"Hei, kau belum sarapan?"
Dia membalik badan dengan takut. Dilihatnya Jimin menanggalkan kacamata lalu mendengus.
.
PUNCH!
.
"Pesanlah. Aku yang bayar."
"Eh..."
Yoongi dibawa ke kafetaria kantor yang berada di lantai satu. Jam sarapan telah lewat dan jam makan siang belumlah mulai. Kafetaria itu sepi, hanya ada beberapa orang dan itu bisa dihitung jari. Yoongi bengong di depan meja kasir. Menu yang tertulis di papan dan juga di buku membuatnya bingung karena hampir semua menggunakan bahasa Inggris dan keterangannya pun sama juga. Ia tidak bisa berpikir untuk memilih salah satunya—atau salah duanya, atau juga beberapa di antaranya.
"Cepatlah, astaga," kata Jimin tak sabaran.
"Aku... aku tak tahu mau pesan apa..."
"Tsk." Jimin mendecak, lantas ia pun merebut buku menu dan segera memesan apa yang menurutnya cukup untuk sarapan Yoongi; yang sederhana saja. Karena menurutnya Yoongi tidak cocok dengan makanan yang terlalu rumit. "Pesan mapple berry waffles dan English breakfast tea with milk."
Pelayan di kasir mengangguk dan segera mencatat pesanan. Jimin mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya. Mesin struk berbunyi, mengeluarkan selembar kertas. Lelaki itu menyambar tangan Yoongi dan membuatnya menadah, lalu kertas itu dipindahtangankan sekalian juga dengan nomor mejanya.
"Kau pilih tempat yang kausuka, di mana saja, terserah. Lalu tunggu makanannya diantarkan. Aku akan pergi sekarang karena rapat akan segera dimulai."
"S-sunbae."
Yoongi hendak menggapai Jimin, tapi langkahnya oleng entah mengapa. Ia hampir saja jatuh ke lantai kalau Jimin tak sempat mengangkapnya dalam pelukan.
"Kenapa kau selalu jatuh, sih? Sekrup di badanmu lepas satu, apa?"
Yoongi masih kaget karena tak jadi jatuh. Ia tidak bisa bergerak dan wajahnya ada di dada lelaki itu. Sumpah, badannya wangi. Yoongi bahkan masih bisa menghirup aromanya setelah pelukan itu dilepaskan.
"Aku pergi."
Jimin berlalu begitu saja. Yoongi ditinggalkan dengan kebingungan yang masih ada. Jimin terlalu terburu-buru, Yoongi bahkan belum sempat berterimakasih. Ia memegang ketras struk dan nomor mejanya sambil berpikir, padahal, kalau saja si sunbae itu tidak sedang sibuk, ia mungkin akan meminta ditemani sarapan di kantin itu.
Tunggu. Ditemani sarapan? Bagaimana bisa aku mengharapkan itu!
Yoongi memukul kepalanya sendiri karena sudah berpikir yang tidak-tidak. Mana tahan dia duduk berdua dengan si sunbae kembang es itu? Apalagi sambil makan. Yang benar saja.
Pada akhirnya Yoongi mesti memilih di mana ia akan duduk. Banyak sekali meja kosong dan ia pikir duduk di dekat kaca jendela tak cukup bagus karena cahaya matahari benar-benar menyorot terang. Siang nanti pasti sangat panas, pikir Yoongi. Ia memilih meja yang cukup dekat dengan kasir supaya tidak susah bagi pelayan untuk mencarinya.
"Aku ingin pulang," katanya pada diri sendiri.
Ia tak nyaman berada di tempat baru di mana tidak ada siapapun yang ia kenali. Mendadak ia jadi rindu Seokjin. Temannya itu akan dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan mungkin saja walau tak tahu cara memesan makanan di sana, Seokjin akan bertanya tanpa malu-malu.
Tak lama seorang pelayan datang membawa nampan, lalu menaruh sepiring waffle dan sebuah cangkir kecil juga poci mini di mejanya.
"Maaf menunggu lama," kata pelayan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNCH! [pjm x myg]
FanfictionYoongi sayang, Yoongi malang. Sejak ikut Seokjin ke sasana tinju dan bertemu Jimin si sunbae kembang es di sana, hidupnya menjadi penuh drama. [pjm x myg]