Seharusnya swat ini Moza sudah sampai di kota tuju- annya. Namun, semuanya harus musnah setelah Mark memerintah Moza untuk kembali dengan berjanji akan menikahinya dengan Lexi. Tak tanggung-tanggung Mark membawa Moza pergi dari Indonesia.
Dengan menggunakan jet pribadi milik Mark. Akhir- nya Moza telah sampai di negara kelahirannya. Alih-alih kembali ke rumah orang tuanya, kini Moza berada di sebuah mansion milik Mark, yang letaknya sendiri pun tak diketahui oleh Moza. Berkali-kali Moza mencari jalan keluar untuk bisa kembali ke rumahnya. Tapi selalu gagal, di luar sana begitu banyak penjaga.
Ingin rasanya ia bertemu dengan Lexi, agar bisa meminta bantuan padanya. Namun, sangat sulit. Dan bodohnya Moza, begitu mudahnya ia berucap bahwa anak yang ia kandung adalah anak Lexi hingga sekarang dirinyalah yang terjebak sendiri.
Tok Tok Tok.
Moza menatap pintu yang terbuka. Tampak se-orang gadis muda tersenyum ramah padanya.
"Nona sudah bangun?" tanya maid itu kepada Moza. Moza mengangguk sebagai jawaban.
"Perkenalkan Nona, nama saya Lezzi, saya salah satu maid di mansion ini, dan saya perintah untuk mela-yani Anda," lanjut Lezzi memperkenalkan diri.
"Di mana ini?" tanya Moza.
"Ini di mansion pribadi Tuan Mark, Nona."
"Jadi yang memberi perintah kepadamu adalah Mark?"
"Benar Nona. Nona ingin mandi? Saya akan siapkan semuanya. Tuan Mark menyuruh saya untuk membawa Anda ke ruang makan setelah selesai mandi," ujar Lezzi.
"Aku tidak lapar, aku ingin mandi dan istirahat saja," tolak Moza.
"Tapi Nona...."
"Aku lelah, tolong mengerti Lezzi!" mohon Moza.
"Baik Nona. Nanti saya akan sampaikan kepada Tuan."
"Terima kasih Lezzi." Seraya tersenyum kepada Lezzi. "Tidak perlu berterima kasih Nona, kalau begitu saya siapkan air hangat dulu untuk Nona."
"Baiklah, terima kasih," saut Moza ramah.
***
Di Ruang Makan.
Mark yang sedari tadi menunggu kedatangan Moza akhirnya harus merasa kecewa, saat Lezzi menyampaikan keinginan Moza.
"Baiklah kalau dia tidak ingin makan bersamaku di sini, biar aku saja yang makan bersamanya di dal di kamarnya itu." Mark berdiri untuk jalan ke arah lantai dua di mana kamar Moza berada.
"Siapkan makanan untuk Moza dan antarkan ke kamarnya!" perintah Mark.
Mark telah sampai di depan kamar Moza. Sempat ragu untuk masuk. Namun, Mark sudah membulatkan tekadnya untuk memaksa Moza makan, karena yang Mark lihat Moza belum makan sedari tadi, bahkan Moza menolak saat diberi makan siang tadi.
Dia tidak ingin keponakannya kekurangan gizi bila Moza tidak makan. Keponakan? awalnya Mark tidak yakin dengan perkataan Moza tadi siang yang mengaku bahwa anak yang dikandungnya adalah anak dari Lexi. Tapi mengingat kedekatan Lexi dan Moza, membuat dirinya yakin bahwa ada hubungan serius di antara mere- ka, belum lagi kejujuran Lexi atas dirinya yang mencintai Moza.
Flashback*
"Aku sedang menyukai seorang gadis Mark. Dia temanku di tempat kerjaku, dia cantik, ceria dan baik, sangat
ramah kepada siapa pun, aku menyukainya." "Siapa namanya Lexi? Dekati saja dia terus sampai kamu benar-benar mendapatkannya."
"Namanya Moza, Kak. Tentu aku akan mendapat kannya."
Mark terkejut mendengar ucapan Lexi, tapi ia berusaha untuk biasa saja.
Flashback off
Akhirnya Mark pun membuka pintu kamar Moza, tampak dirinya sedang duduk di atas ranjang, seraya mengelus perutnya yang masih rata. Mark sedikit terhanyut melihat apa yang dilakukan Moza, hatinya berkata bahwa itu adalah anaknya. Namun, di sisi lain Mark tidak bisa mengelak bahwa ucapan Moza adalah benar.
"Makanlah!" titah Mark saat pembantu memberi makan malam untuk Moza.
"Lezzi apa kamu tidak bilang pada tuanmu yang terhormat itu, bahwa aku tidak ingin makan?"
"Lezzi sudah sampaikan pesanmu, tapi aku tidak ingin sampai keponakanku kurang gizi, karena ibunya yang egois."
Moza merasa ada sedikit rasa sakit pada hatinya, saat mendengar penuturan Mark. Kata-kata keponakan itu tidak seharusnya terucap dari bibirnya Mark. Namun, nilah yang sudah terjadi.
Aku akan makan saat Lexi sudah datang," jawab Moza asal. Mark mendengus kesal.
"Kau ingin membunuh keponakanku? Lexi tidak akan datang sebelum urusan pekerjaannya di Indonesia selesai."
"Lalu bagaimana dengan ...."
"Lexi akan bertanggung jawab tentang kehamilan-mu. Kau tenang saja, Lexi adalah pria yang baik!" po-tong Mark cepat. Perkataannya penuh dengan ketegas-an membuat Moza diam seketika.
Bukan menikah maksudku, tapi bagaimana aku bisa pulang, batin Moza.
"Makanlah! Aku keluar dulu," ujar Mark lalu meninggalkan Moza.
Moza menatap Mark hingga menghilang di balik pintu, seraya mengelus perutnya.
Nak, lihatlah ayahmu. Dia sangat perhatian padamu, batin Moza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard CEO
Romance18+ Cerita ini ganti judul ya .. (Handsome CEO bastarad) Jangan di copas ya,karna cerita ini hasil mikir sendiri,bukan plagiat.. _______/////________ moza gadis sederhana dan polos yang memiliki berjuta impian .. . . tapi apa jadinya bila impian it...