Tok, tok, tok!
Yoongi terlonjak kaget. Ia bangun dari tidurnya dengan sentakan. Dadanya berdetak cepat ketika ia mendengar bunyi ketukan. Halus tapi misterius. Ia memandang pintu dengan horor. Malam telah larut dan para tetangga apartemennya pastilah sudah tidur semua. Siapa gerangan orang yang mengetuk pintu di jam sebelas malam?
Ketukan itu tidak berhenti meski Yoongi kembali berebah dan mencoba mengabaikan. Ia takut, sebetulnya. Belum pernah ada yang mengetuk pintunya pada jam itu. Ia takut ada orang jahat atau orang iseng yang sengaja mengganggu dan dia pikir orang itu akan menyerangnya kalau pintu ia buka. Di kasur, Yoongi meringkuk tegang. Ia menyembunyikan muka di balik boneka beruang hitamnya.
Ketukan-ketukan itu melemah, lalu hilang tiba-tiba. saat semua kembali hening, Yoongi melirik ke belakang dengan takut-takut.
Ddrrtt!
Yoongi hampir menjerit ketika ponselnya bergetar. Ia segera bangun dan duduk di atas kasur lalu merogoh bawah bantal untuk mengambil benda pipih itu. Ponselnya masih bergetar dan layarnya menyala. Ikon gagang telepon berkedip-kedip. Yoongi memicing untuk baca nomor yang tertera di layar.
Sialan, Seokjin, umpat Yoongi dalam hati. Tapi ia bersyukur sahabatnya yang menelepon karena ia bisa minta bantuan kalau-kalau ada penjahat di luar. Ia mengangkat telepon dan memandang pintu masih dengan kecemasan. Kukunya di bibir, sedikit-sedikit digigiti.
"Halo? Seokjin? Ada apa meneleponku malam-malam?" katanya, dengan bisikan kasar, "Ah, tadi ada yang mengetuk pintuku berkali-kali. Aku takut!"
"Itu aku, bodoh. Cepat buka pintunya sekarang juga!"
.
PUNCH!
.
"Mau apa kau ke sini malam-malam?"
Yoongi bertanya dengan kesal. Rautnya tidak ramah. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Ia duduk mengangkang di tepi kasur sementara tamu tak diundangnya duduk di kursi depan meja komputer. Seokjin, yang meski ditatap dengan mata penuh kebencian itu tak lantas menjadi takut atau lemah. Baginya Yoongi hanya seperti seekor kucing yang sedang ngambek karena habis dibangunkan dari tidur panjangnya. Paling-paling hanya gigit sedikit, tapi gigitan dari taring kecil itu tetap saja tidak berarti. Ia hanya mendengus, sedikit memutar kursi dengan dorongan dari jari-jari kakinya. Yoongi yang melihat ini agak heran karena Seokjin tidak terlihat spontan dan sembrono seperti biasa.
"Aku mau menginap, mungkin sampai seminggu ke depan," kata Seokjin pelan-pelan.
"Kenapa?"
"Shower, toilet dan keran wastafel di apartemenku sedang diperbaiki."
Dia agak menyesal mengatakan itu. Yoongi berpikir mungkin Seokjin sebetulnya tak mau harus sampai meninggalkan teritorinya dan menumpang hidup di apartemen orang lain selama lebih dari semalam. Ia cukup tahu kalau kamar Seokjin amatlah lebih dari layak untuk ditinggali manusia. Seprainya rapi, wangi, dan bantal-bantalnya sangatlah empuk. Ia juga tak pernah menaruh baju kotor atau sampah sembarangan sehingga hampir tak pernah tercium bau busuk di tempat itu. Seokjin pasti lebih nyaman berada di tempatnya sendiri dibanding di tempat lain.
"Alirannya bermasalah, entah mengapa," tambah Seokjin.
"Bukan, kenapa baru datang jam segini? Kau bisa datang ke apartemenku lebih awal, bukan? Ini hampir tengah malam, wahai tamu tak beradab."
"Aku habis nonton dengan Namjoon. Pulang-pulang diberitahu oleh pengelola kalau aliran air di kamarku bermasalah."
"Sedih, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNCH! [pjm x myg]
FanfictionYoongi sayang, Yoongi malang. Sejak ikut Seokjin ke sasana tinju dan bertemu Jimin si sunbae kembang es di sana, hidupnya menjadi penuh drama. [pjm x myg]