8. Perjanjian

7.4K 284 5
                                    

"Kalian tidak boleh protes!" Tegas Alex.

"Ck.." decak Rey pelan "boleh kami keluar sebentar Pa?" tambah nya.

"Tentu saja," kini Naomy yang menjawab pertanyaan Rey sambil tersenyum.

     Rey pun membalas senyuman nya sebagai bentuk rasa terima kasih. Kemudian ia berdiri dan langsung menggenggam tangan Jeje lembut.

Jeje menatap heran Rey.

"Sialin!" gumam Jeje pelan. Dan ia pun terpaksa mengikuti permainan pria ini.

Rey menuntun Jeje menjauh dari orang tuanya mereka dan keluar dari rumah.

"Lepasin," dengus Jeje sambil melepaskan paksa genggaman tangan Rey.

"Ikut gue," kata Rey masih dengan tampang dinginnya.

"Males." jawab Jeje tak kalah dinginnya.

Tanpa aba-aba Rey menarik tangan Jeje kembali tanpa izin.

"Eh lepasin!"

"Lo bisa diem nggak sih?" cerca Rey. "Risih gua!"

"Sa–sakit.." lirih Jeje.

Tanpa Rey sadari, ia telah menarik tangan Jeje kasar. Sehingga gadis ini meringis kesakitan.

"Maaf..." ujar nya lembut.

       Jeje terdiam,

"Je, maaf. Gue beneran gak sengaja,"

Ini beda. Rasanya bukan Rey yang ia kenal. Kini suara nya sangat lembut.

Jeje masih terdiam.

"Je.." panggil nya. "Gue beneran minta maaf,"

"Oke." jawab Jeje malas dan tak melirik ke arah Rey.

Rey menaikkan salah satu halis nya kemudian tersenyum penuh arti.

"Thanks.." ujar nya.

"Udah gausah sok manis gitu!" cibir Jeje. "Najis gue liat nya,"

"Yee ah, bukannya bersyukur kek bisa deket-deket sama gue." kata Rey pede.

"Idihhh."

"Ohiya, gue mau bilang sama lo."

"Apa?"

"Duduk dulu makanya." ucap Rey mencairkan suasana.

      Tanpa basa-basi, Jeje pun memilih duduk diikuti oleh Rey.

"Kok gue ngerasa dag-dig-dug gak karuan gini sih?" gumam Jeje pelan.

"Ngapain lo ngajak gue kesini?" kata Jeje. Ia memberanikan membuka suaranya duluan.

"Gak ada."

"Rey ishhh!" gerutu Jeje.

Rey terkekeh pelan,

       "Becanda." jawab Rey tak berdosa.

"Gak lucu!"

"Gua gak ngelucu oneng,"

"Yaudah. Terus apa niat lo ngajak gue kesini?" kini Jeje bertanya kembali.

"Je.."

"Hem?"

     Karna malas, Jeje hanya berdeham menanggapi pria aneh yang sedang duduk di samping nya itu.

"Lo beneran gak nolak perjodohan ini?" tanya Rey hati-hati.

"Awalnya sih iya," ucap Jeje santai seolah tidak ada yang membebani dirinya.

"Terus?"

        Jeje membalikkan badannya setengah menghadap Rey. Kemudian ia menatap Rey miris.

"Gue nerima perjodohan ini semata-mata karna wasiat dari bokap gue. Gue ngerasa bersalah banget kalo sampe gue nolak perjodohan ini." jelas Jeje.

"Dan lo!" tunjuk Jeje ke arah Rey seraya melanjutkan omongan nya. "Jangan harap gue suka sama lo! Inget, lo sama gue bersatu cuma faktor perjodohan belaka. Kalo bukan karna bokap, gue sudi lo jadi suami gue!"

Degh!

Rey mencoba mencerna perkataan demi perkataan yang Jeje lontarkan kepada dirinya.

     Rey hanya tersenyum.

"Gue juga belum kenal lo sepenuh nya, Je. Bahkan belum genap satu hari kan?"

     Jeje diam tak bergeming.

"Lo type orang yang susah di tebak, Je. Yang gue tau, lo itu kalo ngomong simple banget. Tapi kali ini, lo bicara tanpa jeda. Bahkan titik koma pun lo lupain,"

Jujur. Meskipun Rey baru saja mengenal gadis ini tadi pagi, ia menjadi penasaran. Siapakah sosok Jeje yang sebenarnya?

"Je, gue jadi pengen mecahin misteri ini." seru Rey seraya mengacak rambut Jeje gemas.

"Ma–maksud lo?" Jeje masih tak mengerti apa yang di katakan Rey barusan.

"Iya, mengungkap diri lo yang sebenar nya."

Blushhh

Kini pipi Jeje memerah. Apa yang terjadi? Jangan-jangan? Ah tidak mungkin.

"Lo fikir gue teroris apa? Hah??"

"Gue gak bilang gitu ya."

"Sialan lo!"

Sementara itu, Rey tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Jeje.

"Gue mau bikin perjanjian sama lo," ucap Rey dengan nada serius.

"Apalagi sih!?" dengus Jeje.

     "Kalo kita udah punya ikatan resmi, lo harus nurut sama apa yang gua omongin. Gak ada istilah ngelawan suami. Dan kalo lo keluar lo harus punya izin gue dulu!"

"Hehh?"

"Lo juga harus bisa jaga jarak sama laki-laki!"

"Apa-apaan sih lo!!"

"Selangkah aja lo deket sama kaum Adam Selain gue, gue musnahin dia di dunia ini." kini ucapannya tak main-main.

"Kalo lo sampe ngelanggar perjanjian ini, ntah itu karna hal sepele atau apa lah itu. Lo harus nanggung konsekuensi nya." lanjut Rey.

Jeje menelan ludah nya, dan tak berani menatap bola mata Rey secara intens.

"Gimana?" tanya Rey.

"Perjanjian macam apa itu?" kata Jeje sambil membalikkan pertanyaan Rey. "Ogah!"

"Pokoknya harus! Mau gak mau lo kudu nurut!"

"Gausah becanda Rey, gak lucu!"

"Emang tampang gua keliatan lagi becanda, gitu hmm?"

"Shit!" umpat Jeje kesal.

"TERSERAH LO!"

     Jeje hanya pasrah. Toh tidak ada gunanya jikalau ia terus berdebat dengan Rey. Percuma saja, ia tetap akan kalah.

Rey memperlihat kan senyuman licik nya,

"Deal?"

My Enemy Is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang