Ketika membuka mata, hal yang pertama kali terlihat adalah jam diatas meja yang menunjukkan hampir pukul delapan. Kamu mendesah pelan, mengingat tadi sehabis subuh melanjutkan tidur malam yang terpangkas akibat tugas dari kantor yang menumpuk.
Suara gaduh dari dapur, membuatmu beranjak dari tempat tidur. Sedikit khawatir bagaimana kalau ada yang menyelinap masuk seperti tetangga blok sebelah. Sambil membawa sapu, kamu berniat mengecek siapa yang berani membiat suara gaduh di dapur dan membangunkan tidurmu.
"Wonpil?" katamu heran. Dapurmu terlihat---err, agak kacau. Baskom plastik di lantai, beberapa bekas tepung terigu di meja, kulit telur yang berserakan, dan panci yang berada tidak pada tempatnya.
Mendengar ada yang memanggil namanya, Wonpil menoleh. "Hai. Udah bangun? Sini. Aku lagi pengen coba buat sarapan," kata Wonpil, sambil tersenyum cerah.
Kamu mengernyit heran. Kok tumben? Bagaimana caranya Wonpil sudah sampai di rumah? Bukannya Enamhari baru mau pulang hari ini?
"Nggak usah pasang muka bingung gitu dong. Semalem habis selesiai acara, aku minta tolong buat Kak Faris langsung nganter pulang."
Ah, setidaknya Wonpil tidak menyetir pulang sendirian setelah manggung. Begitu fikirmu.
"Pil, itu pancake-nya dibalik. Udah mau gosong kayanya," katamu.
Wonpil, dengan buru-buru berusaha membaliknya. Sedikit kesusahan, karena sebelah tangannya memegang piring.
"Kangen Le, udah nggak ketemu seminggu." kata Wonpil tiba-tiba. Kamu tersenyum, sepertinya LDR benar-benar tidak cocok untuk kalian.
"Mau aku bantuin?" tanyamu. Wonpil sejujurnya terlihat kesusahan membereskan beberapa alat masak yang berantakan. Belum dengan sisa-sisa tumpahan terigu, telur, susu diatas meja.
Wonpil menggeleng, kemudian dia menarik tanganmu dan menyuruhmu duduk di kursi.
"Nggak. Nggak usah, kamu duduk cantik aja. Aku yang siapin sarapan pagi ini. Mau minumnya apa tuan putri?" tanya Wonpil sambil mengecup dahimu pelan.
"Kopi?" tanyamu sambil sedikit aegyo. Kopi mungkin bisa menghilangkan pusingmu akibat begadang semalaman.
"No, no, no. Aku tau kamu dari kemarin lembur kan? Nggak baik minum kopi keseringan, kasian lambungnya."
Kamu merengut. Wonpil sepertinya masih trauma dengan insiden kamu harus dilarikan IGD karena maag akut, terlalu banyak minum kopi.
"Oke. Susu vanilla hangat akan segera tersedia. Silahkan ditunggu pesanannya," kata Wonpil memutuskan.
Kamu tersenyum, Wonpil masih amat tampan. Walaupun hanya dengan sweater putih--kamu tebak belum ganti sejak semalam, dan sedikit lingkaran hitam di bawah matanya. Dia sedikit canggung, mencari beberapa barang yang diperlukan kemudian mencuci dan mengembalikan ke tempatnya lagi.
"Iya, aku tau kalo ganteng. Tapi kalau aku diliatin orang cantik gitu terus gimana nggak grogi..."
Kamu tertawa. Tidak bertemu seminggu saja rasanya sudah begitu rindu. Apalagi kalau sebulan atau dua bulan?
Tidak. Tidak usah dibayangkan. Itu terlalu mengerikan.
****
"Tadaaaa... Ini udah aku pilihin yang paling bagus. Kalau masih nggak enak, jangan dimakan. Kita sarapan diluar aja,"
-laper, karena belum makan malem, tapi berani ngehalu
memang manusya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Joyful [Day6]
FanfictionDAY6 ✖ YOU Kumpulan one shoot imagine super duper ringan yang bacanya bisa sambil leha-leha ngehaluin bias. Jangan berharap bakalan ada konflik berat disini, karena work ini isinya bahagia-bahagia semua :)) A beautiful cover by Zaerilyn