4. Rooftop

2.7K 349 134
                                    

Kamu baru saja keluar dari perpustakaan--setelah hampir seharian mengerjakan tugas makalah dari dosenmu, ketika telfon di saku jaketmu bergetar.

Bayinya Lea

Leaaa
Dowoon lagi di atap
Ada yang Dowoon pengen tunjukin

Kamu mengerutkan kening, heran.
Sekarang matahari sudah hampir tenggelam, dan Dowoon tiba-tiba mengajakmu ke atap? Ada apa?

Bentar
Lea ini baru keluar dari perpus
Langsung nyusul ke rooftop, tungguin dulu

Setelah mengetikkan jawaban itu, kamu cepat-cepat menyusul Dowoon ke atap. Dari lantai lima ke atap, hanya bisa diakses menggunakan tangga, pihak dekanat tidak mau ambil resiko kejadian tidak menyenangkan di kampus.

"Lea...." panggil Dowoon, ketika kamu baru saja membuka pintu di rooftop. Dowoon tersenyum lebar ke arahmu, sambil melepaskan headset yang terpasang di telinganya.

"Kenapa, Woon? Kok tiba-tiba ngajakin ke atap?" tanyamu.

Dowoon menarik tanganmu pelan,
"Sini deh... Bagus nggak Le?" tanya Dowoon sambil menunjuk ke arah langit.

Langit sore pelan-pelan mulai berganti warna. Semburat warna oranye, kemerahan, kuning membentuk warna yang indah. Cantik, begitu fikirmu.

"Ini tempat kesukaannya Dowoon kalau lagi capek, disini sepi soalnya..."

"Bisa tidur juga," lanjutnya lagi.

Angin sepoi-sepoi berhembus pelan, rasanya begitu menenangkan. Kamu baru tau kalau atap kampus bisa melihat senja seindah ini.

"Lea," panggil Dowoon lagi. Kamu menoleh ke arah Dowoon yang sedang tersenyum lebar.

"Aku suka sama rooftop-nya, aku juga suka sama Lea temennya Dowoon yang rajin. Lea mau nggak jadi pacarnya Dowoon?" tanya Dowoon dengan sekali tarikan nafas. Jari-jarinya saling menaut, ada raut gugup di wajahnya.

Kamu terdiam. Masih belum mengerti korelasinya antara suka di rooftop-suka sama Lea yang rajin- dan nembak Lea buat jadi pacar, terlalu random bagimu.

"Dowoon gugup banget, hehe. Jadi ngomongnya ngaco, Lea nggak suka ya?" kata Dowoon sambil menyisir rambut dengan tangannya ke belakang.

Kamu cepat-cepat menggeleng. Sedetik kemudian, kamu melesakkan tubuhmu ke dalam pelukannya Dowoon.

Wanginya beneran kayak bedak bayi ternyata.

"Jadi sekarang kita pacaran?" tanya Dowoon, kamu cepat mengangguk mengiyakan. Terlalu malu untuk menatap wajahnya Dowoon secara langsung.

"ABANGGG... DOWOON AKHIRNYA JADIAN SAMA LEA..."

*****

"Masa ya Le, kemaren abang-abang bilang Dowoon bakalan ditolak gara-gara kayak bayi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masa ya Le, kemaren abang-abang bilang Dowoon bakalan ditolak gara-gara kayak bayi."

"Ih, masa Lea namain kontaknya Dowoon di hape kayak gini sih..."

"Lea, Dowoon boleh cium pipinya? Gemes ih,"

"Kata Bunda nggak boleh nyakitin anak gadis orang. Dowoon bakalan usaha buat nggak bikin Lea nangis sama sekali. Kecuali nangis bahagia,"

"Makasih Lea, udah mau jadi pacarnya Dowoon..."

Joyful [Day6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang