Yoongi tentu ingat pada apa yang dikatakan si sunbae kembang es di swalayan kemarin malam. Jujur saja dia tak pernah ingin mengambil pekerjaan sampingan sama sekali. Alasannya, satu karena tidak ada kebutuhan mendesak yang mengharuskannya melakukan itu, dua karena dia malas. Sungguh lain dengan Seokjin yang memang suka bergerak dan selalu bersemangat pada hal-hal yang bisa jadi lahan menambang uang. Yoongi enggan betul kalau harus bekerja, apalagi kalau yang mempekerjakannya adalah Jimin. Sudah terbayang bagaimana nasib dirinya yang ditempatkan dalam sepetak neraka bersama raja iblis dan setan kecilnya itu. Ugh, dia pasti tersiksa.
Yoongi menghela napas, mendesah pasrah di depan cermin. Park Jimin sudah membuatnya stres semalam suntuk. Ia jadi tidak bisa tidur. Dalam pikirannya ada banyak hal, tapi akarnya cuma satu. Ya si sunbae itu. Maunya mengabaikan tapi tidak bisa. Badan dan otaknya tidak sinkron. Sebetulnya ia sudah memantapkan niat untuk tetap tidur dan mendekam di kamarnya sampai tiba waktu kuliah pukul 10 nanti, tapi yang ia lakukan kemudian malah mandi dan bersiap diri.
Sekarang yang ia lakukan hanya melamun, setelah menyadari bahwa kemeja yang hendak dipakainya adalah milih Taehyung.
"Ya ampun, Taehyung..."
Kemeja itu membuat banyak memori tentang si mantan pacar bermunculan dan terulang-ulang seperti kaset rusak. Yoongi memang rindu Taehyung. Itu tak bisa dibantah. Dia merasa kosong semenjak Taehyung memutuskan hubungan dan tak ada lagi pesan teks atau telepon dari lelaki berkulit cokelat itu. Bahkan di kampus pun, meski bertetangga, Taehyung tak pernah lagi terlihat. Entah karena sengaja menghindar atau apa, Yoongi tak tahu. Yang jelas, ia masih berharap kalau hubungannya dengan Taehyung tak berakhir seperti ini.
"Cepat pakai bajumu, kalau tidak kau akan masuk angin."
"ASTAGA SEOKJIN!"
Yoongi kesusahan bernapas karena terkejut, sedangkan kawannya hanya berdiri santai sembari menyedot susu kotak di ambang pintu.
"Hilangkan kebiasaanmu itu! Kalau mau masuk ke rumah orang setidaknya ketuk pintu dulu, kenapa?!"
"Halah." Seokjin melengos tak peduli. Ia kemudian menaruh susu kotaknya di meja, melempar tasnya sembarang, lalu menghempaskan diri di kasur Yoongi. Spreinya yang lembut membuat Seokjin betah menggesek-gesekkan kaki. Dia sudah hampir menyamankan diri di situ, tapi dia sadar kalau Yoongi masih belum mengenakan baju. Lantas ia pun berteriak, "Pakai dulu bajumu!"
"Iya, iya!"
Bukannya langsung mengenakan baju, Yoongi malah melamun lagi di depan cermin. Ini membuat Seokjin heran, sebab tak biasanya dia begini. Mungkin saja ada sesuatu yang salah dari si mungil itu. Dan sebagai kawan yang sudah hidup bersama selama kurang lebih 14 tahun, Seokjin merasa sudah kewajibannya untuk membuat Yoongi kembali ceria. Ada satu cara yang terlampau ampuh untuk itu. Apa lagi kalau bukan dengan godaan?
"Kau memikirkan Taehyung, ya?"
"Tidak."
"Berati motivasimu untuk bangun dan bersiap sepagi ini bukan lagi dia ya?" tanya Seokjin. Ia mendapatkan atensi Yoongi. Lalu ia pun mengangguk mantap, "Oh ya, sudah tergantikan oleh Jimin-sunbae pastinya. Aku tahu kau sudah tak sabar untuk menemui papa tampan itu."
"AKU TIDAK—"
"Hmmm ... sudah terbaca dari wajahmu."
"Tidaaak!"
"Yoongi kenapa aku dilempar baju!" Seokjin menyingkap kemeja yang jatuh tepat di wajahnya.
"Aku marah, nih!"
"Bukannya dipakai, malah dilempar. Ini! Pakai dulu bajumu, ish! Aku sebal melihatmu telanjang dada begitu!"
"Apa? Kau sebal karena tak punya kulit seputih aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNCH! [pjm x myg]
FanfictionYoongi sayang, Yoongi malang. Sejak ikut Seokjin ke sasana tinju dan bertemu Jimin si sunbae kembang es di sana, hidupnya menjadi penuh drama. [pjm x myg]