makan.
Anna yang merasakan keganjilan terhadap hubungan Mark dan Moza. Belum lagi Mark yang mengabaikan suapan Anna, mata Mark tertuju menatap Moza yang saat ini sedang asyik menghabiskan sarapannya yang sudah disiapkan Lezzi, bahkan Mark sempat tersenyum tipis saat melihat Moza menghabiskan susu hamilnya.
"Mark!" panggil Anna.
"Apa?" jawab Mark singkat.
"Apa tidurmu nyenyak semalam? Apa aku memuaskanmu?" ujar Anna seraya mengedipkan matanya kepada Mark. Moza langsung mengalihkan tatapannya ke arah Mark, seakan menunggu jawaban Mark, Mark sangat tertarik melihat perubahan ekspresi Moza.
"Tentu sayang, bahkan aku ingin lagi, lagi dan lagi." jawab Mark seraya menatap Anna dan beralih lagi ke arah Moza.
"Bisakah kita lakukan itu lagi sekarang, sayang? lanjut Mark. Anna yang tampak bingung hanya menger. nyitkan dahinya.
"Ayolah sayang kita lakukan lagi di sini," goda Mark kepada Anna, seraya menarik Anna dan diduduki di pangkuan Mark.
"Kamu serius? Di ruang makan?" tanya Anna. "Tentu, kenapa tidak?"
"Tapi ada ...." Anna tidak melanjutkan ucapannya. "Aku sudah selesai. Aku permisi dulu," ujar Moza berlenggang pergi meninggalkan Anna dan Mark. Sete-lah kepergian Moza, Mark menyingkirkan Anna dari pangkuannya.
"Aku harus bekerja," ujar Mark dingin.
"Bukannya kau..."
"Jangan berharap banyak denganku Anna," jawab Mark, lalu pergi meninggalkan Anna sendiri.
Sedangkan Moza, seraya berlari kecil ke arah taman belakang. Moza menangis sejadi-jadinya di sana sampai sebuah tangan menggapai pundaknya dan mengelus lembut puncak kepalanya, seakan mencoba menenang- kan Moza. Sontak Moza menoleh, ia tersenyum getir melihat seseorang yang ada di hadapannya.
"Jangan seperti itu denganku," ujar Moza yang lang- sung memeluk orang yang ada di hadapannya itu dengan terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard CEO
Romantik18+ Cerita ini ganti judul ya .. (Handsome CEO bastarad) Jangan di copas ya,karna cerita ini hasil mikir sendiri,bukan plagiat.. _______/////________ moza gadis sederhana dan polos yang memiliki berjuta impian .. . . tapi apa jadinya bila impian it...