Yoongi beberapa kali hampir tersandung gara-gara tak sanggup mengikuti langkah cepat Jimin. Pergelangan tangannya masih tetap dicengkram selama mereka berjalan. Barulah saat mereka sampai di tempat mobil Jimin diparkirkan, tangan Yoongi dilepas. Tapi Yoongi tak lantas dibiarkan bebas. Punggungnya didorong hingga ia hampir tersungkur. Jimin membanting pintu tepat setelah kaki Yoongi masuk ke dalam mobil. Yoongi yang masih kaget hanya bisa mengelus dada. Bantingan barusan cukup keras dan kelihatan sekali kalau Jimin sedang marah. Lelaki itu duduk di kursi kemudi dan mulai menghidupkan mesin mobilnya, masih dengan tampang tak ramah. Yoongi meliriknya takut-takut. Ia mengumpulkan segenap keberanian untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"S-sun-sunbae—"
"Diam."
"Sunbae, kumohon, maafkan aku! Aku memang salah, aku tidak memerhatikan Jungkook dengan baik, tapi aku tak tahu juga kalau Hoseok akan berbuat sampai seperti—"
"Kubilang diam!" bentak Jimin, "Kau tidak bisa menutup mulutmu, apa? Aku tidak butuh penjelasan darimu. Aku tidak mau mendengarnya. Aku tidak peduli ada masalah apa antara kau dan temanmu itu. Aku tidak peduli. Kau hanya perlu diam dan duduk di situ."
"T-tapi Sunbae, kau mau membawaku ke mana?" cicit Yoongi.
Jimin menggerung.
.
PUNCH!
.
Sepanjang perjalanan ia hanya didiamkan saja. Jimin tidak bicara sama sekali. Yoongi tak ada keberanian lagi untuk bertanya. Ia hanya bisa memerhatikan lelaki itu diam-diam. Matanya tajam. Hidung dan dagunya lancip. Tangannya berurat dan terlihat kasar. Di jari manis kirinya tak ada cincin. Kemudian Yoongi baru ingat kalau lelaki itu sudah lama bercerai. Lantas apa kabar mantan istrinya? Sampai saat ini ia belum banyak tahu tentang Park Jimin ini. Ia dan Jimin tak pernah benar-benar duduk bersama untuk mengobrol. Yang menghubungkan keduanya bahkan hanyalah masalah yang seringkali (atau hampir selalu) berasal dari Yoongi.
"Turun."
Yoongi tidak tahu kenapa dia dibawa ke sebuah kuil di tengah kota. Begitu sampai, Jimin langsung membukakan pintu mobil untuknya dan kembali menyeretnya dengan kasar. Keheningan kuil itu seharusnya membawa kedamaian dan ketenangan, tapi yang Yoongi rasakan malah ketegangan yang tak keru-keruan. Jimin pastilah akan melakukan sesuatu, tapi tak tahu apa. Tak ada apapun di kepala Yoongi saat itu. Ia bingung dan takut. Inginnya kabur tapi tak bisa.
"S-sunbae..."
Jimin merespon Yoongi hanya dengan helaan napas yang hambur. Ia berhenti berjalan dan membuat Yoongi mematung di belakangnya. Setelah itu ia membalik badan dan memberikan tatapan yang tak Yoongi mengerti apa artinya. Di sebelah mereka ada kolam dengan pancuran air. Pantulan airnya nampak di mata Jimin. Tatapannya, dan refleksi permukaan air itu seperti laut yang dalam dan kelam.
"Sunbae, kenapa kau membawaku kemari?"
"Bersimpuh di situ."
"A-apa?"
"Bersimpuh!"
Yoongi dibentak lagi. Ia tergugu. Masih dengan kebingungan, ia melakukan apa yang Jimin minta. Ia bersimpuh di hadapan lelaki itu. Ketika mendongak ke atas dan mendapat tatapan dingin, Yoongi merasa kalau dirinya adalah seorang hamba yang rendah. Apakah Jimin akan memintanya meminta maaf dengan cara bersujud? Yoongi memikirkan ini. Jujur saja, jika memang yang Jimin inginkan adalah itu, ia merasa harga dirinya terinjak. Ia tahu kalau ia salah. Jungkook adalah tanggungjawabnya. Ia telah berusaha untuk menjaga anak itu, tapi ia tak berdaya ketika Hoseok berbuat sesuatu yang tak terduga. Jadi apa memang harus Yoongi bersujud minta pengampunan dari sunbae-nya itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNCH! [pjm x myg]
FanfictionYoongi sayang, Yoongi malang. Sejak ikut Seokjin ke sasana tinju dan bertemu Jimin si sunbae kembang es di sana, hidupnya menjadi penuh drama. [pjm x myg]