"Y-yoongi! Bagaimana ini?!"
"Hah? Heh?!" Yoongi linglung.
"Jangan hah-heh, hah-heh! Bantu aku!"
"Huweeeee! Papa, bangun, Pa!"
Seokjin bangkit sembari mencoba untuk mengangkat tubuh Jimin yang ternyata cukuplah berat. Bagaimana caranya supaya Jimin bisa dia gendong di punggung? Seokjin berpikir. Ia hampir saja membolak-balik Jimin seperti ikan panggang namun Yoongi segera menghentikannya.
"Tunggu dulu, dia sepertinya masih sadar!"
"Hah?"
"S-sunbae! Sunbae! Kau masih sadar?" kata Yoongi.
Seokjin segera menunduk lihat lelaki yang tergeletak di pangkuannya itu. Mata Jimin mengedip lambat dan tidak fokus. Mulutnya menggumamkan sesuatu yang tidak Seokjin mengerti.
"...kook..." Sampai beberapa gumaman, barulah terdengar apa yang mau dia katakan.
"Papaa! Papaaa!"
Jungkook bersimpuh di samping ayahnya. Tangan kecil itu mengusak-usak rambut sang ayah dengan kasar. Ia tahu ayahnya sedang mencoba untuk sadar dan yang ia lakukan adalah untuk membantunya mendapatkan kesadaran itu. Jimin melenguh, matanya terpejam rapat. Perlahan tangannya bergerak menyentuh lantai dan ia mulai mengerahkan sisa tenaga yang ia miliki untuk bangun sendiri. Seokjin segera saja membantu, sampai Jimin bisa berdiri.
"Papa kenapa, Pa? Papa sakit? Kalau Papa sakit, ayo cepat ke kamar! Tidur sekarang juga!"
Jimin bernapas berat, dan ia sedikit meringis setelah itu. Dengan punggung tangan ia seka keringat di dahinya. Rangkulan Seokjin dilepaskannya pelan-pelan.
"Sunbae tidak apa-apa?"
"Ya."
"Ayo, Papa istirahat, Pa!"
Lalu dengan tangan yang digandeng Jungkook, ia berjalan menuju kamar. Di ambang pintu dia berhenti, dengan tangan yang memegangi kusen kayu. Sebelah tangan yang semula digandeng itu ia gunakan untuk merogoh saku; mengambil ponsel.
"Tsk."
Jimin mendecak gara-gara ponselnya jatuh. Tangannya yang gemetaran tak mampu mencengkram benda dengan benar. Jungkook segera memungut ponsel itu. Tapi bukannya dikembalikan pada sang ayah, ponselnya malah dipeluk erat-erat.
"Jangan main henpon! Tidur saja, cepat!" bentak Jungkook.
"Sunbae, apa kau hendak menghubungi seseorang?"
Seokjin sadar situasi. Ponsel itu kemudian diambil dari Jungkook. Layarnya dinyalakan dan Seokjin bisa mengaksesnya tanpa perlu password code. Ia agak terkejut juga karena kiranya Jimin suka membuat kode yang rumit supaya privasi dalam ponselnya tidak bisa diakses sembarang orang.
"Siapa yang mau kau hubungi? Aku bisa meneleponnya untukmu."
"Dokterku, Sungwoon."
"Baiklah." Seokjin mengangguk-angguk tanda mengerti. Ia segera mencari nama Dokter Sungwoon di kontak. Setelah dapat, ia serahkan ponsel itu pada Yoongi.
"Telepon Dokter Sungwoon. Jadilah berguna, jangan cuma berdiri diam tanpa bicara seperti pajangan," kata Seokjin.
Yoongi menelan ludah. Tegasnya ucapan Seokjin terasa sedikit menusuk. Memang sedari tadi ia tidak berbuat apapun termasuk membantu Jimin untuk bangun. Ia berempati tapi tidak tahu bagaimana cara menunjukkannya. Ia terlalu kikuk dan tidak sigap. Setelah Seokjin meninggalkannya untuk memapah Jimin ke kamar, Yoongi menekan tombol call meski sedikit ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNCH! [pjm x myg]
FanfictionYoongi sayang, Yoongi malang. Sejak ikut Seokjin ke sasana tinju dan bertemu Jimin si sunbae kembang es di sana, hidupnya menjadi penuh drama. [pjm x myg]