Moza tampak cemas, pasalnya esok adalah hari pernikahannya. Ia tak ingin menikah dengan pria lain, tapi di sisi lain ia ingin menebus kesalahannya pada kedua orang tuanya. Lagi pula ia tak ingin egois dengan anaknya. Mark pun tak kunjung datang. Bahkan memberi kabar pun tidak. Moza sangat kecewa. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.
Tok! Tok! Tok!
Moza menghela napas panjang saat ketukan pintu terdengar dari luar kamarnya. "Masuk!"
Pintu tampak terbuka, terlihat Renata tersenyum manis padanya. Moza mencoba tersenyum agar terlihat baik-baik saja.
"Ibu, ada apa?" tanya Moza lembut.
"Nak, calon suamimu ada di bawah. Apa kamu tidak ingin bertemu?" tanya Renata. Moza tampak enggan.
"Bu aku sangat lelah, mungkin faktor kehamilanku yang sudah terbilang tua. Aku ingin istirahat, bisakah aku tidak bertemunya sekarang? Lagi pula besok hari pernikahan kami, biarkan aku bertemu dengannya besok. Apa boleh?" tutur Moza menjelaskan dengan lembut.
"Tentu sayang, ibu tak masalah," jawab Renata lembut yang dibalas senyuman dengan Moza. Renata menatap Moza yang saat ini sedang menatap keluar jendela.
"Boleh ibu bertanya, Nak?"
"Tentu, katakan Ibu."
"Apa kamu bahagia dengan pernikahan ini?" tanya Renata.
"Bu, bila aku bilang aku bahagia atas pernikahan ini, itu artinya aku berbohong. Tapi aku tak ingin egois. Anakku tidak hanya butuh seorang ibu, tapi juga butuh sesosok ayah, dia adalah pilihan ibu dan ayah. Pilihan kalian pasti yang terbaik untukku, untuk perasaan. Aku pasti akan bisa mencintainya bila sudah terbiasa. Orang bilang, cinta datang karena terbiasa," jawab Moza panjang lebar. Renata mengangguk seraya tersenyum pada Moza.
"Ibu percaya kamu bisa, Nak," ujar Renata. Renata menjeda ucapannya.
"Jadilah ibu dan istri yang baik untuk keluargamu, peranmu sangat penting dalam sebuah keluarga. Jadilah ibu yang kuat dan sabar," lanjut Renata. Moza memeluk Renata erat.
"Aku akan menjadi seorang ibu yang kuat," ucap Moza dalam pelukan Renata.
***
Keesokan harinya.
Hari ini semua orang tampak sibuk dengan tugas-nya masing-masing. Hari ini adalah hari pernikahan Moza, Namun, Moza tampak murung. Sesekali ia mena-tap keluar jendela. Ia berharap Mark datang hari ini, dan mengabaikan pernikahannya. Tetapi harapan tinggallah harapan. Kenyataan tidak sesuai ekspetasi. Moza meng- hela nafas panjang
Tok Tok Tok
Ketukan pintu memecahkan lamunannya. Moza menoleh ke asal suara. Tampak Lexi dengan berpakaian tuxedonya. Moza tercengang melihat keberadaan Lexi. "Lexi?!"
"Boleh aku masuk, Nona?" tanya Lexi disertai kekehan kecil.
"Masuklah tamu tak diundang!" jawab Moza. Lexi pun masuk dan duduk di hadapan Moza.
"Kau tampak cantik Moza," puji Lexi.
"Terima kasih Lexi. Apakah ini pujian?" tanya Moza
Seraya tersenyum. "Tentu." Moza tertawa. Begitu pun dengan Lexi. Lexi memandang perut Moza.
"Bagaimana kabar ponakanku?" tanya Lexi. Seketika tawa Moza terhenti. Wajahnya kembali murung, Lexi yang menyadari itu tampak tak enak hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/167696702-288-k401293.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard CEO
Storie d'amore18+ Cerita ini ganti judul ya .. (Handsome CEO bastarad) Jangan di copas ya,karna cerita ini hasil mikir sendiri,bukan plagiat.. _______/////________ moza gadis sederhana dan polos yang memiliki berjuta impian .. . . tapi apa jadinya bila impian it...