20. Hati Dan Logika

4.4K 226 23
                                    

Click bintang dulu yukkkk.
Biar aku tambah semangat nulisnya:)

Sengaja up cepet, biar kalian ga kesepian wkwk.

Happy Reading!

***

Jeje berjalan dengan langkah gontai. Hari ini sangat menyebalkan baginya. Terasa sangat buruk. Bahkan lebih buruk dari apa yang ia kira.

Kalem, Je. Ini cuma bad day not a bad life!

Jeje melihat Naomy sedang sibuk dengan layar ponsel miliknya. Gadis itu menarik nafasnya berat. Melihat tingkah Maminya seperti kalangan remaja yang terus sibuk dengan dunia maya.

"Mami!" panggil Jeje. Jeje sangat gemas. Jika Naomy bukan ibunya, sudah ia beri bogeman.

"Hmm," jawab Naomy tanpa mengalihkan pandangannya.

Jeje meremas-remas tangannya dan menghentakkan kakinya beberapa kali. Jeje seolah memberi kode. Namun tetap tidak dihiraukan Naomy. Akhirnya Jeje pun memilih untuk duduk disamping Naomy.

Kali ini, Jeje ingin berbicara dengan Naomy. Perihal cintanya. Yang akan menjadi suaminya kelak. Tapi gengsi Jeje lebih kuat. Ia takut jika nanti menceritakan soal Reyfan ke Naomy, bisa-bisa Naomy meledeknya.

"Mami, Jeje mau ngomong." kata Jeslyne dengan mimik muka pasrah.

"Tumben." sahut Naomy.

Jeje berdecak, "Mihh, bisa gak hape nya disimpen dulu!?" ucapnya tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi.

Naomy pun mengalah. Naomy menutup layar ponselnya dan menyimpan benda berukuran sedang itu dimeja. Dia kemudian melirik Jeje. Naomy sedikit heran kenapa anak satu-satunya ini tiba-tiba ingin berbicara dengannya. Padahal dari dulu Jeje selalu menyimpan ceritanya sendiri. Tanpa membagi itu kepada siapapun.

"Muka kamu gitu banget sih, Je?" kritik Naomy melihat raut muka Jeje seolah kusut bak baju yang belum di setrika. Jeje yang mendengar itu hanya bisa mengelus dadanya.

"Ada apa? Cerita sama Mami." tambah Naomy.

Jeje perlahan membetulkan posisinya. Ia menghadap Naomy. Sambil berfikir lagi, Jeje bingung harus mengawali ini semua darimana. Membuatnya benar-benar nge stuck.

"Kan diem terus. Pasti ada apa-apa nih," ujar Naomy. "What's wrong baby?"

Jeje memberanikan diri. Ia sedang mencoba melawan gengsinya. Setelah berfikir panjang, masalah ini memang harus ada yang tau. Dan Jeje tidak mau kalo dia harus larut dalam masalah ini lama-lama.

"Mihh," Jeje perlahan mengatur nafasnya agar lebih tenang. Tidak tegang.

"Cerita dong buru. Jangan bikin Mami khawatir, Je." sahut Naomy. Sebenarnya ada apa sih. Jeje membuat Naomy kebingungan dengan tingkah dan raut muka yang sulit ditebak.

"Kapan pertunangan aku sama Rey dilaksanain?" tanya Jeje langsung. Tanpa ada embel-embel lain.

Naomy menaikkan salah satu halisnya, "Kalo dalam kesepakatan Mami dan orang tuanya Rey, ya dilaksanain dalam waktu dekat ini."

My Enemy Is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang