Chapter 3

17.3K 623 5
                                    

Moza POV

Impianku.
Masa depanku
Dan kesucianku
Telah kau renggut dengan mudah
Apa kamu tidak tau sekeras apa aku menjaganya?
Sungguh. Bahkan kata kecewa dan marah pun tidak
Dapat melukiskan perasaan ku saat ini.

💦💦💦💦

Moga terbangun dari tidurnya, satu pertanyaan yang terlintas dalam pikirannya.

Di mana aku saat ini?

Tampak sebuah ruangan asing. Moza sangat ter-kejut ketika ia merasakan ada sebuah tangan yang kokoh memeluknya erat. Dan Moza semakin terkejut melihat pemilik tangan kokoh itu sedang tertidur pulas di sampingnya dalam keadaan polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Moza segera menyingkirkan tangan kokoh itu, dan menyibak selimut yang menutupi tubuh mereka, dan Moza semakin terkejut melihat dirinya juga tidak memakai sehelai benang pun.

Moza masih tidak percaya, Moza bangun dari posisi tidurnya menjadi posisi duduk. Tapi rasa sakit di daerah kewanitaannya semakin membuatnya yakin. Moza meringis kesakitan. Moza membuka keseluruhan selimut itu sampai terjatuh. Dan benar ia melihat darah, mungkinkah itu darah miliknya?

Moza tidak bisa menahan air matanya, air matanya luruh membasahi pipinya. Isakan tangisnya ia tahan agar tidak membangunkan pria brengsek di sampingnya. Moza berharap Mark bukan hanya tertidur, tapi juga tewas. Moza bergegas bangun dan mengambil bajunya yang sudah berserakan di lantai, ia langkahkan kakinya menuju toilet dengan tertatih menahan perih. Moza menangis sejadi-jadinya di sana.

"Maafkan aku ayah, ibu, aku tidak bisa menjaga kesucianmu." Moza menjerit tertahan, menggosok tubuh- nya kasar. Moza sangat kecewa, marah, sedih.

Moza memutuskan untuk segera pergi dari tempat ini, sebelum Mark mengulang hal menjijikkan lagi kepadanya. Moza bergegas bangun dan memakai pakaian yang ia pakai semalam. Moza membuka pintu secara perlahan, karena Moza tidak ingin membangunkan pria brengsek itu.

Moza mengedarkan pandangannya, pria itu masih tertidur, wajahnya tampak lelah. Moza memandang wajahnya benci. Wajahnya bak dewa Tapi berhati iblis. Moza berjalan menuju pintu dengan hati-hati.

Duk!

Tanpa Moza sadari, ia menabrak meja yang berada di sana dan suara yang cukup keras itu membuat pria brengsek itu tergeliat. Moza tampak takut, sangat takut. Tanpa berpikir panjang Moza berlari keluar dari sana, di luar kamar tampak sepi, tidak ada bodyguard yang seperti biasanya menjaga Mark. Tapi bukankah ini bagus, Moza bergegas pergi dari sana, ia ingin cepat keluar dari tempat itu. Moza terus berlari dan berlari sampai akhirnya ia benar-benar menjauh dari hotel itu.

Moza bernafas lega saat ia sudah berada di dalam taksi. Moza menyebutkan alamat Cafenya, tidak! Moza bukan akan pergi dan bersembunyi di sana, hanya saja Moza harus mengambil barang-barang penting yang dapat ia gunakan nanti dis ana.

Sesampai di sana, Moza bertemu dengan anak buah kepercayaannya, Moza sampaikan niat ke datangannya.

"Nita, bila ada orang yang mencari ku, siapa pun itu jangan beri tahu mereka aku di mana! Tapi bila ayah dan ibuku bertanya jawab saja jujur."

"Memangnya Nona akan ke mana?" tanya Nita.

"Aku akan pergi ke Indonesia, Nita."

"Berapa hari Nona?"

"Entahlah, aku tidak tahu."

"Lalu bagaimana Cafemu?"

"Aku percayakan semuanya padamu. Aku akan tetap mengawasi dari jauh."

"Baik Nona, aku mengerti, di mana Anda akan tinggal?"

"Aku belum tahu Nita, tapi sesampainya di sana, aku akan mengirimkan alamatnya kepadamu."

"Baiklah Nona. Hati-hati," ucap Nita.

Moza pun mengangguk dan tersenyum pada Nita lalu berlalu pergi. Moza harus bergerak cepat agar ia bisa benar-benar menghindar dari pria brengsek itu.

Saat ini Moza sudah berada di sebuah rumah kecil yang ia beli, rumahnya sangat mini tapi ini sangat cukup untuknya tinggali. Saat ini Moza sudah berada di Indonesia, sesampai di Indonesia ia segera mencari rumah yang akan ia tempati saat di sini, beruntungnya Moza karena tidak terlalu sulit untuk menemukan rumah yang cocok untuknya, bahkan rumah ini berada di pusat kota. Moza menatap jauh ke arah depan.

"Selamat tinggal ayah, ibu...," lirih Moza.

Bastard CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang