Untuk pertama kalinya aku melihat potret dirinya, dengan gambar vintage pudar yang di letakkan dalam sebuah frame anti hujan. Fotonya kaku, kelihatan sekali ini pasti foto terakhir masa sekolahnya.
Aku tersenyum kecil.
Hari ini, aku sedang mengunjungi makam Xing Xing, di Harbin. Sebenarnya Tangxin mau ikut, tapi ku bilang padanya bahwa aku ingin sendiri. Dia setuju, asal aku tetap mengabarinya setiap tiga jam sekali untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja.
Makam Xing Xing tampak bersih, walaupun tampak kosong, tapi setidaknya masih rapi dan terawat. Kemudian aku meletakkan greentea frappe kesukaannya di depan batu nisan yang bertuliskan namanya.
Aku mengatupkan tanganku di depan wajah, menunduk dan memejamkan mata dengan khusu demi menyampaikan doa untuk Xing Xing.
Aku nggak tau kenapa arwah nya selama ini berkeliaran di sekitarku, apakah dia termasuk arwah penasaran? Semoga tidak.
Xing Xing adalah gadis yang baik. Baik selama dia masih hidup atau menjadi arwah, dia tetap gadis yang baik. Bisa jadi dia tetap di sini karena untuk menepati janjinya padaku. Aku harap, Xing Xing mendapatkan keadilan dan ketenangan walaupun dia sudah tiada.
Aku membuka mata, mengamini doaku.
"Walau begitu, perasaanku tetap sama. Sejak awal aku tau, aku dan kamu ini nggak mungkin bersama. Jadi aku nggak begitu kaget. Tapi .. kalau bisa, datanglah padaku sekaliiii saja. Aku hanya ingin mengucapkan maaf dan terimakasih, aku ingin mengatakan bahwa aku tidak berubah. Aku tetap mencintaimu apa adanya," kataku pada batu nisan ini.
Semilir angin bertiup menerpa wajahku dengan lembut. Di tempat sesunyi ini, kedamaian seorang sedang di baringkan. Aku seperti melamun di depan makam, hanya berdiri diam tanpa kenal waktu seperti orang bodoh.
Tak ada reaksi aneh yang terjadi, di sini tetap sepi.
Aku menghela napas.
Sebenarnya ada beberapa hal yang masih ingin ku ketahui seperti, kenapa bisa Xing Xing di kenal sebagai arwah di ruangan SM Rookies seperti yang di bilang Taeil hyung? Kenapa pula dia bisa ada di sana bahkan sebelum aku menjadi trainee SM ?
Apa sebenarnya, sejak awal dia nggak ada di dunia ini karna aku? Untuk anaknya mungkin?
Ngomong-ngomong, aku juga nggak tau bagaimana kabar bayi Xing Xing. Pasti sulit untuk mencarinya sekarang, apalagi keluarga Lu sudah lama menghilang ntah kemana. Mereka benar-benar tak ingin berurusan lagi dengan Xing Xing, ckck.
Andai aku bisa bertemu dengan anak Xing Xing, apakah .. mungkin aku bisa menjadi ayahnya?
Aku tertawa kecil. Bodoh sekali pemikiranku.
Aku melihat jam di tangan kiriku, sudah hampir siang. Aku harus makan siang dan pergi mencari tempat menginap untuk malam ini. Lagipula sebentar lagi aku harus menelpon Tangxin.
Hhhhh, merepotkan. Tapi mau bagiamana lagi. Sejak aku tau semuanya, Tangxin jadi lebih terbuka padaku, juga jadi lebih cerewet daripada biasanya. Dia persis seperti adik yang terus-menerus mengkhawatirkan aku.
"Xing Xing, aku pergi dulu. Beberapa hari lagi aku akan kembali ke Seoul. Tapi tenang saja, setelah ini setiap tahun, aku akan menyempatkan diri mengunjungimu," kataku pada foto pucat Xing Xing dalam frame.
Aku menunduk sopan, lalu berbalik.
"Loh?"
"Eh?"
Aku mengerutkan kening, menatap seseorang yang ku kenal. Dia berdiri satu meter dari tempatku berdiri. Melihat kehadiranku membuat dia tersenyum dan melangkah lebih cepat untuk menghampiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Star in Shadow | Huang Renjun [√]
FanficDia berasal dari pikiranku. Aku tidak boleh salah paham. Tentang sebuah ilusi, Dimana hanya aku yang bisa melihatnya dengan jelas. Januari, 2019 ©Akashimy #1 mind-blowing 220719 #3 hrj 310119 #3 nctrenjun 130220 #3 ilusi 130220 #5 adventure 260119