Dia

2.4K 262 35
                                    

Aku tidak membenci Xing Xing, kalau kalian ingin tau. Bagaimanapun, dia adalah temanku. Dahulu, aku selalu senang saat melihatnya.

Tapi sekarang, tidak.

Aku menjalani beberapa tes ringan saat aku berkunjung ke klinik Dr. Simon. Beliau masih belum menemukan alasan pasti kenapa aku bisa melihat Xing Xing lagi, tapi bisa jadi itu semua di picu karena kesedihanku terhadap kelulusan Mark-hyung.

"Dulu aku memang kesepian. Tapi sekarang aku punya seseorang," jawabku.

"Itulah yang membuat saya belum berani mendiagnosa kamu. Kita lihat lagi hasil tes yang akan datang. Untuk sementara jangan biarkan diri kamu sedih terlalu dalam,"

Aku mengangguk.

Dan lalu aku pulang.

Dokter Simon dan aku kenal sejak lama. Dahulu dia adalah dokter pribadiku. Tapi setelahnya, aku hanya sering mengunjunginya untuk membeli aneka teh yang dia punya atau hanya untuk sekedar menyapa. Aku gak pernah menyangka hubungan kami sebagai dokter dan pasien akan kembali lagi seperti dulu.

Sepanjang perjalanan pulang, aku kebingungan.

Haruskah aku mengatakan ini pada semuanya? Maksudku, pada NCT Dream. Aku tau, cepat atau lambat aku membutuhkan mereka. Aku tak akan membiarkan diriku terjebak lagi seperti beberapa tahun lalu.

Tapi ..

Jaemin baru saja bahagia.

Haechan sedang sakit.

Mark sudah pindah.

Jisung dan Chenle ..
Tidak, mereka masih kecil.

Dan Jeno ..

Haruskah aku cerita ini pada Jeno, mengingat dia pernah secara gak langsung menyebutku gila. Aku tidak sakit hati, memang begitu keadaannya. Tapi aku gak yakin dia percaya padaku.

Aku berhenti melangkah. Menghela napas.

Apakah ini artinya, aku sendirian lagi?

"Renjun, kamu kenapa?"

Aku menoleh, dan seketika mataku melotot kala melihat siapa yang baru saja menyapaku dari belakang.

Xing Xing !

Dia mengerutkan kening, tangannya terulur seakan ingin menyentuh bahuku.

Aku bergidik ngeri melihat tangannya yang semakin dekat ..

"JANGAN SENTUH AKU!!" pekikku tiba-tiba sampai jatuh terjongkok.

Baru saja berteriak, beberapa orang yang ikut berjalan di samping kiri kananku perlahan menjauh, menatapku dengan bingung dan mengolokku.

Aku mengangkat kepala, baru sadar dengan apa yang baru saja terjadi. Inilah yang ku takutkan, pandangan orang-orang yang melihatku karena tak melihat apa yang kulihat.

Aku berdiri dengan gelisah saat kulihat gadis itu kembali menghilang.

Aku bisa gila.

Aku bisa gila.

Aku bisa gila.

Aku berlari sekuat tenaga. Paling tidak, aku harus pulang ke dorm dan minum obat penenang. Satu-satunya tempat yang aman untukku saat ini adalah..

Kamarku sendiri.

Tapi, sepertinya aku salah.

"Kenapa kamu menghindari aku? Kamu benci aku?"

Aku menutup telingaku rapat-rapat. Bersembunyi di balik selimut.

"Padahal aku kangen kamu, udah lama gak ketemu," suaranya terdengar sedih.

Star in Shadow | Huang Renjun [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang