Yang sebenarnya

1.1K 173 52
                                    

Xing Xing menggeleng kuat-kuat, dia seakan nggak mampu berbicara lagi karena menangis terlalu dalam.

"Ren .." bisik Xing Xing sambil menggeleng.

Tapi rasanya aku udah nggak bisa berpikir dengan jernih. Kepalaku sakit dan semua yang telah terjadi pada kehidupanku mendadak semakin rumit.

Xing Xing menarik ujung bajuku dengan takut-takut.







"Pergi .." kataku pelan.









🌟







Aku sadar, Tangxin melihatku waktu aku sedang kalut sendiri bersama Taeil hyung di dalam telepon. Dia mungkin mengerti ada sesuatu yang nggak beres, tapi dia nggak bisa berbuat banyak. Pada akhirnya, dia yang mengambil alih kemudi dan menghargaiku dengan tidak bertanya.

Aku merasa kacau sekali, tau kan rasanya saat melihat benda-benda nggak pada tempatnya? Seperti itulah perasaanku. Aku kebingungan dan gelisah setengah mati, membuatku nggak bisa tenang barang sedetikpun.

Xing Xing arwah?

Yang benar saja!

Jadi selama ini .. apa?

Aku menjambak rambutku sepanjang perjalanan menuju rumah. Kalau bisa, aku ingin menghentakkan kepala ini juga ke dinding agar aku kesadaranku kembali. Tapi tetap saja ..

Aku merasa marah, kecewa, sakit, takut dan kesal. Semuanya bercampur menjadi satu. Kenapa semua ini terlalu tiba-tiba saat aku sedang mengusahakan sesuatu yang lain? Kenapa semua ini terjadi secara bersamaan?

Sepanjang perjalanan, ku gunakan untuk melihat pemandangan di luar jendela mobil dengan tatapan kosong. Bahkan untuk menangis saja aku nggak mampu. Perasaanku, benar-benar hampa.

Sesampainya di rumah, aku nggak langsung menyapa orangtuaku seperti yang aku janjikan dalam telepon tadi pagi. Aku malah langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci diri. Merebahkan diri ke atas tempat tidur dan menutupi badanku dengan selimut hingga kepala. Seperti orang mati.

Mungkin, semua ini hanya mimpi. Kalau aku kembali tidur mungkin saja, aku kembali pada kenyataan, begitu pikirku.

Tapi lama, membolak-balikkan diri di tempat tidur nggak kunjung membuatku terlelap, malah membuatku semakin gelisah. Bayang-bayang Xing Xing membuatku kepikiran dan nggak bisa mengabaikannya begitu saja.

Aku bangkit.

Xing Xing adalah arwah ????

Selama ini aku menganggap diriku gila karena sosok arwah yang pura-pura ????

"AAAAARRRRRRHHHHHH!!!!"

Seakan tak bisa mengontrol diriku sendiri, aku malah berteriak kencang sambil menjatuhkan semua barang-barang di atas nakas tempat tidur.

Aku sakit, tak percaya diri, menganggap diriku berbeda, sedih dan merasa tak berguna, frustasi, takut dan semuanya ..

Aku kira dia adalah segalanya.
Aku kira dia adalah milikku.
Aku kira dia ada karena aku.
Ternyata semua ini nggak ada hubungannya!

Aku menjambak rambutku lagi karena gelisah. Mondar-mandir tak tentu arah karena sungguh perasaan ini nggak bisa membuatku diam dan hanya duduk saja.

Rasanya aku telah di permainkan.

Rasanya dia sudah mengkhianati ku.

Rasanya semua ini sudah nggak berguna lagi.

Untuk apa aku harus mengingat masalalu yang membuatku sakit sendiri? Bodoh sekali aku harus percaya pada dia yang katanya tercipta untuk melindungiku? Lihat, bahkan saat aku sedang hancur seperti saat ini Xing Xing gak otomatis datang demi menghentikan aku kan?

Star in Shadow | Huang Renjun [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang