PUNCH!
BTS fanfiction
Caracters belongs to God, BTS belongs to Bighit
.
.
.
Yoongi tidak bisa menerima kenyataan. Soal anak TK itu, oke. Ia agak kecewa karena ternyata Jimin sudah beranak—dan sudah pasti beristri. Lagipula sudah ia ikrarkan kalau ia tak menyukai sunbae galak itu, jadi, semestinya ia tak perlu memikirkan ini. Tapi, ada satu hal lagi yang membuatnya terkejut. Mulanya ia kira Jimin hanya beberapa tahun lebih tua darinya. Ayah muda lah, bisa dibilang. Banyak orang di Korea yang sudah memiliki anak di kepala dua. Tapi kepala Jimin bukan dua! Tiga! Namjoon memberitahu kalau usia Jimin sudah tigapuluh enam dan itu berarti si sunbae lebih tua enam belas tahun dari Yoongi. Oh, astaga! Dia om-om rupanya!
"Papa, gendong! Jungkook kangen!"
Anak itu tak juga diberi apa yang dia mau meski sudah melompat-lompat lincah sembari menarik-narik kaos ayahnya. Yoongi kasihan. Kasihan pada kaos yang mungkin sebentar lagi akan sobek itu, juga pada anak si sunbae. Melihat anaknya merengek, bukannya ditenangkan malah didiamkan! Suara cempreng nan berisik itu semakin menjadi. Lama-lama bisa jadi polusi suara. Yang rugi seisi sasana, bukan? Ingin sekali Yoongi ambil lakban lalu menutup mulut bocah itu supaya tidka berisik lagi.
"Papaaaa!"
"Jelaskan pada Papa kenapa Jungkook bisa sampai ke sini."
"Gendong dulu!"
"Tidak."
"Gendong dulu baru Jungkook cerita."
Jimin melengos.
"PAPA, PAPA, PAPAAA! JANGAN TINGGALKAN JUNGKOOOK!"
Anak TK bernama Jungkook itu mengejar ayahnya. Pemandangan ini lucu sekaligus membuat miris. Ayah macam apa itu? Setahu Yoongi, seorang ayah meski galak akan tetap mengalah demi anaknya. Ia ingat, waktu kecil kalau merengek minta sesuatu, ayahnya akan turuti. Tapi ada apa dengan Jimin? Alih-alih menggendong anak itu dengan sayang, ia malah melengos ke ruang ganti?
Suara Jungkook masih terdengar meski bocah itu sudah berhasil mengejar ayahnya. Yoongi merasa risih.
"Bedebah kecil, berisik sekali, sih! Itu papanya atau bukan? Kenapa dibiarkan seperti itu?"
"Itu papanya, asli, betulan," kata Namjoon.
"HUEEE PAPAAAAAA!!!" Jeritan Jungkook menggema.
Jimin keluar dari ruang ganti masih dengan kaos oblong dan celana pendek. Tidak bawa apa-apa. Berarti ia hanya menghindar dari Jungkook, bukan mau berganti baju atau mengambil sesuatu. Yoongi makin risih ketika si sunbae itu cuma bolak-balik mengitari sasana untuk menghindari kejaran anaknya. Setelah beberapa putaran, Jimin barulah membalik badan dan membuat Jungkook seketika berhenti berlari. Lelaki itu melipat tangan di depan dada, menatap anaknya dengan dingin. Jelas saja tangis Jungkook makin keras.
"HUEEEEEEEE! MAU GENDOONG!"
"Anakmu menangis, oi, bangsat!" Yoongi bicara dalam geraman, sebab merasa tak tahan dengan drama konyol itu. Ia hendak bangkit untuk menghajar Jimin tapi tubuhnya ditahan Namjoon.
"Sabar," katanya.
"Sebentar, sepertinya aku punya permen loli di tas."
Seokjin berlari kecil ke ruang ganti. Katanya dia punya permen loli. Yoongi belum paham apa maksud kawannya itu. Permennya mau diberikan pada Jungkook?
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNCH! [pjm x myg]
FanfictionYoongi sayang, Yoongi malang. Sejak ikut Seokjin ke sasana tinju dan bertemu Jimin si sunbae kembang es di sana, hidupnya menjadi penuh drama. [pjm x myg]