Semoga gag bosen sama cerita gua ya semuanya.
Lets back to story......
Nah beberapa hari kemudian akhirnya tibalah hari senin dimana aku mulai sekolah. Walaupun sekolah di SMP, karena seragamnya pasti belum jadi, yahhh masihlah aku menggunakan seragam SDku.
Entah kenapa aku merasa seperti Bos saja. Kenapa? Karena tiap hari Yosep dan Bima selalu datang menghampiriku untuk pergi ke sekolah. Kadang aku dibonceng Bima, kadang aku yang memboncengnya dengan sepeda motornya. Begitupun dengan Yosep
Karena hari senin, wajib hukumnya untuk diadakan Upacara Bendera. Nah akupun tidak mau melanggar aturan dengan tidak masuk, telat atau tidak mengenakan seragam lengkap.
Namun berbeda sekali dengan sii Agus. Udah gag naik kelas. Kelakuannya sepertinya dari dulu begitu.
Beda sama Afif, dia lengkap. Yaahhh wlaupun pakek dasinya asal2an.
Ketika udah pada kumpul di lapangan, Agus berbisik pada semua siswa se barisan termasuk aku.
"ehhhh bawa topi lebih gag? Bawa topi smp gag bawa dasi gag?" katanya sambil terlihat ketakutan
Ketika dibariskan, datanglah guru yang terlihat killer menyelinap dari ujung kelas H berjalan menghampiri tiap2 kelas untuk mencari sesuatu.
Ternyata guru tersebut hanyalah mencari siapa2 saja yang tidak memakai seragam lengkap.
Ketika Agus mengetahuinya langsung saja dia pergi ke belakang barisan. Disana sudah ada tim PMR yang siap sedia terbagi 3 disela kelas A-H. Kelas 1 sendiri, kelas dua sendiri dan kelas tiga sendiri. Jadi jika ditotal terdapat 9 kumpulan. Banyak juga ternyata.
Sesampainya Agus di kumpulan PMR, bukannya diyanyain kenapa, sakit apa, perlu apa dan lain sebagainya malah mereka acuh dengannya. Sepertinya mereka sudah faham dengan siapa mereka berhadapan.
Dan kejadian ini tidak berhenti pada hari ini saja. Senin berikutnyapun juga sama. Pada saat ada apelpun dia lagi biang keroknya. Sekalinya bawa topi malah topinya penuh dengan coretan bergambar kelamin pria dan wanita juga lengkap dengan kata2nya yang tak senonoh.
Hari telah berganti minggu, dan minggu telah berganti bulan. Ternyata dari semua guru yang masuk dan memberi pelajaran ke kelasku sudah sangat hafal akan sikap Agus ini. Bahkan Kakak kelas ada yang bilang bahwa Afif tidak naik kelas karena pengaruh buruk dari Agus.
Suatu ketika, saat tiada guru karena sedang ada rapat. Seenak jidat Agus mengajakn gengnya untuk merokok di parkiran laki2. Dan hebatnya keempat temannya itu mau diajak untuk melakukan hal yang belum seharusnya mereka lakukan karena mengingat mereka masih kecil, masih di bawah umur, masih belum mempunyai penghasilan sendiri dan belum mampu untuk bertanggung jawab.
Selang sekitar satu jam Agus balik lagi ke kelas sendirian dan langsung duduk di bangku belakang.
Sii Aurel tiba2 menghampiri Agus dengan gayanya yang kecentilan. Akupun sudah melihat dari gelagatnya beberapa hari lalu. Dia terlihat seperti bersemangat saat tanpa sengaja mencuri pandang kearah Agus.
Akupun tak mempedulikannya lagi dan segera melanjutkan kegiatanku bersama dengan sahabat2ku yaitu Bima dan Yosep. Kami bermain sebuah permainan tak bernama dengan cara main siapkan selembar kertas dan sebuah pulpen. Setelah itu buat gambar seperti jalan yang berkelok2. Setelah selesai maka diberi tulisan Start dan Finish pada ujungnya. Lalu kami bersuit untuk menentukan siapa yang mendapat giliran pertama, kedua, dan ketiga dalam permainan ini. Lalu yang pertama main meluruskan pulpen dengan horizontal beralaskan yang lancip di bawah dan telunjuk pemain menyentuh dan menekan ujung atas pulpen tersebut. Kemudian pulpen ditekan kedepan kearah jalan dengan membuat garis lurus panjang dan dimulailah permainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BBB 2 Masa SMP (BoyxBoys) On Going
Fiksi RemajaLanjutan BBB #gay #abg (homophobic dilarang baca) #nolovestory #sex #patahhati #teman