05: deterjen

4.9K 913 165
                                    


Sejak insiden itu, Yoongi jadi enggan datang ke sasana. Meski dipaksa oleh Seokjin sekalipun, ia tetap tak mau. Dia malu pada si sunbae kembang es. Pukulannya yang telak mengenai hidung si sunbae itu memang tak didasari niat untuk membalas dendam (ada sih, sedikit), jadi seharusnya Yoongi bisa melupakannya dan menganggap semua baik, seperti tak ada yang pernah terjadi. Hanya saja, ia melulu dihantui rasa bersalah.

Beberapa hari kemudian, ketika Yoongi tengah berleha di atas kasur, ponselnya berdering dan ia, dengan sangat berat hati, harus mengangkat telepon.

"Apa?"

"Harusnya kau datang dan minta maaf! Pecundang kau, habis meninju orang lalu bersembunyi di kamar!"

Telinga Yoongi berdenging. Ponselnya dijauhkan sejenak dari telinga. Setelah dengingnya hilang, Yoongi menarik napas lantas bersiap mengeluarkan kata-kata sucinya untuk membalas teriakan yang disampaikan dari lini seberang.

"Berisik, taik kucing! Pokoknya aku tidak mau lagi datang ke tempat itu!"

"Harus! Harus! Harus! Kau harus datang!"

"Kenapa harus?"

"Jimin-sunbae mengancam akan menuntutmu kalau kau tidak juga muncul di hadapannya!"

"HEEEI!"

"Tidak usah teriak-teriak! Berisik tahu! Suaramu itu kedengaran sampai ke luar!"

Yoongi merasa ada yang aneh. Jika Seokjin hanya tersambung dengannya lewat telepon, si merah muda itu tidak mungkin berkata kalau suaranya terdengar sampai ke luar apartemen. Dan lagi, suara Seokjin terasa dekat sekali. Yoongi diam, berpikir, lalu dengan insting, ia turun dari kasur, membiarkan teleponnya di telinga tanpa peduli apa yang lawan bicaranya katakan. Sebelah tangannya ia gunakan untuk membuka jendela. Ketika melihat ke bawah ia mendapati seorang lelaki berjaket pink yang berdiri sambil mengoceh.

"Akhirnya kau keluar juga dari sarangmu!"

"UNTUK APA KAU MENELEPONKU KALAU KAU ADA DI SITU?!"



.

.

.

PUNCH!

BTS fanfiction

Caracters belongs to God, BTS belongs to Bighit

.

.

.



Seokjin akhirnya masuk ke apartemen Yoongi. Seperti biasa, lelaki itu menyalakan komputer dan bermain gim. Dia asyik saja tanpa mau peduli pada Yoongi yang merasa terganggu dengan kedatangannya. Tak ada angin, tak ada hujan, tahu-tahu Seokjin bertamu.

"Kau mau ke sasana?" tanya Yoongi dengan ketus. Dia tiduran lagi di kasur.

"Tidak, hari ini Namjoon tidak datang, jadi aku tak ada kewajiban untuk ke sana."

"Kau latihan hanya karena Namjoon?"

"Hehe." Seokjin cengingisan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.

"Dasar budak cinta."

"Jangan begitu, kau seperti tak pernah kasmaran saja. Aku masih lebih baik darimu yang dulu melulu menyelipkan nama Taehyung di setiap obrolan kita. Kau tukang umbar, kelihatan sekali cintanya. Beda denganku yang profesional, urusan asmara aku simpan sendiri, tidak diobral-obrol."

PUNCH! [pjm x myg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang