15. Cemburu?

6K 236 4
                                    

Saat ini, di kelas XI IPA 5 baru saja diadakan ulangan mendadak. Fisika pula. Semua murid mengeluarkan keringat dingin.

Tapi tidak dengan Jeje. Mempunyai otak yang lumayan cerdas, membuat nya tidak terlalu sulit mengerjakan itu semua. Menurut nya, jika mereka yang sudah akrab dengan angka, itu akan memudahkannya dalam mengingat beberapa rumus.

Di depan masih ada Bu Yuri. Guru fisika. Guru paling galak, pelit nilai, dan paling kejam ketika memberi mereka hukuman.

"Baik anak-anak, sesuai yang ibu katakan tadi. Yang nilai nya dibawah KKM, harap siap-siap untuk menjalani hukuman." tutur Bu Yuri. "Anggap saja, itu adalah penebus nilai kalian yang kurang." lanjutnya lagi.

Hening. Suasana di kelas menjadi awkward ketika Bu Yuri mengatakan itu. Semuanya berdoa supaya nilai nya di atas rata-rata.

Bu Yuri bangkit dari duduk nya. Dia berjalan sedikit ke arah bor sambil membawa beberapa kertas selembar.

"Yang merasa namanya terpanggil, langsung keluar dari kelas." jelas Bu Yuri. "Tapi hanya ada satu orang yang tidak tuntas."

Semua murid merasakan aura tegang yang begitu menyulut. Jantung mereka bedetak 10 kali lebih kencang dari biasanya. Dan ya, mereka sudah was-was sekali.

Bu Yuri menarik nafasnya kasar, "Reyfan Arsenio Morgan."

Rey yang merasa namanya terpanggil langsung mengangkat salah satu tangannya, "Ya, Bu. Hadir!"

"Mampus lo, Rey. Siap-siap aja." ucap Billy sambil terkekeh.

Semua murid menatap Rey dengan tatapan tak percaya. Begitupun dengan Jeje. Jadi yang tidak tuntas hanya cowok itu saja? Sungguh memalukan sekali!

Banyak yang memandang ke arah Rey. Yang di pandang sendiri malah linglung. Kenapa? Apa dia melakukan kesalahan? Sampai semuanya menatap Rey seperti itu.

Rey mendengus, "Ngapain lo semua liatin gue?" semprot Reyfan. Sontak membuat semuanya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"REYFAN!! KAMU ITU MURID BARU DISINI!" Bu Yuri yang gemas meremas kertas yang ia pegang.

"KENAPA NILAI KAMU ANJLOK BANGET SIH?!!!" teriak nya dengan prustasi. "Ibu tuh capek ngeliat nilai kamu yang udah kaya togel ini!"

Layaknya menonton stand up comedy, gelak tawa pecah seketika ketika mendengar perkataan Bu Yuri tadi. Rey hanya menatap cengo ke arah samping. Dilihat nya Billy sedang tertawa ngakak.

"Lah si Ibu. Sembarangan aja kalo ngomong. Yang penting kan hasil sendiri, gak pake acara nyontek-nyontek segala." balas Rey tak mau kalah.

"Lagian nih ya, salah sendiri ngadain ulangan mendadak. Kan saya lupa buat belajar, Bu." lanjut nya lagi.

"SIAPA YANG SURUH KAMU JAWAB? HAH?!!" Bu Yuri seketika murka.

"Jangan marah-marah mulu dong, Bu. Cepet tua loh ntar." mendengar itu, wanita yang tengah berdiri di depannya semakin murka.

"REYFANN!!!"

"Aduh, Bu. Gausah teriak gitu juga. Kuping saya panas kalo kaya gini caranya." ucap Rey sambil mengusap kedua telinganya bergantian.

Baru kali ini ada murid yang berani menjawab kata demi kata yang di lontarkan guru ahli fisika tersebut. Membuat beberapa murid mengacungkan kedua ibu jarinya. Dan ada pula mereka yang menganggapi hal tersebut, b aja.

Dilain sisi yang bersamaan, Jeje geleng-geleng kepala melihat tingkah laku cowok itu. Tapi kalo di fikir-fikir lucu juga ya. Siapa sangka, terukir sebuah senyuman kecil dari bibir mungil Jeje.

My Enemy Is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang