F A L L - 8. A Plan

87 11 7
                                    

PAGI ini Elisa merasa tak bersemangat menjalani hari ini setelah apa yang terjadi kemarin. "Elisa, cepat habiskan sarapanmu," tegur Robert ketika melihat Elisa hanya mengaduk-aduk supnya. Elisa menoleh kearah Robert yang terus menatapnya

"Kau menyesal dengan apa yang terjadi kemarin?" tambah Robert sambil masih menatap Elisa. Elisa menghela nafas panjang, memikirkan sesuatu

"Entahlah, mungkin kau benar. Aku sama sekali tak bersemangat hari ini," jelas Elisa

"Tenang saja aku percaya kepadamu, aku percaya jiwa pemberontakmu bisa menemukan dimana Raja Alexander." jelas Robert

"Terima kasih Robbie, jadi nanti kau akan berangkat ke asrama pelatihan kapan?" tanya Elisa, hari ini dan besok memang hari kepindahan para prajurit muda ke asrama pelatihan dan kebetulan Robert mendapatkan jadwal hari ini

"Nanti siang, setelah ini aku masih akan menyiapkan barang-barangku," jelas Robert

"Maaf nona mengganggu sarapan anda, utusan dari istana datang untuk menjemput anda," jelas Bertha yang baru saja datang

"Istana?" tanya Robert memastikan, Elisa lalu berdiri bersiap untuk menemui utusan dari istana

"Baiklah aku akan menemuinya, lagipula aku sudah tak napsu makan lagi," kata Elisa yang lalu berjalan menuju ke ruang tamu miliknya

"Selamat Pagi nona, saya diutus oleh yang mulia Pangeran Louis untuk menjemput anda untuk membicarakan pasukan Raja Alexander," kata seorang utusan itu

"Baiklah aku akan bersiap terlebih dahulu," kata Elisa yang lalu kembali ke kamarnya. Tak berapa lama kemudian ia sudah siap untuk menuju ke istana

"Rob aku pergi dulu," pamit Elisa kepada Robert

"Hati-hati Elisa, tadi ayah sudah berangkat kau bisa menemuinya ketika sudah sampai disana," pinta Robert. Elisa hanya mengangguk saja dan lalu memeluk Robert untuk mengucapkan kata perpisahan

"Elisa, kita masih bertemu, jangan khawatir kita akan bertemu di kelas panahan."kata Robert menenangkan adiknya. Elisa lalu melepas pelukannya dan langsung menuju kereta kuda yang menjemputnya

Setelah beberapa saat mengendarai kereta kuda akhirnya Elisa sampai di istana. Ia langsung menemui para pengajar dan assisten pelatih pasukan Raja Alexander. Elisa bertemu dengan tuan Ronald Madley dan langsung menghampirinya

"Selamat siang tuan Madley, perkenalkan saya Elizabeth Barmount.."

"Oh, kau gadis Barmount itu? Aku mendengar ceritamu dari pangeran Louis, aku ingin melihat kemampuanmu gadis kecil, setelah ini aku ingin kau ikut denganku," jelas Ronald Madley memotong perkataan Elisa

"Baik tuan," Elisa mengiyakan permintaan tuan Ronald Madley

❄❄❄

Elisa sedang ada di lapangan pelatihan pasukan Raja Alexander. Tempat dimana ia berdiri sekarang adalah tepat dibelakang bangunan pelatihan pasukan Raja Alexander. Di belakangnya membentang barisan Bukit Costwold. Elisa sedang membidik beberapa sasaran untuk menancapkan anak panahnya. Elisa lalu melepaskan anak panahnya dan anak panah itu menancap di titi yang ia bidik tadi

"Bagus sekali Elisa, darimana kau belajar panah hingga bisa sehebat ini?" tanya Ronald Madley kepada Elisa. Elisa hanya tersenyum saja menanggapi perkataan Ronald Madley

"Saya belajar dari kakak saya tuan, selebihnya saya mengembangkan kemampuan saya sendiri dengan melatihnya di hutan tuan," jelas Elisa

"Salah satu syarat seorang pemanah handal, yaitu memiliki jiwa yang bebas gadis kecil, dan kau memiliki itu. Senang sekali bisa mendapatkanmu sebagai asistenku gadis kecil, aku harap kau bisa mengembangkan kemampuanmu itu menjadi lebih baik," Ronald Madley menasehati Elisa, salah satu yang Elisa inginkan dari dulu adalah seorang yang bisa mengajarinya memanah. Dan sekarang permintaan itu terkabul, ia senang ketika Ronald Medley memujinya

"Terima kasih tuan, saya juga senang bisa menjadi murid anda,"

"Kalau begitu sampai jumpa di acara penerimaan pasukan raja Alexander gadis kecil," sapa Ronald Madley yang lalu meninggalkan Elisa sendirian. Elisa lalu menggembalikan peralatan panahnya dan kemudian menuju ke rumahnya dengan berjalan kaki

"Elizabeth," Elisa mendengar suara Edward Priestown sedang memanggilnya. Ia lalu menoleh mencari darimana asal dari sumber suara tersebut berasal. Elisa melihat Edward menunggangi kuda

"Edward," panggil Elisa, "Kau tak bersiap untuk kepindahanmu?" tanya Elisa, Edward lalu turun dari kudanya dan menghampiri Elisa dengan menarik kekang kudanya

"Tidak, jadwal kepindahanku besok bukan hari ini. Kau ingin kuantar pulang? Atau kau ingin jalan-jalan terlebih dahulu? Sebelum kepindahanku?" tanya Edward, Elisa tersenyum

"Aku masih bisa menemuimu Ed, aku kan juga termasuk pengawas di sana,"

"Bukan itu maksudku Elizabeth, pembicaraan terakhir untuk pencarian raja Alexander," jelas Edward

"Okay, kau ingin berbicara dimana?" tanya Elisa, Edward lalu menaiki kudanya dan mengulurkan tangannya kepada Elisa

"Naiklah, aku tahu tempat yang cocok untuk berbicara," Elisa menyambut uluran tangan Edward dan naik ke kuda Edward. Mereka lalu menuju tempat yang di maksud Edward

Setelah sampai Edward menali kekang kudanya pada batu besar yang ada tak jauh dari dirinya. Setelah itu ia duduk menghadap lautan. Ya tempat yang Edward maksud adalah tempat dimana kemarin Edward berjanji akan membantu Elisa menemukan Raja Alexander

"Kau tahu, menurut rumor Raja Alexander tinggal di sebuah kastil," jelas Edward

"Benarkah?"

"Aku tak tahu, itu hanyalah rumor, bisa jadi itu benar, di dekat sini hanya ada satu kastil yang keberadaannya sangat jarang diketahui oleh orang-orang, yaitu kastil yang terdapat di bukit Costwold." Elisa terdiam mendengar penjelasan Edward Priestown

"Aku belum bisa memastikannya Ed, karena sebentar lagi aku akan di sibukan dengan pasukan Raja Alexander, beri aku waktu untuk melakukannya sesuai urutan Ed," jelas Elisa, banyak sekali yang harus Elisa kerjakan

"It's okay Elizabeth, aku tidak ingin memaksamu, aku akan membantumu, aku juga tak ingin terburu-buru dalam pencarian Raja Alexander," jelas Edward Priestown

"Terima kasih Ed," kata Elisa tersenyum kepada Edward Priestown

***

KIMIE | 24 Feb '19

Fall CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang