21. Sebuah Fakta

3.9K 198 19
                                    

Mari bersama-sama click vote nyaaa, yukkkk!!! Biar diriku semangat nulis.












"Jangan kaget ya kalo besok gue dateng kerumah lamar lo terus langsung bawa lo ke kantor agama, kita nikah." ucap Rey.

"WHAT THE?!!"

Reyfan terkekeh melihat raut muka Jeje. Gadis itu seperti malu tapi mau. Membuat Reyfan semakin gemas kepadanya. Jeje mencoba memalingkan mukanya dari hadapan Rey. Ntah kenapa tatapan nya seperti, ah sudahlah.

"Jangan coba deketin cowok." ucap Rey begitu saja membuat Jeje membulatkan matanya.

"Lah, why not? Lagian lo bukan siapa-siapa gue. Wlee!" jawab Jeje. Meledek.

Ahh benar juga.

Bisa-bisanya Rey lupa? Tapi sepenting itukah status 'pacaran? Padahal sebentar lagi ia dan Jeje akan menikah. Suatu hal yang sakral.

Reyfan menghembuskan nafasnya panjang, "Yaudah."

"Apa?" sahut Jeje.

"Tunggu disini."

"Eh mau kemana?" tanya Jeje. Gadis itu hanya menatap Rey sembari terheran-heran.

Sebelum pergi, Rey sempat berfikir. Dan ia pun langsung mencari bahan itu. Bahan yang biasanya digunakan cowok untuk menembak cewek yang dia suka.

Rey mencari-cari. Tapi tidak ada yang membantu agar suasananya terasa semakin romantis. Pasrah. Rey pun kembali menghampiri gadis itu.

"Abis ngapain si lo?"

"Abis nyari something." ucap Rey dengan kalemnya.

"Something?" Jeje mengulang apa yang diucapkan Rey. Cowok itu mengangguk.

Jeje semakin heran. Yang dimaksud 'sesuatu' itu apa? Rey memang paling jago membuat ucapan yang menggantung seperti ini. Menyebalkan? Sungguh sangat.

"Je." panggil Rey halus. Jeje memajukan dagunya sebagai jawaban.

Sebelumnya, posisi Rey dan Jeje saling bersebelahan. Rey kemudian berdiri dihadapan cewek itu. Ia langsung melutkan salah satu kakinya. Tangan Jeje pun diraih, dan ia genggam.

"Rey lo ngapain sih ih?!" tentu saja perlakuan Rey terhadapnya membuat Jeje kebingungan.

Reyfan menatap Jeje, "Gue tau, ini mungkin ga romantis. Bahkan ga layak juga buat dibilang romantis." Reyfan sedikit basa-basi.

Sementara Jeje terdiam. Ia masih tidak mengerti apa yang dimaksud Rey dan ucapannya tadi. Jeje mencoba mencerna baik-baik.

"Gue gamau lo deketin cowok selain gue." katanya lagi.

Oh God! Jangan bikin gue melting dong Rey. Take a breathe, please.

"Berapa kali sih lo denger bilang gue sayang elo?" Rey mencoba memancing Jeje.

Jeje tersentak kaget. Tapi cewek itu mencoba bersikap tenang. Jeje paling hebat menyembunyikan sikap absurd yang ada didalam dirinya.

"Sering. Maybe," jawab Jeje setenang mu ngkin.

"Tanpa lo jawab juga lo udah tau sendiri jawaban nya apa kan? Jadii..." Rey sedikit gerogi ketika akan mengatakan kalimat selanjutnya.

"Gue..." lagi-lagi ucapannya harus terpotong

"Gue apa?" sahut Jeje.

Oh, come on Rey!

"Umh..."

My Enemy Is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang