17: soal kangen dan rasa lama

4.4K 678 288
                                    


"Memangnya kamu tidak tahu kalau air seember bisa tumpah di—"

"Sebentar, Kook. Membicarakan ompol membuatku ingin pipis."

Yoongi melesat, karena tiba-tiba saja merasa harus memenuhi panggilan alam. Ia berjalan cepat ke toilet dan begitu saja mendorong pintu tanpa tahu di dalamnya ada Jimin yang baru saja selesai buang air kecil. Keduanya sama-sama berjengit terkejut dan Yoongi tidak sengaja menjatuhkan pandangannya pada barang yang sedang dipegang oleh si sunbae kembang es itu.

"MIN YOONGII!!!"

"HUWAAAAAAAA!!!"

Baru kali ini, Yoongi disebut namanya, berikut marga secara lengkap oleh Jimin dengan nada tinggi dan volume stereo. Ayah beranak satu itu benar-benar membuatnya takut. Ia langsung melesat kabur mencari Seokjin untuk berlindung. Seokjin kebingungan, begitu pula dengan Jungkook. Setelah menyelesaikan urusannya dan menekan tombol flush, Jimin menyusul keluar dari toilet dan muncul di hadapan mereka dengan aura gelap dan wajah yang merah karena marah. Melihat tangan Jimin yang terkepal kuat dan urat-urat tebalnya yang tercetak jelas di kulit, Yoongi seketika merasa tulangnya lolos dari badan.

"S-s-sunbae, ampuuuuun!"

"Tidak usah bersembunyi di belakang temanmu, kemari kau!"

"A-ada apa, ini? Ada apa?" tanya Seokjin tegang. Di belakangnya ada Yoongi yang mengkeret takut, mencengkram kain bajunya kuat-kuat.

Jungkook si bocah kecil menghampiri ayahnya dan ikut-ikutan bersungut, lantas ia bertanya, "Ada apa, Pa? Apa Yoongi yang buat Papa marah?"

"Iya."

Yoongi terlonjak ketika Jimin mengiyakan tanpa ragu. Sepasang ayah-anak itu memandangnya penuh dendam.

"M-m-maaf! M-maaaaaf! Aku tidak sengaja, sumpah! Aku juga tidak tahu kalau Sunbae sedang di toilet dan aku tidak sengaja melihat, uh, melihat—"

"Diam, diam! Tutup mulutmu, setan kecil sialaan!"

Jimin murka.

.

PUNCH!

.

Insiden toilet tidak tuntas terselesaikan karena Jimin meminta Yoongi dan Seokjin untuk pulang saat itu juga. Mereka diusir. Sebelum benar-benar keluar dari rumah itu Yoongi sempat mendapat pukulan dan tendangan Jungkook. Itu lumayan sakit dan membuatnya berjalan tertatih-tatih. Yoongi terus merutuki kesialannya, bahkan sampai tiba di apartemennya sendiri, sampai malam, sampai besok paginya. Ia stres dan malu dan kesal. Ia bertanya-tanya mengapa ia begitu bodoh? Mengapa ia begitu serampangan? Ia mau menyalahkan Jimin yang tidak mengunci pintu toilet tapi juga sadar, mana ada orang yang mengunci pintu toilet di rumahnya sendiri?

Sesuatu terbayang-bayang. Yoongi berusaha tidak lagi mengingat-ngingatnya tapi itu sulit.

Jumat pagi, kira-kira jam tujuh lebih lima belas, Seokjin bangun dan melihat temannya sedang duduk memeluk lutut di pojok kasur. Yoongi yang masih terjaga itu hanya memandangnya dengan tatapan setengah kosong. Antara mengantuk dan tidak.

"Kau sudah baikan?" tanya Seokjin. Poninya yang semalam dijepit kini sudah tak beraturan sama sekali.

"Apanya?"

"Apa sejak semalam kau duduk dengan posisi seperti itu? Pantatmu tidak keram?"

"Hah?" Yoongi menyelipkan tangan ke bawah pantatnya sendiri. "Tidak."

"Hari ini kau ada kuliah?"

"Ada."

"Ya sudah kuliah sana."

PUNCH! [pjm x myg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang